Part 36 : Revealed (Part 2)

3.9K 145 11
                                    

Giselle yang baru saja sampai di rumahnya, seketika langsung menjatuhkan tubuhnya diatas sofa empuk di ruang tengah.

Sembari mengistirahatkan tubuhnya, Giselle menarik nafas secara teratur dan memejamkan matanya sebentar. Namun, tiba-tiba Giselle merasa ada sesuatu yang menahan matanya. Sekuat apa pun Giselle berusaha, matanya tetap tak bisa dibuka. Rasanya seperti ditahan oleh sesuatu.

"Ini siapa? Lepasin mata gue gak!! Kalo engga, gue bakal lapor polisi bahkan nuntut lo ke Komnas HAM atas penyiksaan terhadap perempuan. LEPASIN GUE!!" Bersamaan dengan teriakan melengking Giselle, matanya pun terbuka dan secara mengejutkan sosok Rio berdiri didepan Giselle dengan senyum lebar menghiasi bibirnya.

"RIO? What are you-" Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Rio sudah membawa Giselle kedalam pelukannya dan membuat Giselle kembali lagi merasakan nyaman dan hangatnya pelukan Rio. Jujur, Giselle sangat merindukan pelukan ini.

"Jahat, jahat!! Kenapa ga bilang kalo lo udah sembuh? Kan gue bisa jemput lo dulu sebelum pulang sekolah tadi. Ihh jahatt," seru Giselle sambil memukul dada bidang milik Rio. Karena Rio rindu akan sikap manja Giselle, ia pun membiarkan adiknya untuk memukulnya hingga puas.

"Udah puas mukulnya?" tanya Rio ketika Giselle berhenti memukul Rio.

"Surprise! Gue sengaja ga kasih tau lo kalo gue udah sembuh dan bisa balik ke rumah. Btw, I miss you so much, sist. Gue lama banget ya ninggalin lo di rumah," seru Rio lagi sambil kembali memeluk Giselle. Giselle yang rindu akan sosok kakak laki-lakinya itu, semakin mempererat pelukan mereka.

"Me too, bro. Yaudah, gue mandi dulu ya. Abis itu kita harus cerita-cerita. Banyak yang harus gue ceritain."

"Sama. Gue juga punya banyak cerita penting. Salah satunya soal peneror itu, Sell," ucap Rio yang membuat ekspresi bahagia Giselle seketika menghilang.

~Saat di ruang tengah~

"Yo, jadi om Satria udah nemuin siapa peneror itu?" Rio pun mengangguk dan memberikan tumpukan kertas kepada Giselle.

"Coba lo baca tumpukan kertas itu baik-baik. And promise me not to cry," kata Rio memperingati Giselle yang membuat Giselle semakin bingung dan penasaran.

Akhirnya, Giselle mulai membaca kertas itu satu per satu. Kedua matanya sangat teliti dalam membaca setiap huruf yang tertera di kertas tersebut. Hingga sampai pada halaman terakhir, Giselle membelakkan matanya sambil memandang kearah Rio yang tengah memandanginya juga.

"Ini gak serius kan? I-ini pasti bohong. Is not him right? Yo, this is impossi-"

"Sorry Sell, but that's the truth. Udah banyak bukti yang mengarah ke dia Sell. I'm sorry," jawab Rio sambil memeluk Giselle yang terdiam dan tak lama Rio bisa merasakan jika Giselle menangis.

"Why him, Yo? Why?? Gue gak percaya selama ini dia yang membuat kita jadi kayak gini. Yang gue bingung, apa alesan dia ngelakuin semua ini? Hiks.. hiks," kata Giselle dalam tangisan kecilnya.

"Kita semua ga ada yang tau, Sell. Tapi setelah kita cari dia, kita pasti tau alesan dia kenapa ngelakuin semua ini." Perkataan Rio barusan membuat Giselle mengiyakan dalam hati. Bahkan saat ini hati Giselle masih tak rela untuk menerima fakta bahwa orang yang selama ini membuat hidupnya menderita adalah sosok itu.

"Sell, ayo gue anter lo ke kamar. Lo butuh istirahat." Rio pun bangkit sambil merangkul Giselle yang masih terisak. Saat menaiki tangga, Bi Imah tak sengaja melihat Rio yang sedang merangkul Giselle yang sedang terisak. Hal ini pun membuatnya bertanya dalam hati ada apa dengan majikannya itu.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang