Part 35 : Revealed (Part 1)

4.3K 157 19
                                    

Pencarian terus berlanjut. Giselle, Rio, dan juga Tio bersama dengan Pak Polisi dan Satria mulai lebih detail mencari siapa pelaku yang selama beberapa hari belakangan ini meneror Rio dan juga Giselle.

Karena ingin cepat menemukan siapa pelaku dibalik semua teror ini, Giselle dan Tio rela begadang setiap hari libur demi membantu Satria mengumpulkan data-data yang diperlukan.

"Om, apa masih ada yang bisa kita bantu? Karna kalo aku liat dari data-data yang kita kumpulin kayaknya masih kurang deh," sahut Giselle ketika mereka—Satria, Giselle, dan Tio sedang memeriksa berkas-berkas dikantor Satria.

"Giselle, kamu sudah berusaha sangat keras untuk memecahkan kasus ini. Kamu rela begadang setiap hari libur hanya untuk membantu saya menyelesaikan kasus ini. Om tahu kamu begitu menyayangi kakakmu itukan? Tapi ingat akan kesehatanmu sendiri. Om tidak mau kena omelan kakakmu itu jika tahu adik perempuan kesayangannya sakit karena terlalu berusaha dalam kasus yang tak terpecahkan ini." Perkataan Satria membuat Giselle tersenyum simpul dan mengangguk.

"Ehm Tio bisakah kau mengajak Giselle untuk menghirup udara segar sebentar?" pinta Satria pada Tio dengan tatapan penuh arti. Mengerti maksud tatapan itu, Tio pun mengangguk dan membawa Giselle keluar dari ruangan Satria.

"Jadi lo mau kemana sekarang?" tanya Tio dikeheningan yang menyergap antara dirinya dan Giselle.

"Hemm.. Let me think. How about Little Town park?"

"Little Town park? The most memorable park for everyone who visit there?" Giselle mengangguk. Tio pun tersenyum dan segera melajukan mobilnya menuju taman itu.

~Saat di "Little Town Park"~

"Finally, fresh air in the middle of busy city," seru Giselle masih dengan logat Amerika yang dimilikinya.

"Nothing has changed since I visited this park for the first time."

"Really?" Tio pun mengangguk. Mereka berdua pun menduduki salah satu kursi taman dan melanjutkan obrolan mereka.

"Apa yang gak berubah dari taman ini? Yakin semuanya?" tanya Giselle penasaran.

"Iya semuanya. Dulu pas gue kesini pertama kali, suasananya sama kayak hari ini. Gak terlalu panas, gak terlalu mendung. Ya cuaca yang bagus buat para pejalan kaki yang melintas dan salah satu pejalan kaki itu adalah gue dan dia." Tio tiba-tiba berhenti bercerita sehingga membuat Giselle melihat kearahnya. Jelas terlihat, taman ini adalah memory Tio yang sebelumnya tidak pernah diketahui siapapun. Tapi saat ini, Giselle tahu.

"Are you okay, kak?"

"Sorry Sell, gue jadi curcol gini sama lo. Seharusnya gue gak perlu ngomong apa-apakan? Yang ada gue berbagi beban ke orang yang seharusnya ga mikirin beban gue."

"It's okay kak. Aku gapapa. Aku disini buat dengerin cerita yang emang kak Tio mau bagi. I'm fine with it. Kak Tio, cuman perlu rileks dan ceritain smuanya pelan-pelan," kata Giselle meyakinkan Tio agar dapat bercerita dengannya dan berbagi kesulitan yang dialaminya selama ini.

"Semua bermula dari taman ini. Bahkan pepatah di taman ini bener. Taman ini memang taman yang berkesan dan juga tidak terlupakan oleh siapapun yang pernah kesini untuk pertama kalinya. Dan kejadian itu juga tepat didekat bangku ini dan diwaktu yang sama enam tahun yang lalu."

#FlashbackOn

"Tiara, jangan cepet-cepet jalannya. Abang udah ngos-ngosan nih."

"Ahh abang mah payah. Segitu doang udah cape. Dasar abang cupuu. Mbleee," ejek Tiara Saputra—adik perempuan Tio yang saat itu berusia dua belas tahun.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang