Sedangkan Gilan yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa terdiam dengan senyum tipis namun terlihat miris.

"Lo akan tau nanti..." Lagi-lagi cowok itu tersenyum tipis. "Karena jawabnya ada pada diri lo sendiri."

Cewek itu terdiam di tempatnya. Dia tak sadar bahwa Gilan sudah pergi meninggalkannya dan berjalan menuju sebuah warung kecil di pinggir jalan. Zena kini sedang mencoba mengingat-ingat, apa dia dulu pernah bertemu dengan Gilan?

"Hei! Malah bengong," seru Gilan sembari terkekeh pelan.

Zena mengerjap lalu ditatapnya Gilan yang sudah kembali dengan sebotol air dan obat merah di tangannya.

"Sini gue obatin dulu," ucap Gilan dengan tubuh yang berjongkok di hadapan Zena. Cowok itu kini membuka botol air mineral dan membersihkan siku Zena yang berdarah sekaligus kotor akibat terkena tanah dan debu.

Zena terus mengamati Gilan yang sedang serius membersihkan dan menempelkan plester di sikunya. Sementara di benak gadis itu kini dipenuhi oleh beribu pertanyaan yang membuatnya bingung sendiri.

"Bagus banget ya! Baru gue tinggal sebentar aja udah mesra-mesraan sama cowok lain."

Mereka berdua kompak menoleh ketika seruan sinis itu terdengar dari mulut Zega. Zena mendengus sedangkan Gilan menatap Zega datar.

Zega menarik lengan Zena dengan paksa yang membuat cewek itu berdiri dan sedikit memekik pelan. Zega menatap Gilan galak. "Lo ngapain sama cewek gue?!"

Gilan memutar bola matanya. Zega bilang apa tadi? Cewek gue? Cih! Cuma pacar pura-pura aja belagu. Ingin sekali Gilan berkata seperti itu, namun dia memilih untuk diam karena tak mau cari ribut dengan temannya sendiri.

"Bisa dilihat sendiri kan? Gue ngobatin Zena," ucap Gilan acuh.

Zega yang menatap Gilan sengit langsung membulatkan matanya lalu memutar badan Zena untuk memastikan tak ada luka parah yang hinggap di tubuh cewek itu. "Lo gak kenapa-kenapa kan?! Apa yang sakit? Ada yang berdarah gak? Kok bisa begini sih Zena?!"

Sedangkan Zena memutar bola matanya dan kembali meringis ketika Zega menekan luka yang berada di jidat Zena.

Lalu dengan kesal, Zega menempeleng pelan jidat Zena dengan jari telunjuknya. "Ceroboh banget sih lo!" ucapnya dengan greget setengah mati pada cewek di depannya ini.

Tak terima diperlakukan seperti itu oleh Zega, akhirnya Zena membalas tempelengan Zega dengan cara menginjak kaki cowok itu keras-keras hingga membuat Zega memekik kesakitan.

"Jahat banget sih lo sama pacar sendiri," ucap Zega dengan nada dibuat-buat lalu melirik wajah Gilan yang tampak datar. Bermaksud ingin meledek Gilan yang tak punya pacar, haha mampus lo jones!

"Haha! Mampus lo gak ada pacar," batin Zega dengan senyum setan.

Namun sepertinya Zena tak mengerti apa yang diharapkan Zega, malahan sekarang cewek itu mendengus seraya melontarkan perkataan yang tentu saja membuat wajah Zega kembali tertekuk.

"Lebay!"

Sinis Zena sembari berlalu meninggalkan Zega dan Gilan yang masih diam di tempat.

"Woi! Tungguin gue Zena!" teriak Zega kencang. Namun dia kembali mendengus ketika Zena tak membalas teriakannya.

Zega menatap Gilan kesal. "Apa lo liat-liat? Bapak lo jago silat! Mukanya bulat-bulat seperti kue donat!"

Gilan mengernyit ketika Zega berucap dengan nada seperti lagu. Dia menatap cowok itu aneh.

"Kezel gue sama lu, Gila!" Dengan kesal Zega memplesetkan nama Gilan menjadi Gila. Lalu dia merampas plester dan air mineral dari tangan Gilan. "Buat ngobatin luka Zena."

ZenEgaWhere stories live. Discover now