24. Heartbreak

243 45 22
                                    

Seoul, 4 tahun silam.

"Daniel-ah! Berhenti menggerakkan kakimu! Mejanya jadi bergoyang dan aku tidak bisa menulis dengan benar!"

Daniel tidak mengindahkan ucapan Jiyeon, ia tetap asyik dengan headset yang terpasang di telinganya. Kakinya bergerak mengikuti alunan musik yang sedang ia dengarkan.

Merasa di abaikan, Jiyeon menarik sebelah headset Daniel secara paksa.

"Hei hei, apa yang kau lakukan? Itu adalah part klimaks dari lagu yang sedang ku dengarkan." gerutu Daniel.

"Pergilah dari sini! Sebenarnya apa tujuanmu datang kesini?"

Daniel tampak kebingungan saat Jiyeon menanyakan alasan ia datang. Ia menggaruk tengkuknya canggung.

"Te, tentu saja ingin bertemu Jimin."

Jiyeon mengangkat sebelah alisnya. Daniel menjawab ingin bertemu Jimin namun sejak ia datang hingga detik ini ia terus berada dikamar Jiyeon dan mengganggunya belajar.

"Kau bodoh Daniel. Kau benar-benar tidak pintar berbohong."

Jiyeon tertawa sambil memukul-mukul bahu Daniel. Daniel ikut tertawa ketika melihat Jiyeon tertawa karenanya.

Tak berapa lama, suara ketukan datang dari pintu kamar Jiyeon. Lalu pintu dibuka, masuklah seorang pria yang tentu saja langsung terkejut saat melihat Daniel.

"Sejak kapan kau datang?"

"Aku baru saja sampai, Jim. Aku sedikit menjahili adikmu sebentar."

Jiyeon sontak menoleh dan berniat untuk memprotes ucapan Daniel, namun Daniel dengan sigap menarik Jiyeon dan menutup mulut Jiyeon dengan tangannya. Jimin hanya memberikan respon senyuman yang membuat matanya menghilang.

"Kalau begitu aku pergi dulu dengan kakakmu ya anak bodoh! Belajarlah dengan giat agar kau tidak bodoh lagi!"

Daniel mengacak poni Jiyeon dan langsung berlari karena ia tau Jiyeon akan memukulnya dengan keras jika ia tetap berada di tempatnya. Ia dan Jimin berlari keluar kamar Jiyeon sambil tertawa.

"Oh aku lupa! Jiyeon-ah, ayah dan ibu akan menginap selama 3 hari dirumah nenek, jika kau butuh sesuatu katakan padaku. Aku pergi dulu!" teriak Jimin.

Daniel menghentikan langkahnya. Mencerna kalimat Jimin yang baru saja dilontarkan.

"Ah itu, bagaimana jika kita dirumah mu saja? Umm aku berubah pikiran, diluar cuaca sangat panas dan aku tidak mau kulit mulus ku terbakar sinar matahari."

"Apa-apaan kau! Kau pikir kau ini apa? Seorang idol? Mengapa kau mengkhawatirkan kulitmu?"

"Ayolah, kita bermain video game di kamarmu saja, oke?"

Jimin menghela nafas seraya memutar bola matanya malas.

"Tck, baiklah."

Lalu Jimin dan Daniel berjalan menuju kamar Jimin yang bersebelahan dengan kamar Jiyeon.

"Bagaimana jika kita ajak Jiyeon?"

Jimin mengangkat sebelah alisnya.

"Anak seperti dia hanya akan merusak suasana bermain game." protes Jimin.

"A, aku yang akan mengajarkannya."

Jimin nampak berpikir lalu menyetujuinya. Jimin pun memanggil Jiyeon agar datang ke kamarnya.

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang