33. Dua Cowok yang Berbeda Kepribadian

538 66 15
                                    

"Makasih lho Del, karena kamu Gilang jadi bener otaknya," ucap Daryl seraya berjalan beriringan bersama Adel di sebuah mall. Setelah menjenguk Bella, mereka pun memutuskan untuk menghabiskan waktu sejenak di mall.

"Emangnya kamu tadi denger?"

Daryl mengangguk. "Saya kadang-kadang suka mikirin Bella. Saya takutnya di depan kita aja dia pura-pura senyum dan bilang kalo dia baik-baik aja. Saya takut ujung-ujungnya Bella nyerah dan berbuat hal konyol. Tapi setelah tadi denger kalo Gilang udah mau tanggung jawab, saya jadi lega. Seenggaknya Bella bisa sharing sama Gilang kalo ada apa-apa."

Adel mengangguk setuju. "Tadi saya juga langsung lega selega-leganya denger kabar itu dari Bella. Saya bener-bener gak nyangka lho bisa bikin Gilang sadar. Padahal waktu itu saya pake nampar dan mukul-mukulin dia."

"Oh ya?" Adel terkekeh dan mengangguk. "Mantap. Berarti rasa sosial kamu tinggi juga ya, Del. Padahal kan kamu belum kenal Bella, tapi kamu bisa bela dia sebegitunya."

"Ya ... saya cuma bela kaum saya aja kok, sesama wanita." Adel berusaha menutupi detak jantungnya yang bekerja cepat hanya karena mendengar pujian dari Daryl.

Daryl tersenyum. "Kamu baik." Adel berusaha menyembunyikan senyumnya yang memaksa mengembang. Lalu tiba-tiba Daryl memberhentikan langkahnya dan diikuti Adel. Cowok itu menghadap Adel, menatap mata gadis itu lekat-lekat. Daryl rasa ini saatnya, saat dia menyatakan perasaannya. Sebelum segenap kebahagiaan yang ada di hadapannya ini direnggut orang lain. "Del,"

Kedua alis Adel menyatu, tetapi berusaha tersenyum. "Ya?"

"Saya...." Sial, batin Daryl. Ternyata untuk mengungkapkan perasaan kepada Adel tidak semudah saat dia mengungkapkannya kepada cewek-cewek lain yang pernah ia sukai. Entah letak kesalahannya ada pada dirinya atau diri Adel, yang jelas, bersama Adel hal ini terasa lebih sulit.

Sementara kedua alis Adel naik perlahan, seakan tidak sabar mendengar apa yang sebenarnya ingin Daryl ucapkan.

"Saya...." Lagi-lagi Daryl menggantungkan kalimatnya, membuat Adel semakin penasaran. "Saya lagi pengen makan pop corn," ucap Daryl. "Nonton yuk?"

Raut penasaran di wajah Adel perlahan pecah dan digantikan dengan wajah heran namun bercampur tawa. "Yuk." Namun Adel tak dapat pungkiri, ia masih penasaran dan ia tahu, Daryl ingin membicarakan sesuatu yang penting, lebih penting dari sekedar pop corn.

***

Lemari baju ditutup Mama setelah ia memasukan baju-baju kiriman laundry hari ini. Lalu detik berikutnya, pintu kamarnya terbuka, membuatnya menoleh dan mendapati putri sulungnya memasuki kamarnya.

"Ma," panggil Adel, lalu gadis itu duduk di kasur Papa Mamanya. "Adel mau cerita."

Mama tersenyum kecil, namun tidak lama. Ia duduk di sebelah Adel. "Cerita apa?"

Adel mendengus. "Adel lagi bingung, Ma."

"Bingung kenapa?"

"Jadi ... Adel lagi deket sama dua cowok, dan dua-duanya itu Mama kenal, kok."

"Siapa? Reno?" Renolah yang pertama kali muncul di pikirannya karena yang terakhir kali cowok yang Mama lihat sedang bersama Adel adalah Reno.

Adel mengangguk.

"Yang satunya lagi? Daryl?"

Jantung Adel terasa copot dari tempatnya. Lalu perlahan ia mengangguk.

"Terus kamu bingung pilih yang mana?"

"Bukan," jawab Adel. "Adel bingung gimana cara ngelepasin yang satunya."

"Emang kamu pilih siapa?"

"Ya ... sejauh ini sih, Adel pilih Daryl."

"Emang ada apa sama Reno?"

"Reno baik, sih, baik banget. Tapi beda sama Daryl. Aku emang bisa jadi diri sendiri dan apa adanya di depan Reno, dibanding di depan Daryl. Tapi, kalo aku lagi ada masalah dan mau curhat, pasti orang yang aku cari itu Daryl, bukan Reno. Gak tau deh, selama aku sama Reno, aku ngerasa sama Reno tuh lebih cocok temenan aja, karena kita lebih cocok untuk becanda-becandaan, gak bisa untuk curhat atau ngomong dari hati ke hati. Beda pas aku sama Daryl."

Mama mengangguk. "Ya, itu hati kamu, jadi kamu yang lebih tau. Kalo gitu, jangan kasih Reno harapan apa-apa lagi."

"Tapi aku juga masih takut sih, Ma," ucap Adel. "Kalo aku lepasin Reno dan lebih pilih Daryl, takutnya Daryl ternyata gak suka sama aku, gimana? Sejauh ini, emang lebih terang-terangan Reno ngedeketinnya daripada Daryl. Kalo sama Reno, aku bisa guarantee hubungan kita. Tapi, kalo sama Daryl ... aku gak tau. Dia tuh susah ditebak, susah dibaca, blur, no clue, tapi aku maunya sama dia."

"Adel, Reno sama Daryl itu dua orang yang sifatnya berbeda. Reno ekstrovert, sedangkan Daryl lebih tertutup. Sama, Mama juga lebih mudah nebak Reno dibanding Daryl. Tapi, sekali lagi, hati kamu yang milih, dan kedua orang itu sama-sama memiliki kekurangan." Adel diam, mendengari segala ucapan yang keluar dari mulut Mamanya. "Anggap aja Reno dan Daryl adalah paket yang berbeda, punya kelebihan dan kekurangan masing-masing."

Adel terkekeh. "Apa sih Ma, kok jadi paket."

"Lho, bener," ujar Mama. "Kalo kamu pilih Daryl, kamu harus menerima isi paket cowok itu, sisi positif dan negatif dia, begitu juga dengan keuntungan dan kerugian yang kamu terima kalau pilih Daryl. Begitu juga dengan kalo kamu pilih Reno. Semua ada di tangan kamu. Kalo kamu pilih Daryl, kamu bakal kehilangan Reno, cowok yang jelas-jelas suka sama kamu. Tapi kalo kamu pilih Reno, kamu bakal kehilangan Daryl, yang sebenernya diem-diem suka sama kamu."

Iya sih, batin Adel. "D-Daryl? Diem-diem suka aku?" Mama mengangguk. "Mama tau dari mana? Jangan asal nebak, deh."

Mama tersenyum. "Mama tau kok, kamu juga tau dan ngerasa kan kalo Daryl suka sama kamu? Cuma dia terlalu malu buat ngungkapin dan nunjukin, beda sama Reno yang terang-terangan. Atau kamu sebenernya tau kalo Daryl suka sama kamu, tapi kamu berusaha nyangkal?"

Adel terdiam sejenak, berusaha mempelajari isi hatinya sendiri. Dan ia pun berakhir mengangguk. "Adel gak mau kegeeran dan gak mau bikin asumsi sendiri."

"Tuh kan," sahut Mama. "Ya udah, semua kembali ke kamu sendiri."

"Kalo Adel pilih Daryl, gimana cara Adel jauhin Reno? Reno selama ini sering kasih aku barang-barang mahal. Aku gak mau ngejauhin dia dan bikin dia mikir kalo aku udah puas manfaatin barang-barang mahal yang selama ini dia kasih."

"Justru kalo kamu ninggalin Reno, kamu bisa nunjukin kalo kamu gak perlu barang-barang mahal pemberian dia," ucap Mama sedikit tegas. "Lagian semua orang bisa bikin asumsi masing-masing tentang diri kita. Yang penting, kamu tahu kalo kamu gak seburuk orang lain pikir. Gak perlu semua orang tahu kalo kamu itu baik, cukup kamu yang tahu."

"J-Jadi ... Adel langsung jauhin Reno aja gitu?"

"Tetep deket sebagai temen aja, gak lebih. Kamu kasih batasan ke dia. Tunjukin kalo kamu gak ada interest punya hubungan lebih sama dia dari temen."

"Tapi ... itu jahat gak sih?"

"Enggaklah," jawab Mama. "Kamu gak usah jadi orang gak tegaan gitu deh. Gak usah pikirin perasaan orang lain. Belum tentu juga dia mikirin perasaan kamu."

Mama beranjak dari kasur dan segera keluar kamar. "Mama mau ke mana?"

"Toilet," jawab Mama seraya keluar dari kamar.

Dan di sinilah Adel sendiri, memantapkan hatinya kepada Daryl.

****

cek part selanjutnya yaa karena mau promosi qekekekek

Untold FeelingsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz