11. Undangan dari Orang Masa Lalu

761 89 11
                                    

Ruang meja makan rumah Adel dipenuhi dengan suara dentingan antara sendok, garpu, dan piring. Adel juga sedang bercerita mengenai apa yang terjadi di rumah Daryl. Sebenarnya setelah pulang dari rumah Daryl, Adel tidak sabar menceritakan hal tersebut kepada orang tuanya. Namun melihat Mama sibuk beres-beres rumah dan Papa juga asyik bermain bersama Rafa, membuat Adel menunda keinginannya sampai makan malam tiba.

            "Dan ternyata Bapaknya Daryl itu temennya Papa, Pa. Aku gak tau sih nama dia siapa, tapi dia recognize aku karena inget muka aku di DP WA Papa."

            "Bener kan kata Papa, Ma," ucap Papa semangat kepada istrinya. "Daryl yang kita omongin kemaren itu pasti anaknya Iwan sama Novi."

            Adel menatap kedua orang tuanya tidak mengerti. "Papa sama Mama omongin Daryl kemaren?"

            Papa mengangguk. "Iya, soalnya namanya gak asing bagi Papa. Nama Daryl kan bukan nama pasaran, jadi Papa langsung keinget sama anaknya temen Papa itu."

            "Iya, katanya Papa pernah anterin dia ke rumah sakit, ya?"

            "Iya, Del. Tapi kamu belum pernah ketemu Daryl waktu kecil."

            Adel terkekeh. "Kita juga diajak makan kapan-kapan sama keluarga mereka. Ajak Rafa juga katanya."

            "Dih, males," sahut Rafa lalu memasukan makanannya ke dalam mulut.

            "Ye, nunggu Rafa mau keluar rumah mah nunggu lebaran dulu," celetuk Mama.

            "Atau gak pas futsal," tambah Papa.

            Adel memutar bola matanya. "Gak penting."

            "Boleh tuh kita makan-makan," ujar Mama, mengalihkan pembicaraan yang memang tidak penting itu. "Gak nyangka ya, Pa, kita dideketin lagi sama keluarga mereka dengan cara kayak gini."

            Papa mengangguk. "Nanti Papa atur waktu deh sama Om Iwan. Kamu juga Del, atur-atur waktu sama Daryl."

            Adel tertawa kecil. "Iya, Pa. Oh iya," Adel tiba-tiba teringat dengan tawaran Daryl untuk mengajarnya menyetir, "aku belajar nyetir mobil sama Daryl aja gimana? Dia nawarin ajarin aku tadi sore, nanti bayarannya aku traktir makan siang aja."

            "Ah, itu si Daryl mah modus," celetuk Mama sambil mengambil tempe goreng.

            Pipi Adel memerah. "Modus apaan deh. Daryl orangnya mah emang baik."

            "Iya, sih. Emang ada cowok yang mau modus sama lo?" tanya Rafa lalu beranjak dari kursi makannya karena makanannya sudah habis. Adel hanya bisa memberikan tatapan tajam pada punggung adiknya yang berjalan cuek menjauh dari mereka. Papa dan Mama hanya tertawa menanggapinya.

--

Karena besok adalah jadwal mengajar Adel, gadis itu sudah tiba di kasur pukul setengah sepuluh malam. Sebenarnya ia tidak langsung tidur, masih bermain dengan ponselnya. Rutinitas. Biasanya sebelum tidur, Adel harus mengecek Line, Instagram, Wattpad, dan WhatsApp kalau memang ada. Adel bukan penulis Wattpad, ia hanya mengecek jika akun penulis favoritnya sudah update cerita atau belum.

            Saat sedang lihat-lihat timeline Instagram-nya, layar ponselnya terganti dengan tanda telepon masuk dan nomor tidak ia kenal tertulis di sana. Jantung Adel berdegup kencang. Siapa malem-malem gini nelpon aku? Adel hanya berharap itu bukan orang jahat atau orang iseng. Detik berikutnya, bibirnya tersenyum, jangan-jangan ini Daryl?

            Adel membersihkan tenggorokannya, lalu mengangkat telepon tersebut. "Halo," Adel langsung menggigit bibirnya.

            "Halo, Del." Dahi Adel berkerut, ia tahu ini bukan suara Daryl. Tapi bukan berarti ia tidak kenal dengan suara bariton ini. Tapi, siapa? "Lo belom tidur?"

Untold FeelingsWhere stories live. Discover now