Part 17 : A Little Happiness?

8K 276 14
                                    

Sejak perjanjian antara Giselle dan Rio yang menyembunyikan masalah surat itu, membuat Giselle penasaran. Giselle merasa ada sesuatu yang terjadi pada Rio dengan seseorang. Walaupun Giselle tidak tahu orang itu siapa. Tapi Giselle yakin seseorang itu mengirim surat kepada Rio dengan kata-kata seperti itu pasti ada maksud untuk balas dendam ke Rio.

Giselle yang kini sedang bersiap untuk menjenguk Rio kembali di rumah sakit tiba-tiba terlintas ide. Giselle berjalan menuju kamar Rio dan mengambil batu yang kemarin dipakai orang iseng itu untuk memecahkan kaca jendela kamar Rio. Dan Giselle ingin membawa batu ini ke kantor polisi untuk diperiksa.

"Ma, Giselle berangkat dulu ya."

"Makanannya Rio udah, sayang?"

"Udah ma. Giselle langsung ya ma. Bye," pamit Giselle yang langsung melesat menuju rumah sakit.

Sesampainya Giselle di rumah sakit, ia pun langsung turun membawa kotak berisi makanan kesukaan Rio. Namun saat melihat kamar Rio penuh dengan tamu, Giselle memberhentikan langkahnya dan langsung bersembunyi di salah satu pilar.

"Duh ka Rio kasian ya, bolak balik masuk rumah sakit terus kayak gini. Ahh nanti gue bakal siapin sarapan buat dia," bisik salah satu cewek yang sudah Giselle yakini mereka adalah fans Rio.

Ketika Giselle sudah merasa aman, barulah ia keluar dan menuju kamar rawat inap Rio.

"Rio?"

"Eh Sell, tumben udah dateng."

"Ya seharusnya gue lebih pagi dari tadi. Huft, untung gue tadi bisa ngumpet kalo engga udah mateng kali gue ditanyain fans lo itu," kata Giselle sembari menaruh tas kecil dan kotak makan yang ia bawa.

"Ya biasalah anak keren kan kayak gini nasibnya. Hahaha. Eh btw, lo bawa apa?" tunjuk Rio saat melihat Giselle membawa sebuah kotak makan. Giselle pun berjalan menuju Rio dan duduk disamping Rio.

"Ini makanan kesukaan lo. Dibuatin mama nih," kata Giselle menyerahkan kotak makan tersebut kepada Rio. Rio langsung menyambar kotak itu dan segera membuka kotak itu untuk melihat isinya.

"Wihhh soto ayam, duh mama tau aja gue lama gak makan soto," kata Rio sambil tersenyum dan mulai menyendokkan suapan pertamanya. Giselle yang melihat Rio tertawa pelan. Ternyata tingkah Rio jika sudah melihat makanan kesukaannya langsung berubah menjadi seperti anak kecil.

"Lo itu kalo makan pelan-pelan makanya. Kayak anak kecil aja." Aktivitas makan Rio berhenti ketika merasa tangan Giselle mengelap sudut bibirnya.

"Eh sorry-sorry gak bermaksud," kata Giselle yang menurunkan tangannya dari wajah Rio.

"Udah selo aja. Btw, thanks ya udah bawain makanan ini sama yang tadi." Giselle mengangguk.

"Mm yaudah gue balik ya masih ada urusan nanti kalo masih sempet gue kesini lagi ya," kata Giselle membereskan tas kecilnya.

"Sell?" Giselle pun menoleh kearah Rio. Rio pun berkata, "take care ya."

"Sip. Gue cabut duluan. Oh ya, jangan lupa lo minum obat kalo sotonya udah abis," perintah Giselle pada kakak tirinya yang masih berada diatas kasur rumah sakit itu.

"Siap bos!"

****

"Bagaimana pak, apakah bapak bisa memeriksa batu ini? Mungkin jika di scan akan ada sidik jari pemegang batu ini," pinta Giselle kepada Bapak polisi didepannya ini. Bapak polisi ini pun menimbang-nimbang saran Giselle.

"Kami bisa melakukan itu, mbak. Tapi sebelumnya, batu ini digunakan untuk apa ya?"

"Jadi begini Pak, ada seseorang yang melempar batu ini ke kamar kakak saya sampai kaca jendelanya pecah. Dan dibatu ini ada surat teror. Nah saya yakin, pasti orang yang melempar ini yang membuat surat teror tersebut pak. Saya harus tahu siapa pelakunya, Pak karena ini menyangkut keselamatan kakak saya." Bapak polisi itu pun mengangguk tanda mengerti.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang