"It's none of your business, aunty. Lebih baik sebelum lo nilai look orang lain mending lo liat penampilan lo dulu deh. Pantes ga sebagai seorang mahasiswi pake make up kayak gitu." Mendengar jawaban Rio, Jane langsung segera melihat penampilannya lagi.

"Ga ada yang salah tuh. Kamu kenapa sih galak banget hari ini? Oh, takut yang sebelah kamu marah ya? Emang dia siapa sih? Pacar kamu? Yaampun Rio, kamu bisa kali dapetin yang lebih cantik dari dia," ujar Jane lagi yang membuat Giselle menahan emosi karena telah dihina seenaknya oleh seniornya.

Melihat ekspresi Giselle berubah menjadi geram, Rio justru semakin mengeratkan genggaman tangan mereka. Hal ini dilakukannya demi menenangkan sang adik yang sedang emosi.

"Udah gue bilang, ini bukan urusan lo, Jane. Mau dia pacar gue kek siapapun gue. Lo gak perlu tahu! Ayo, kita pergi, males gue ladenin cewek mirip badut ini," ucap Rio sambil menarik tangan Giselle dan segera menjauh dari kawanan Jane dan antek-anteknya itu.

Melihat tingkah Rio yang menyebalkan, membuat Jane menghentakkan kakinya keras. Hal itu membuat antek-anteknya—Jessica dan Liana menenangkan Jane.

"Udahlah, Jane. Lo gak perlu marah. Lagian ya, masih banyak kali cowok yang lebih ganteng daripada si Rio songong itu," ujar Jessica yang berniat menenangkan Jane.

"Iya, Jane, bener kata Ica. Udah yuk, kita kan mau kelas. Oh ya, nanti kan ada Julian. Lo deketin dia aja tuh. Kan pesonanya gak kalah sama Rio. Udah gitu masih jomblo loh," seru Liana memberi semangat untuk Jane.

Mendengar hal itu, membuat senyum Jane merekah. Ia pun seketika berubah menjadi sosok yang riang kembali. "You're right, Na. Gue bisa deketin Julian nanti. Ah, you're such a genius!"

"It's me Liana," jawab Liana yang membuat Jessica dan Jane tertawa sambil berjalan menuju kelas mereka pada siang hari ini.

Disisi lain, Rio dan Giselle yang sudah berhasil kabur dari Jane and the gang, langsung menarik nafas lega. "Huft, untung kita berhasil kabur."

"Iya woy! Eh, itu siapa sih Jane-Jane itu? Gila ya dia ngatain gue jelek?! Yaampun dia gak sadar diri, mukanya kayak badut begitu," ucap Giselle menggebu-gebu.

Melihat ucapan Giselle, Rio tertawa hingga perutnya sakit. "Udah, Sell, calm down. Yang penting tadi gue udah belain lo kan? Lo harusnya bilang makasih sama gue karena udah nyelamatin lo tadi dari ucapan tajamnya si Jane."

"Iya-iya, makasih kakakku sayang," ujar Giselle sambil mencubit pipi Rio dengan gemas. Yang dicubit langsung merasa kesakitan pada pipinya.

Tapi, Rio baru sadar bahwa tadi Giselle memanggilnya 'kakak' di lingkungan kampus. Seketika itu juga, Rio menutup mulut Giselle yang membuat Giselle meronta agar tangan Rio bisa lepas dari mulutnya.

"Sell, lo hampir keceplosan. Remember our deal, sist. Kalo ketauan, bubar jalan rencana kita." Awalnya, Giselle tidak menyadari apa kesalahannya yang membuat Rio bisa berkata demikian. Namun, otaknya segera mengingatkannya pada perjanjian antara dirinya dengan Rio.

"Oh, shit! Sorry, bro. Tadi gue keceplosan. Belom ada yang dengerkan?" Rio menggeleng pelan. Giselle pun segera menghela nafas lega.

"Sist, language please. Don't use harsh word," kata Rio memperingati Giselle sebagai seorang kakak laki-laki yang baik.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang