18. Care

182 47 10
                                    

Tringgg...

Ponsel So Eun terus berdering, waktu menunjukkan pukul 03.00.

"Siapa orang bodoh yang menelpon sepagi ini?" gerutu So Eun.

Ia meraba meja kecil di samping ranjangnya, mencoba meraih ponselnya yang tengah berdering. Namun tangannya tak sengaja menyenggol gelas yang sengaja ia taruh disana untuk diminum ketika malam hari.

Pranggg.

Kebisingan suara gelas yang terjatuh dan pecah memenuhi isi kamar So Eun. So Eun terkesiap dan segera menyalakan lampu tidur. Ia mengacak rambutnya kasar seraya merutuki dirinya.

"Sial." umpat So Eun kesal.

Lalu ia berdiri dan menyalakan lampu kamarnya dan keluar kamar untuk mengambil peralatan kebersihan.

Ia berjalan menuju dapur, langkahnya terhenti saat ia mendengar suara kran air dari arah dapur. Ia tau betul siapa yang sedang berada disana, ia tidak berniat untuk sekedar menyapa pria tersebut sehingga ia melanjutkan langkahnya dan mengambil barang-barang yang ia butuhkan lalu pergi. Tepat ketika So Eun melangkahkan kakinya untuk berbalik ke kamarnya, pergelangannya di genggam oleh pria yang kini sedang menatapnya datar, Taehyung.

"Tidak perlu canggung atau menghindari ku. Semua sudah normal, aku sudah berhenti untuk mengejar mu."

Setelah mengatakan pernyataan itu Taehyung melepaskan genggamannya dan berlalu melewati So Eun yang masih membeku. So Eun memandangi punggung Taehyung yang mulai menjauh dan menghilang di balik pintu.

"Bukankah seharusnya aku bahagia?"

---

"Kemana anak ini?! Dia pikir dia itu siapa?! Aku sudah menghubunginya berulang kali tapi di abaikan?! Apakah itu yang namanya kekasih hah?!"

Daniel melemparkan ponselnya ke bantal di sampingnya. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba sebuah senyuman yang manis terukir di bibirnya, wajah dan telinganya pun memerah.

"Benarkah ini semua bukan mimpi?"

Daniel mengguling-gulingkan tubuhnya berulang diatas ranjang layaknya anak kecil yang mendapatkan ranjang baru. Ia menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala.

"Sial aku tidak bisa tidur. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihku besok."

Daniel tertawa pada dirinya sendiri dengan selimut yang ia tarik untuk menutupi wajahnya.

---

"O, oppa apa kau tidak mempercayai ku? Kau lihat kan telinga kanan ku tidak disini? Aku tidak berbohong oppa."

Jiyeon bertanya dengan gemetar, tangannya mengarah ke telinga kanannya yang sudah tidak berada pada tempatnya.

"Tidak, bukan begitu. Hanya saja..."

Jimin menggantungkan kalimatnya, wajahnya sangat serius.

"Kenapa kau bersikeras pelakunya adalah Daniel? Dia sudah bersahabat denganku sejak kecil, aku tau betul siapa dia."

Wajah Jiyeon berubah kesal, ia mengulas senyum miring dan memutar bola matanya malas.

"Cih, kau masih saja membela bajingan itu."

Jimin menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Tubuhnya kini menghadap Jiyeon yang tengah bersandar pada pinggir ranjang.

"Sebenarnya apa hubungan kalian berdua? Maksudku, hubungan kalian yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya."

Jiyeon membulatkan matanya dan meneguk salivanya berat.

"I, itu..."

---

So Eun kembali ke kamarnya dan membersihkan pecahan gelas yang tadi ia jatuhkan. Perasaan dan pikirannya sangat kacau. Kalimat yang tadi Taehyung ucapkan benar-benar membuat So Eun tidak percaya.

"Awww"

So Eun merintih ketika menyadari bahwa sebuah pecahan gelas melukai jarinya. Ia segera berdiri dan berniat pergi ke dapur untuk membilas jarinya yang berdarah, namun belum juga sampai di dapur ia berpapasan dengan Taehyung yang sepertinya baru saja dari toilet. So Eun menyembunyikan jarinya yang berdarah di belakang tubuhnya dan melanjutkan langkahnya. Taehyung hanya menatapnya datar dan acuh lalu masuk ke kamar tamu.

"Apa-apaan dia?! Apa dia baru saja mengabaikan ku?!" pekik So Eun kesal.

Ia berjalan menuju dapur dengan hentakan kaki khas seseorang yang sedang ngambek.

Ia menyalakan kran dan mengarahkan jarinya pada air yang mengalir. Sebuah rintihan lolos dari mulutnya saat air mulai mengenai lukanya.

"Kenapa darahnya terus mengalir?" gerutu So Eun seraya mematikan kran.

Begitu tubuhnya berbalik, ia di kejutkan dengan sosok tinggi yang entah sejak kapan sudah berada di belakangnya.

"Kau terluka?"

So Eun menggeleng dan kembali menyembunyikan jarinya, lalu berniat kembali ke kamarnya untuk mengambil beberapa plester.

"Sudah ku bilang jangan canggung, kau tetap adik kecil ku yang akan selalu aku khawatirkan."

Taehyung menarik lengan So Eun dan melihat luka di jari So Eun. Tanpa adanya persetujuan, Taehyung dengan sigap memasukan jari So Eun ke mulutnya dan menghisap darah yang mengalir. Setelah itu ia memberikan sebuah es batu dan di tempelkan pada luka So Eun.

"Jika terluka, kau harus membuat darahnya membeku lebih dulu. Dasar bodoh!"

Taehyung menggerutu sambil membalut luka di jari So Eun dengan plester. Tanpa di sadari, So Eun tersenyum melihat sikap Taehyung yang begitu memperhatikannya.

Dering ponsel So Eun membuyarkan lamunannya tentang Taehyung. So Eun dan Taehyung mengarahkan pandangannya pada ponsel diatas meja. Ada panggilan masuk dari seseorang.

So Eun mengangkat telepon dan berbicara dengan seseorang di sebrang telepon, ia sedikit menjauh agar tidak terdengar oleh Taehyung tapi Taehyung percaya bahwa ia tidak salah dengar meskipun samar tapi ia bisa mendengarnya dengan jelas seseorang yang sedang menelepon adiknya adalah pria yang tidak ia sukai, Kang Daniel.

Tbc.
Dont worry i'll double update to pay the slow update, i'm so sorry :((
Keep vomment ^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang