Part 29 : What Happen With Rio?

5.8K 195 19
                                    

Tak berapa lama setelah Rio masuk rumah sakit, Herman dan Erica pun menjenguk putra mereka untuk lebih mengetahui kondisi sebenarnya.

"Rio?" panggil Erica pelan. Yang dipanggil justru diam saja dengan nafas yang teratur namun sosok lain yang tak lain adalah Giselle pun terbangun dari tidurnya.

"Mama, papa? Akhirnya kalian dateng juga," seru Giselle sambil memeluk kedua orang tuanya. Herman dan Erica menyambut pelukan hangat putri mereka itu. Setelah beberapa menit, mereka pun melepaskan pelukan itu dan Erica pun duduk didekat ranjang Rio dan bertanya pada Giselle, "Kenapa kakak kamu bisa masuk rs lagi? Apa sih yang disembunyiin Rio sampe-sampe betah banget masuk rs." Giselle pun mulai mendekati Erica dan merengkuhnya yang mulai meneteskan air matanya.

"Ssstt ma udah dong jangan nangis. Tadi Giselle udah cukup nangis masa sekarang aku nangis lagi. Udah sekarang kita berdoa aja biar Rio ga lama-lama dirawatnya." Erica pun mengangguk setuju. Herman pun menghampiri dan memeluk istri tercintanya itu. Tak lama, pintu rawat Rio diketuk oleh seseorang. Herman pun mempersilahkan orang itu untuk masuk. Dan yang datang adalah Satria-rekan kerja Herman yang terakhir kali bersama Rio.

"Satria? Ada apa kau kemari?" tanya Herman yang heran.

"Saya kesini ingin berbicara denganmu Herman. Ini menyangkut Rio." Mendengar nama putranya disebut membuat Herman melirik kearah Satria dengan heran.

"Ayo kita bicarakan diluar saja. Saya tahu pasti banyak pertanyaan yang berputar diotakmu," seru Satria sambil keluar dari kamar Rio.

"Ma, papa-" Erica pun mengangguk tanda menyetujui bahwa Herman boleh keluar bersama Satria.

"Jadi Sat, sebenarnya apa yang terjadi dengan Rio?" Satria menghela nafasnya dan mulai bercerita.

"Sebelumnya, apa kau ingat tentang Rio yang mengalami amnesia sesaat karena kecelakaan tempo itu?" Herman pun mengangguk. Satria pun berkata lagi, "Ya karena amnesia itu membuat Rio pingsan kemarin."

Herman nampak berpikir dan berkata lagi, "Tapi Sat tidak ada hubungannya Rio pingsan dengan amnesia yang dideritanya."

"Herman, Rio saat ini sepertinya sedang banyak pikiran. Dan mungkin salah satu pikirannya itu berhubungan dengan masa lalunya. Kalau ia terus memikirkannya, itu akan membuat kepalanya terasa pusing dan sakit karna ada amnesia yang menghambat kerja otak Rio. Mungkin saat Rio pingsan kemarin, dia terlalu memaksakan untuk otaknya dapat mengingatnya padahal itu tidak akan terjadi," jelas Satria dengan jelas.

Herman yang mendengarnya langsung shock. Untung saja ada Satria disitu yang membantu rekan kerjanya itu untuk duduk sejenak.

"Her, saya tahu ini pasti berat untuk kamu. Tapi kamu harus tahu, kondisi Rio sudah tak sehat seperti dulu. Dokter bilang, orang-orang disekitar Rio harus mengingatkannya agar tidak banyak hal yang dipikirkan. Kalau terlalu banyak, akibatnya bisa seperti ini atau lebih parah lagi." Herman mengusap wajahnya dengan kasar dan hanya menghela nafas karena tak mampu berkata-kata setelah tahu mengenai kondisi putranya.

"Her, perihal ini pasti berat buat kamu, istri, dan juga putri kamu untuk diterima. But, this is the reality. You can't deny all of this. Maybe this is the way of your family," ucap Satria menenangkan rekannya itu. Herman pun akhirnya membuka mulut lagi dan berkata, "Thanks Sat. Saya tidak tahu lagi kalau kemarin tidak ada kamu yang menolong Rio. Mungkin ini juga teguran Tuhan untukku supaya lebih memerhatikan anak-anak lebih jauh."

Satria pun mengangguk dan setelah itu mereka pun berjabat tangan. Satria pun ijin pamit pulang dan Herman pun mengangguk.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang