16. Fans Terberat Queen

645 86 11
                                    

"Jadi, Ivan nangis karena abis diejek sama temen-temennya?" tanya Daryl seraya berjalan bersama Adel menuju tempat Adel mengajar. Adel pun mengangguk, membuat Daryl terkekeh. "Saya pikir, dia nangis karena saya."

Dahi Adel berkerut. "Emang kalian tadi ngapain?"

"Tadi saya liat Ivan lagi lari dan gak liat ke depan. Nyaris ada mobil yang mau nabrak dia," jelas Daryl membuat Adel langsung menatap Daryl dengan wajah terkejut dan tidak percaya. Namun gadis itu kembali merilekskan dirinya. "Saya langsung gendong dia ke pinggir jalan, terus saya sempet omelin sedikit karena dia gak hati-hati. Abis itu dia langsung nangis. Jadi, saya pikir dia nangis karena saya omelin."

Adel menghela napas berat. "Untung aja ada kamu. Kalo sampe kenapa-napa sama Ivan, semuanya bakal jadi kacau." Adel menatap Daryl. "Makasih ya, Ryl."

Daryl mengangguk. "Sama-sama."

"Ngomong-ngomong, kok kamu bisa di sini?" kali ini Adel memberhentikan langkahnya, diikuti oleh Daryl. Kalau mereka melanjutkan perjalanan mereka dan cepat sampai di tempat Adel mengajar, mereka akan sulit untuk berbincang berdua seperti ini.

"Jadi, Om saya mau nyumbangin buku ke sekolah-sekolah gak mampu. Saya sama pegawai lainnya disuruh cari sekolah mana yang butuh sumbangan buku. Terus saya inget sama tempat kamu ngajar. Jadi sekarang saya disuruh ke tempat kamu untuk liat tempat ngajarnya dan kasih fotonya ke Om saya. Saya udah telepon kamu berkali-kali untuk ijin ke sini, tapi kayaknya kamu sibuk, jadi saya langsung ke sini aja, deh."

Adel tersenyum merekah, ia menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum. "J-Jadi, Om kamu mau sumbangin buku ke sekolah saya?"

Daryl mengangguk. "Semoga berguna, ya."

"Aaaa makasih Daryl!" Adel langsung memeluk Daryl sambil melompat-lompat kegirangan. Cowok itu membeku namun bibirnya tak dapat untuk tidak tersenyum. Daryl terkekeh.

"Harusnya kamu peluk Om saya, bukan saya."

Sadar dengan apa yang ia lakukan, Adel langsung melepas pelukannya dari tubuh Daryl. Daryl tersenyum, namun Adel tak dapat tersenyum karena ia salah tingkah. Gadis itu mengusap tengkuknya. "M-Maaf, ya. Y-Ya udah, yuk kita ke tempat saya ngajar." Adel pun berjalan lebih dulu meninggalkan Daryl. Daryl hanya tersenyum miring lalu mengikuti Adel. Sementara Adel merutuki dirinya sendiri yang ceroboh dan tidak bisa mengontrol diri.

Benar kata Mama, fokus itu penting.

***

Kalau buku dan membaca adalah belahan hidup Adel, maka gitar dan musik adalah belahan hidup Daryl. Kalau Ibu bangga akan perpustakaan kecil di rumahnya, maka ruang band di rumahnya adalah kebanggaan Daryl. Kalau Elvis Presley yang membuat Bapak penasaran dengan musik, maka Queen adalah band yang sukses menarik Daryl ke dunia musik.

So you think you can stone me and spit in my eye?
So you think you can love me and leave me to die?
Oh, baby
Can't do this to me baby
Just gotta get out
Just gotta get right out of here

Daryl dengan asyiknya berada di dunianya sendiri dengan gitar listrik yang mengiringi lagu tersebut. Kemal sebagai drummer-nya dan Daniel sebagai penyanyinya. Sebenarnya, Daryl tidak sudi kalau Daniel, teman kampusnya ini, harus menggantikan posisi Freddie Mercury.

Mereka menyudahi salah satu bagian nyanyian yang ada di lagu Bohemian Rhapsody tersebut. Merasa lelah dengan aktivitasnya, mereka pun menjauhi alat musik tersebut dan duduk selonjoran di lantai.

Untold FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang