13. Puzzle

266 57 13
                                    

Daniel hanya menanggapi Taehyung dengan senyuman miring lalu melangkah pergi.

"Sial." umpat Daniel.

---

"Jim, kau di rumah?"
"Baiklah, aku kesana."

Daniel melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan lampu yang menyala merah, ia menerobos tanpa ragu.

Akhirnya ia sampai di rumah temannya, Park Jimin.

---

"Kalau begitu aku pulang dulu, hubungi aku jika terjadi sesuatu."

So Eun tersenyum dan mengangguk. Mereka berjalan beriringan menuju pintu utama, senyuman tak pernah lepas dari wajah keduanya.

"Sudah ingin pulang?" tanya Taehyung ramah.

"I, iya hyung. Kurasa So Eun butuh banyak istirahat." jawab Sangyeob.

Setelah memberi salam, Sangyeob pun pergi meninggalkan rumah So Eun.

"Pria yang sopan." gumam Taehyung.

"Kau juga berpikir seperti itu?" senyum So Eun.

Taehyung menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Dia sangat baik dan sopan. Aku, aku..."

Wajah So Eun memerah, begitupun telinga nya. Ia tidak melanjutkan kalimatnya dan langsung masuk ke dalam rumah.

"Apa mencintaimu harus sesakit ini?" batin Taehyung.

---

"Ah kau benar-benar datang." sapa Jimin pada Daniel yang kini telah masuk ke rumahnya.

"Sepi sekali."

Penglihatan Daniel menyusuri ruang tamu yang nampak hening.

"Orang tuaku sedang ke rumah sakit." jawab Jimin singkat.

"Adikmu?" Daniel bertanya pelan hampir seperti bisikan.

"Adikku berada di kamarnya. Orang tuaku ke rumah sakit untuk membawa seorang psikiater. Adikku terlihat seperti orang gila. Tiap kali melihat pria, siapapun itu ia akan berteriak histeris seolah ia tengah melihat hantu."

Jimin menunduk dan menghela nafas berat. Terlihat kegelisahan dari ekspresi wajahnya.

Daniel tidak berani bertanya lebih rinci. Ia takut menyinggung perasaan Jimin. Jadi ia memutuskan untuk diam seraya menepuk pelan bahu Jimin untuk memberikan semangat.

Tak berapa lama, terdengar suara bising mesin mobil dari luar. Tuan dan Nyonya Park datang.

"Jimin-ah bantu Ayah membawakan alat-alat milik Dokter." seru Ibu Jimin dari luar.

Jimin bergegas keluar.

Semua nampak sibuk. Jimin memasuki rumah dengan koper cukup besar di tangannya. Ayah dan Ibu Jimin berbincang serius dengan wanita paruh baya yang sepertinya sang psikiater.

Lalu Jimin mengajak Daniel untuk ikut ke kamar Jiyeon agar Daniel tau bagaimana keadaan Jiyeon saat ini.

---

"So Eun-ah." gumam Taehyung pada So Eun yang sedang sibuk memainkan rambut Taehyung.

Taehyung sedang berbaring di pangkuan So Eun. Setelah Sangyeob pulang, Taehyung terus bersikap manja pada So Eun. Bahkan ia meminta So Eun untuk mengelus rambutnya agar ia tertidur di pangkuan So Eun.

"Ada apa oppa?" jawab So Eun seraya menatap kedua mata Taehyung.

"Apa kau menyayangiku?"

"Tentu saja. Pertanyaan macam apa itu?"

"Seberapa besar rasa sayangmu?"

"Seluruh rasa sayangku hanya untukmu oppa."

"Bohong."

"Apa maksudmu?"

"Kau ingat saat pertama kali aku mencium mu?"

"Saat SMP? Ya aku ingat."

"Kau ingat mengapa aku mencium mu?"

"Aku tidak terlalu ingat."

DEG.

Jantung So Eun berdegup kencang, matanya membulat ketika ia mengingat kembali kejadian itu. Kejadian yang tidak seharusnya terjadi. Kejadian yang menjadi alasan mengapa Taehyung terus mencintai So Eun hingga saat ini.

---

Psikiater memasuki kamar Jiyeon, diikuti Ibu Jimin. Semua tampak normal, sampai saat Ayah Jimin masuk terdengar teriakan lantang dari Jiyeon.

"PERGI!! PERGI!! JANGAN BUNUH AKU, PERGI!!"

Teriakan yang membuat siapapun merinding mendengarnya. Bagaimana tidak, teriakan tersebut jelas mengatakan bahwa ia adalah seorang korban pembunuhan yang selamat.

Psikiater menyuruh agar Ayah Jimin keluar membiarkan ia dan Ibu Jimin saja yang berada di dalam. Ayah Jimin mematuhinya dan segera keluar lalu menutup pintu.

Daniel tidak sempat melihat keadaan Jiyeon. Yang ia tau saat ini hanya Jiyeon benar-benar menjadi sasaran pembunuhan.

"Kau dengar sendiri kan? Tempat terkutuk yang kau sebut sekolah itu telah membuat adikku jadi seperti ini."

Daniel meneguk saliva nya berat. Kenyataan yang sangat mengerikan. Bagaimana bisa terjadi kejadian seperti itu di lingkungan sekolah yang seharusnya aman?

Pertanyaan-pertanyaan mulai memenuhi otak Daniel. Ia tidak mungkin memberi tau So Eun soal ini. So Eun akan sangat tertekan jika tau semuanya.

Akhirnya Daniel memutuskan untuk mengetahui dulu semuanya secara rinci. Ia harus tau alasan Jiyeon bisa mengalami kejadian sefatal itu.

"Jim aku minta maaf. Tapi bisakah kau menceritakan semuanya secara rinci padaku?"

Jimin nampak berpikir sejenak, lalu memejamkan mata sambil menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

"Baiklah akan ku ceritakan semuanya."


Tbc.
Dont forget to vomment ^^

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang