26. Datang dan Pergi

536 69 3
                                    

Sedang tenggelam dalam lamunannya mengenai Adel, Daryl dikagetkan oleh salah satu rekannya. "Ryl," panggil cewek itu. "Lo tolong jaga kasir bentar dong."

            "Lah, emang lo kenapa?"

            "Gue mau setoran," jawab cewek itu tanpa malu, membuat Angga terkekeh. "Cepetan, gue udah gak kuat." Cewek itu langsung berlari ke toilet, meninggalkan Daryl dan Angga.

            "Aduh nih orang, tiap pagi nyetor mulu," keluh Daryl lalu berjalan meninggalkan Angga ke tempat kasir. Sesampainya di tempat kasir Daryl menghela napas berat. Ia berharap detik ini juga Booktopia ramai akan pelanggan, sehingga ia dapat melupakan masalah ia dengan Bella sejenak. Namun ini masih pagi dan ini merupakan hari biasa, jadi Booktopia pasti sepi.

            Tak lama kemudian, Adel dan Reno berjalan berdampingan sambil tertawa bersama menuju kasir. Lagi-lagi senyum Daryl terbit melihat tawa Adel. Ia bahkan sampai tidak begitu mempedulikan cowok yang berjalan di sebelahnya.

            Mereka pun tiba di kasir, dan Adel langsung meletakan buku belanjaannya di sana. Adel melemparkan senyum ramahnya pada Daryl, begitu juga Daryl. "Hei Ryl, lesu banget," ucap Adel. Jantung Daryl langsung berdegup kencang hanya ditanya seperti itu oleh Adel. Berarti Adel perhatiin gue banget dong? Pikir Daryl. Ah elah, tadi si Angga juga bilang gitu ke gue.

            "Iya, kurang tidur saya," jawab Daryl dan tidak melepas senyumnya, namun tetap berkonsentrasi melakukan pekerjaannya.

            "Ren, kenalin ini Daryl. Ryl, ini temen saya, Reno."

            Mereka saling melempar senyum sopan dan menancapkan baik-baik nama orang yang baru saja mereka kenal ini ke dalam otak. Oh, ini namanya Reno.

            "Jadinya delapan puluh empat ribu ya," ucap Daryl lalu memasukan buku itu ke dalam kantung plastik. Reno pun mengambil sesuatu dari kantung jinsnya.

            "Yah Del, gue lupa bawa dompet!" ujar Reno.

            "Ya elah Renooo. Seriusan lo lupa bawa?" tanya Adel panik namun ia berusaha tenang.

            "Bohong deng." Reno tersenyum jahil, membuat Adel tertawa. Gadis itu memukul lengan Reno pelan.

            "Nyebelin lo."

            Daryl terkekeh melihat mereka. Reno pun mengeluarkan kartu debitnya dan memberikannya pada Daryl. Selesai bertransaksi, Adel dan Reno pun berpamitan dan dibalas sopan oleh Daryl.

            Sungguh, tawa Adel adalah obat dari rasa sakit Daryl. Walaupun gadis itu tertawa dan bahagia bersama lelaki lain, Daryl rela, asal dapat melihat tawa gadis itu terus-menerus.

--

Adel duduk di kasurnya dan berkutik dengan pikirannya sendiri pada sore itu. Entah mengapa, sepulang dari Booktopia bersama Reno tadi, membuat perasaan Adel tidak nyaman. Padahal biasanya belakangan ini, Adel selalu merasa baik-baik saja jika baru pulang sehabis pergi bersama Reno.

            Ia seperti merasa bersalah. Sedari tadi ia memikirkan darimana perasaan merasa bersalah itu datang. Lalu wajah dan senyum Daryl muncul di pikirannya. Adel merasa bersalah dengan kedekatan antara ia dan Reno di depan Daryl, yang dipikirkan Adel adalah; bagaimana kalau Daryl cemburu?

            Adel menggelengkan kepalanya beberapa kali dan berusaha menepis segala pikiran bodoh itu. Tapi dalam lubuk hatinya ia tak dapat menepis pikiran dan perasaan itu. Bagaimana kalau Daryl menjauh karena berpikir Adel sedang dekat dengan lelaki lain?

Untold Feelingsजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें