Part 22 : Bad Feeling (Part 1)

6.8K 217 6
                                    

"Sell?" panggil sosok itu.

"Rio?" jawab Giselle ragu-ragu. Begitu Giselle mengatakan nama 'Rio', Evan pun membalikkan badannya yang membelakangi pintu kamar. Dan benar disana berdirilah Rio yang masih mengenakan seragam sekolah sama seperti yang Evan kenakan saat ini.

"Eh lo Van. Dari kapan lo disini?" tanya Rio to the point sembari menaruh tasnya di salah satu sofa.

"Dari jam empat deh keknya," balas Evan. Rio hanya mengangguk. Tiba-tiba suasana menjadi hening dan canggung. Tak ada satu pun yang ingin membuka percakapan. Giselle pun bingung harus membicarakan apa mengingat Rio dan Evan memiliki hubungan yang tidak dekat.

"Hemm, gue ke toilet dulu deh," ucap Rio tiba-tiba. Rio melangkahkan kakinya masuk ke dalam toilet. Begitu Rio masuk, Evan berkata, "yaudah Sell gue balik duluan deh. Ga enak sama Rio. Gue juga barusan dapet sms ada urusan. So, get well soon okey?" Giselle mengangguk.

"See you Sell!"

"Daaa! Thanks Van udah jenguk gue!" teriak Giselle begitu Evan menutup pintu kamar rawat Giselle. Giselle menghela nafas lega. Akhirnya tak ada lagi situasi canggung dan hening seperti tadi.

CEKLEK

"Loh Evan mana?" tanya Rio yang pura-pura tidak tahu.

"Dia pulang ada urusan mendadak," ucap Giselle datar. Rio hanya menanggapi dengan anggukan. Dalam batin Rio, dia mencibir Evan yang bohong mengenai urusan mendadak itu.

"Kenapa baru dateng jam segini?" tanya Giselle ketus. Rio mengernyitkan sebelah alis matanya. Melihat ekspresi Giselle seperti itu sangat aneh. Pasalnya, hubungan mereka sebelumnya baik-baik saja. Hampir sebagian besar Giselle tak pernah lagi marah pada Rio.

"Sell, lo marah? Sorry, tadi gue disuruh ngumpul dulu sama Juan buat ngomongin masalah lomba basket hari sabtu besok," kata Rio mendekat kearah Giselle. Giselle yang fokus pada televisi pun melirik sekilas kearah Rio yang sudah duduk disampingnya.

"Lomba basket? Ohh permohonan lo dimaafkan." Rio tersenyum penuh arti.

"Eh lo udah makan ya? Duh, gue lupa mau bawain lo makanan. Gara-gara tadi udah ngaret banget. Sorry ya Sell. Besok deh gue bawain makanan."

"Yang banyak ya?" pinta Giselle dengan suara lembutnya. Entah sejak kapan Giselle yang ketus kini berubah menjadi Giselle yang lembut.

"Siap my lil sister," ucap Rio sambil mengacak-acak rambut Giselle dari samping.

"RIO RAMBUT GUE!!" teriak Giselle yang kesal karena rambutnya yang rapi berubah menjadi sangat berantakan. Namun Rio hanya bisa tertawa melihat ekspresi Giselle.

"Semoga moment kayak gini bisa lanjut ya Sell. Udah ga ada kata 'berantem' lagi dikamus kita," batin Rio masih sambil mengerjai Giselle. Hingga akhirnya, Rio dan Giselle sama-sama tertidur dengan posisi tangan Rio menggenggam tangan Giselle erat.

Momen itu pun berlangsung selama beberapa menit sebelum suara ringtone iPhone Rio berdering menandakan ada pesan masuk. Rio yang merasa ada getaran pada saku kemaja sekolahnya langsung terbangun dan meraih iPhonenya dan membuka pesan tersebut.

From : Unknown Number
Hallo Reynaldo! Lama kita tak berjumpa. Apakah kau menunggu saya sama seperti saya menunggu kamu? Saya harap begitu. Karena pesan ini merupakan peringatan pertama untukmu dari saya. Peringatan karena kau tidak seharusnya melawan kodrat. Ingat, setelah ini jangan harap hidupmu semakin tenang.

Deg

Detak jantung Rio berdetak kencang setelah ia membaca pesan itu. Tangan Rio hampir melepaskan iPhonenya jika ia tidak segera mengendalikan dirinya. Rasa cemas yang dulu pernah Rio rasakan seperti datang kembali ketika ia mengingat sosok itu.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang