43. Pertolongan dari Daryl

592 70 16
                                    

"Saya juga suka sama kamu." Adel benar-benar tidak menyangka, kalau Daryl ternyata memiliki perasaan dengannya. Gadis itu menoleh, menatap Daryl sambil menahan senyumnya, namun wajah bahagianya tak dapat ditutupi. Ia seperti sehabis menemukan titik terang di tengah kegelapan dan kekacauan yang belakangan ini sedang ia alami.

            "S-Sejak kapan?"

            Daryl menghela napas panjang, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba bekerja liar. "Sejak ... sejak lama." Dahi Adel berkerut. "Jauh, jauh sebelum kamu sama Reno. Jauh sebelum saya kenal sama Reno." Mulut Adel terbuka sedikit, ia tidak menyangka kalau sudah selama itu Daryl memiliki perasaan dengannya. "Saya udah lama banget suka sama kamu Del. Mungkin dari sebelum kamu suka saya."

            Berbeda dari sebelumnya, raut Adel kini justru kecewa. "Selama itu Ryl? Selama itu kamu gak pernah bilang apapun ke saya? Kamu bahkan gak pernah kasih tanda-tanda signifikan ke saya."

            "I-Iya. Saya waktu itu gak tau kenapa gak pede sama kamu. Saya gak pernah kayak gini sebelumnya. Saya terlalu takut sama reaksi kamu."

            Raut wajah kecewa Adel tak kunjung luput. "Dasar pengecut!" Adel beranjak dari sofa, begitu juga dengan Daryl. Seluruh jarum, pisau, pedang, belati yang tajam, sukses menancap sempurna di hati Daryl. "Kamu tau gak dulu aku bingung banget pilih antara kamu sama Reno. Karena saya ragu kalo kamu punya perasaan sama saya, saya jadi pilih Reno dibanding kamu." Daryl terkejut, matanya membulat. "Apa saya harus disakitin dulu sama Reno biar kamu mau ngakuin perasaan kamu ke saya? Apa saya harus duluan yang nyatain ini ke kamu, baru kamu mau nyatain perasaan kamu?"

            Daryl memegang tangan Adel. Semua perkataan Adel benar, dirinya pengecut. Dirinya bukan seorang lelaki yang diharapkan oleh Adel. Jauh dari kata itu. Namun Adel langsung melepaskan tangannya dari genggaman Daryl. "Del, saya—"

            "Minggir!" Adel menabrak Daryl dan segera meninggalkan rumah itu. "Pengecut! Saya gak mau sama cowok pengecut kayak kamu!"

            Daryl menyesal ini terjadi. Daryl menyesal harus Adel yang menyatakan perasaannya terlebih dulu pada Daryl. Daryl menyesal selalu menunda-nunda untuk menyatakan ini semua pada Adel. Ia menyesal. Dan penyesalan memang selalu datang di akhir.

            "Adel, please maafin saya."

            "Saya gak mau. Saya mau pulang."

"Saya anter."

"Gak perlu. Saya gak mau dianter sama kamu."

"Adel, please."

"Gak mau!" Adel menatap Daryl penuh benci dan langsung meninggalkan rumah itu, meninggalkan Daryl menatap kepergian Adel dari pagar rumahnya. Bukannya Daryl tidak ingin mengejarnya, hanya saja Daryl tahu kalau emosi Adel sangat tidak stabil sekarang. Daryl harus membiarkan Adel sendiri dan menenangkan diri. Ia tahu, yang Adel butuhkan sekarang hanyalah waktu.

Daryl merasa menjadi makhluk paling menjijikan dan hina di muka bumi ini.

***

Hari-hari dan minggu pun telah berlalu. Kini, Daryl melihat Adel lagi, setelah sudah cukup lama ia tidak melihat gadis itu sejak insiden kekecewaan Adel terhadap betapa pengecutnya dirinya. Saat itu mereka sedang berada di kampus. Daryl melihat punggung Adel di lobi, tampak sedang sibuk dengan ponselnya dan hujan juga turun cukup deras. Daryl menarik napas panjang. Mulai sekarang, ia harus mencari cara untuk menarik Adel kembali kepadanya.

            Daryl kini berada di sebelah Adel, namun gadis itu belum menyadari keberadaannya. Daryl melirik ke gadis di sebelahnya, yang tampak sedang ada masalah dengan sesuatu.

Untold FeelingsWhere stories live. Discover now