17. Official

300 50 17
                                    

"Jangan sangkut pautkan ini dengan hal itu, Jiyeon."

Daniel akhirnya bersuara.

"Kenapa? Benar kan? Kau melakukan ini karna aku menolak mu, karna aku tidak menyukai mu."

Daniel mengepalkan tangannya, emosinya kini telah berada di puncaknya. Ia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya. Namun ia masih memandang Jimin yang notabene adalah sahabatnya, jika tidak mungkin ia sudah memporak-porandakan ruangan itu. Daniel tersenyum miring.

"Insiden penolakan itu sudah lama ku lupakan, lagipula kini aku telah mencintai orang lain."

Jiyeon memutar bola matanya malas.

"Tck, bajingan ini masih saja berakting."

"Cukup Park Jiyeon! Ada apa sebenarnya di antara kalian berdua?"

Jimin meninggikan suaranya, seperti sedang membentak. Mungkin ia kesal karna perdebatan Jiyeon dan Daniel yang sama sekali tidak ia mengerti.

"3 tahun lalu ia menyatakan cinta padaku tapi aku menolaknya, oppa. Dan ternyata ia masih menyimpan dendam terhadap penolakan itu sehingga ia menganiaya ku."

Jiyeon tertawa renyah. Bibirnya mengulas senyum yang di paksakan. Tangannya mengusap rambut yang menutupi daerah telinga nya.

"Aku hanya menginginkan organ ku kembali, Daniel." gumam Jiyeon.

"Mengapa kau keras kepala? Bukan aku pelakunya!"

"Cukup!! Siapa lagi yang tau kebiasaanku selain kau?! Lagipula aku tidak mungkin tidak mengenali rambut, mata dan aroma parfum milikmu!! Kau pikir berapa lama kita saling mengenal?! Akuilah Daniel!!"

Daniel membuka mulutnya tapi tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Tubuhnya gemetar.

"Kenapa kau begitu yakin?" Jimin bertanya serius.

"Karna ia mengatakan bahwa ia membenci ku karna aku menolaknya. Seingat ku, hanya Daniel yang pernah ku tolak. Selebihnya tidak ku jawab."

---

"Apa kau benar-benar tidak mencintai ku lagi?"

Taehyung bertanya dengan suara husky miliknya. Tangan kanannya berada di punggung So Eun, yang satunya aktif mengelus rambut So Eun yang terurai.

"T, tidak... Aku tidak pernah mencintai mu."

So Eun memberikan jawaban penolakan, namun ia tidak memberikan penolakan pada perlakuan Taehyung yang sedang memeluknya.

"Kau tau? Sejak saat itu, saat dimana kau mengatakan bahwa kau merasakan hal yang sama padaku. Aku-"

"Sudahlah, oppa. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Dulu mungkin aku dengan bodohnya mengutarakan rasa cintaku padamu, tapi kini akal sehatku bisa mengendalikan semuanya."

Taehyung melepaskan pelukannya. Kedua tangannya mencengkram bahu So Eun erat. Matanya menatap tajam So Eun. Kedua alisnya bertaut, ekspresi wajahnya sangat serius.

"Sayangnya itu tidak terjadi padaku. Rasa cintaku padamu lebih besar dari akal sehatku, Nona Kim."

Taehyung menekankan suaranya pada kalimat terakhir.

Ia berdiri yang diikuti oleh So Eun setelahnya. Lalu kembali mengaitkan jemarinya dengan jemari milik So Eun. Sepertinya ia ingin mengajak So Eun ke suatu tempat kenangan lainnya.

---

"Daniel, katakan sejujurnya! Apa benar kau yang melakukan teror ini?!"

Jimin mulai membentak Daniel yang sejak tadi tidak mengeluarkan pembelaan apapun dari mulutnya. Jimin berdiri dan menghampiri Daniel yang terdiam. Ia menarik kerah Daniel.

"Jawab atau kita selesaikan semua ke kantor polisi."

Daniel terkekeh.

"Bawa saja. Aku tidak bersalah."

Satu pukulan keras mendarat di wajah Daniel. Darah segar mengalir dari hidung dan sudut bibirnya. Daniel tersungkur, lalu menghapus darah di sudut bibirnya dengan ibu jarinya.

Sang psikiater panik, mencoba menahan Jimin agar tidak melakukan pukulan kedua. Jiyeon hanya menatap dingin ke arah Daniel.

"Kembalikan telinga adikku, brengsek!"

---

"Kita menginap malam ini." gumam Taehyung.

"Tidak! A, aku harus sekolah besok."

"Aku akan mengantarkan mu ke sekolah pagi sekali."

"Aku tidak terbiasa bangun pagi sekali. Kita harus pulang."

"So Eun-ah."

"Apapun alasannya, aku tidak mau menginap disini."

So Eun melepaskan tautan tangan mereka dan pergi meninggalkan Taehyung.

"Shit." umpat Taehyung pelan.

Ia mengejar So Eun yang terus berjalan menuju mobil. Sebelum So Eun berhasil membuka pintu mobil, tangan Taehyung lebih dulu meraih pergelangan tangan So Eun. Membalikkan tubuh So Eun dan mendorongnya ke mobil yang sedang terparkir. Jantung So Eun berpacu dengan sangat cepat, matanya membulat menatap takut ke arah Taehyung yang kini berada di hadapannya. Ia terkunci di antara tubuh Taehyung dan bagian samping dari mobil mereka.

"Kenapa kau menolak ku? Apa aku tidak cukup tampan untuk bisa memiliki mu?"

Mata Taehyung sayu layaknya seseorang yang sedang mabuk. Tangan So Eun berusaha mendorong Taehyung agar menjauh darinya, tapi gagal. So Eun mulai ketakutan dengan perilaku Taehyung. Ia pun terisak dan menangis. Melihat So Eun menangis, Taehyung dengan sigap menjauhkan tubuhnya yang sedari tadi menghimpit tubuh So Eun.

"A, arraseo kita akan pulang. Uljima So Eun-ah, jebal."

---

"Sudah puas?"

Daniel berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya seolah baru saja terkena kotoran. Ia kembali tersenyum miring.

"Jadi kau percaya dengan ucapan jalang ini?"

Daniel menunjuk Jiyeon yang sedang duduk di ranjang. Ucapan Daniel cukup sukses untuk membuat semua yang berada di kamar Jiyeon terkejut.

"Berani-beraninya kau mengatakan hal seperti itu!"

Jimin bersiap untuk memberikan Daniel pukulan, tapi psikiater menahannya agar tidak terjadi keributan di depan pasien yang sedang ia rawat yaitu Jiyeon.

"Tanyakan sendiri pada adikmu. Apakah dia masih memiliki mahkota nya? Cih, wanita murahan!"

Setelah mengatakan kalimat yang cukup kasar tersebut, Daniel pergi meninggalkan kamar Jiyeon.

"O, oppa jangan dengarkan dia. Dia pembohong."

Jimin mematung setelah mendengar ucapan Daniel.

"Sebenarnya siapa yang pembohong, Jiyeon?"

---

Sepanjang perjalanan, So Eun hanya menatap keluar jendela. Ia tidak menanggapi sekalipun Taehyung mengajaknya berbicara.

Perjalanan berlalu dengan cepat.

Sesampainya di rumah, So Eun memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Merebahkan diri diatas ranjang. Ia mengambil ponsel dari tas nya, hari ini ia sama sekali tidak mengecek ponselnya. Ia terkejut ketika melihat banyak notifikasi di ponselnya. Tentu saja dari ketiga pria yang begitu menyayanginya. Daniel, Sangyeob, dan bahkan Taehyung.

Ia tertawa kecil saat membaca pesan-pesan dari Daniel. Tawanya terhenti saat matanya terfokus pada satu pesan.

Kang Daniel : So Eun-ah, aku mencintaimu. Bisakah kita menjalin hubungan lebih dari teman?

Saat itu juga ia berpikiran untuk menyakiti Taehyung agar tidak mencintainya lagi. Ia berpikir untuk mengakhiri semua masalah dengan Taehyung. Kim Taehyung adalah kakaknya dan tidak mungkin menjadi kekasihnya.

Kim So Eun : Daniel. I'm officially yours from now :)

Tbc.
Need ur vomment guys ^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang