Part 1: Mom Wedding

26.4K 770 10
                                    

[NEW VERSION]

*****

Giselle POV

AAARRRRGGGGHHHHH

SIAL! SIAL! SIAL!

Kalau bukan karena mama, aku nggak akan mau menerima semua peristiwa ini dengan lapang dada.

ISSHHH BETE!!

Oh ya, sampai lupa memperkenalkan diri.

Hai semua, kenalin nama aku Giselle James atau yang akrab disapa Giselle. Mungkin kalian bertanya-tanya 'kok nama aku kayak bule ya?'

Ya, aku memang memiliki keturunan orang Amerika, di mana darah itu aku dapatkan dari papaku.

Oh ya, saat ini aku berusia 16 tahun yang masih duduk di bangku SMA, tepatnya di kelas 11 dan bersekolah di Royal International School. Di sekolah, aku termasuk salah satu murid yang terkenal hingga aku masuk dalam jajaran 'The Most Wanted Girl'.

Mungkin kalian bertanya, apa yang mebuatku bisa masuk ke dalam jajaran tersebut? Sebenarnya, aku sendiri tidak tahu pasti tapi yang aku dengar, aku bisa masuk karena penampilan dan juga prestasiku di sekolah.

Soal penampilan, aku akan sebutkan beberapa ciri-cirinya, sepeti kulitku berwarna kuning langsat, rambutku berwarna coklat muda dengan model rambut sedikit bergelombang, dan aku memiliki tinggi serta berat badan yang ideal untuk remaja seusiaku.

Sekian perkenalannya dan sekarang beralih pada hal yang sangat penting dan utama.

Hari ini merupakan hari yang besar bagi keluargaku dan juga keluarga Om Herman. Pasalnya, hari ini merupakan hari pernikahan antara mama dan Om Herman a.k.a calon papa tiriku.

Sebenarnya, aku sudah menerima akan fakta bahwa mama akan menikah lagi dan saat mama meminta ijin kepadaku, aku pun langsung mengijinkannya. Aku merasa senang juga saat mengetahui calon suami mama yang baru adalah Om Herman, di mana aku sudah mengenal baik Om Herman jauh sebelum mama dan papa bercerai.

Aku senang Om Herman bisa menjadi papa tiriku karena beliau adalah orang yang sangat baik. Aku yakin mama bisa luluh sama Om Herman karena kebaikan dan keseriusannya yang sangat tulus.

Tapi, di balik itu, ada satu hal yang sangat tidak ku sukai, yaitu aku akan mempunyai kakak tiri, di mana kakak tiriku berjenis kelamin laki-laki.

For the God sake, aku paling tidak suka mempunyai kakak tiri, apalagi cowok. Tapi, mau bagimana lagi aku harus tetap menerimanya karena kakak tiriku ini adalah anak kandung dari Om Herman.

Tapi, tenang saja, aku tidak akan semudah itu bisa menerima laki-laki itu sebagai kakak tiriku dan mengubah perilakuku untuk patuh kepadanya. Never in a million year.

"Ayo, Sayang, kita berangkat. Nanti kita telat sampe di gerejanya. Yuk," ajak mama sambil menarikku yang sedang asik-asiknya melamun.

Aku pun bangkit  dan menyusul mama dari belakang dan masuk ke dalam mobil yang akan mengantar kami ke gereja, tempat pernikahan mama dan Om Herman. 

*****

Ketika sampai di gereja, aku pun langsung duduk di tempat keluarga mama berada. Ya, tak jarang aku bertemu saudara hingga sepupu kandungku yang datang sebagai bentuk ucapan selamat karena mama akan menempuh hidup yang baru kembali.

Saat melihat tempat keluarga Om Herman berada, keluarga dari pihak Om Herman pun tersenyum ke arahku dan aku pun membalasnya. Kalian harus tahu senyuman ini bukan 100% senyuman tulus. Sepertinya 50% tersenyum terpaksa.

Acara pernikahan pun dimulai dan kini, sampailah pada momen yang ditunggu-tunggu, yaitu pengucapan janji suci antara mama dan Om Herman di depan pendeta dan juga dihadapan Tuhan.

Setelah selesai, semua orang pun berdiri dan bertepuk tangan ke arah mama dan Om Herman. Mau tak mau aku ikut berdiri dan bertepuk tangan dengan pelan sambil menunjukkan senyum palsu. Beberapa menit kemudian, aku dan tamu yang datang duduk kembali dan melanjutkan acara hingga selesai.

Kini, acara pernikahan mama dan Om Herman sudah selesai. Seketika keluarga mama dan keluarga Om Herman saling berjabat tangan satu sama lain. Mau tak mau, aku bersalaman pula dengan kondisi hati yang taak karuan. 

Jujur, ingin rasanya aku keluar dari gereja ini dan berteriak di luar. Tapi, apa daya, aku tidak bisa. Aku tidak bisa meninggalkan gereja karena bila aku pijakkan kakiku sedikit saja di luar gereja, mama pasti akan sangat kecewa.

"Sayang, ayo kita foto dulu," teriak mama tiba-tiba saat aku sedang bersalam-salaman. Aku pun berjalan ke arah podium. Saat sedang berjalan dengan damainya, tiba-tiba pundak kiriku ditabrak seseorang dari belakang.

"Aww!" jeritku kesakitan. Aku langsung mengusap pundakku dan melihat siapa yang seenaknya saja menabrak pundakku.

"Lo–"

"Sorry-sorry, gue nggak sengaja. Gue dipanggil soalnya," ujar sosok di hadapanku. Dilihat dari penampilannya, cowok itu mengenakan tuxedo dan dasi hitam, di mana pakaian itu dipakai untuk pihak keluarga inti. Itu artinya, cowok di depanku ini...

"Mario! Sini, Nak," panggil Om Herman kepada cowok di depanku ini. "Yo, Pap. Sorry, gue duluan ya."

Cowok itu langsung berjalan pergi dan meninggalkan dengan rasa marah yang mulai memuncak. "Sayang! Ayo, sini. Kok malah bengong disitu."

Teriakan mama pun membuyarkan lamunanku dan aku segera berlari kecil ke atas podium untuk berfoto bersama. Saat di atas podium, tiba-tiba aku diperintahkan untuk berdiri di samping cowok itu.

Aku sudah sempat membantah tapi hasilnya nihil. Bapak fotografer tetap bersih keras bahwa aku harus berdiri bersebelahan dengan cowok itu.

"Senyum dong, Sayang. Nanti jelek loh hasilnya," kata mama memmerintahkanku untuk tersenyum ke arah kamera. Aku pun tersenyum tipis sejenak hingga sesi foto ini selesai.

"Giselle, kenalin, ini anak, Om. Namanya Rio. Sana, kenalan, Yo," ucap Om Herman yang memerintahkan Rio untuk bersalaman denganku. Rio menghampiriku dan mengulurkan tangan kanannya sambil berkata, "Mario Reynaldo. Panggil aja Rio."

"Giselle James. Panggil aja Giselle," ujarku sambil menjabat tangan Rio sebentar. Belum sempat melepaskan tanganku digenggamannya, tiba-tiba Rio menarikku ke dalam dekapannya.

Aku yang terkejut langsung berontak namun ditahan oleh tangan Rio dan tiba-tiba Rio membisikkan sesuatu di telingaku. "Gue nggak semudah itu buat nerima lo jadi adek tiri gue. Gue yakin lo juga begitu. So, inget, don't mess with me."

Rio segera melepaskan tanganku dan membuatku terhuyung ke belakang. Dirinya pun langsung meninggalkanku dengan emosi yang tak karuan.

"Akhirnya, kamu udah kenalan sama kakak tiri kamu. Semoga kalian bisa akur ya. Kalo gitu, sekarang kita semua bisa pulang," ucap mama yang memmbuatku mengernyit bingung.

"Iya, Sayang, mulai hari ini, Om Herman dan Rio bakal tinggal sama kita."

"What?! Like for good, Mom?"

"Yes, for good. Cause they're living with us now, behave well. Understand?"

"Mom, but–"

"No rejection, young lady."

"Yes, Mom," ujarku pasrah saat mengetahui bahwa Rio akan tinggal satu rumah denganku, di mana semua ini bisa semakin tak terkendali.

"Pokoknya, awas aja si Rio kalau di rumah. Gue nggak akan bikin hidup dia datar-datar aja. Gue bakal bikin hidup dia sengsara, layaknya dia yang udah bikin hidup gue sengsara sejak tadi pagi."

**********

Hello!

Gimana sama chapter pertamanya??

Interesting??

Semoga chapter ini bisa membuat kalian semakin penasaran dengan cerita antara Giselle dan Rio ya.

Silakan lanjut ke chapter berikutnya!

See you

All the love,

Gisel xx

-2 Juni 2015-

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang