30. Peningkat Mood Jelek Adel

573 69 15
                                    

Setelah pertengkaran kecil yang diinterupsi oleh salah satu saudaranya, Adel langsung berlari memasuki rumah dan langsung memasuki kamar. Ingin menangis dan juga marah bercampur jadi satu. Sekarang ini bukan waktu yang tepat baginya untuk memperlihatkan dirinya dan berbincang dengan keluarga, berpura-pura seakan tidak ada apa-apa.

            Gadis itu langsung mendaratkan tubuhnya di kasur. Tangannya memukul-mukul bantal dan kakinya menendang-nendang kasur. Adel sangat membenci Gilang. Namun setidaknya ia sudah menampar dan memukul-mukul Gilang, hal itu membuat Adel merasa lebih baik.

            Ia meraih ponselnya, ingin mengadu pada seseorang yang kira-kira dapat mengerti perasaannya. Ia pun mencari nama Daryl dan segera mengirimnya pesan. Ia sebenarnya lebih ingin menelepon, namun ia takut mengganggu Daryl dan pekerjaannya.

adeline: ryl

            Adel mengunci ponselnya dan kembali uring-uringan di kasur. Ia berharap orang tuanya tidak tahu apa yang sudah ia lakukan tadi kepada Gilang. Karena kalau mereka bertanya, Adel belum tahu harus menjawab apa.

            Sudah sepuluh menit berlalu dan Daryl belum membalas chat dari Adel. Untungnya emosi gadis itu semakin menurun dan tingkat menunggu Daryl untuk membalas pesannya semakin berkurang, walaupun gadis itu akan merasa jauh lebih lega jika Daryl segera membalas pesannya.

            Ponsel Adel pun berbunyi, segera gadis itu meraih ponselnya dan melihat siapa yang menelepon. Ia tahu, itu pasti Daryl. Namun ternyata ia terlalu sok tahu, karena yang meneleponnya adalah Reno.

            Kedua alis Adel menyatu, namun akhirnya Adel pun mengangkat telepon dari kawan lamanya itu. "Halo,"

            Reno tidak langsung membalas. "Lo kenapa?"

            Dahi Adel semakin berkerut. "Apanya yang kenapa?"

            "Suara lo beda gitu. Kenapa?"

            "Emang ketara banget ya kalo beda?" tanya Adel, dan Reno hanya bergumam sebagai jawaban. "Ya gitu deh, gue lagi bete."

            "Nah, pas banget. Kalo gitu, jalan yuk?"

            Tidak tahu mengapa, Adel tersenyum. "Mau sih, tapi gak bisa. Lagi ada acara keluarga di rumah gue. Kalo gue keluar, bisa diabisin sama nyokap."

            "Lah lagi acara keluarga kok bete?"

            "Gue abis berantem sama sepupu gue," jawab Adel. "Udah deh gak usah dibahas, bikin mood makin turun."

            "Iye iye sorry. Apa gue main ke rumah lo aja? Boleh gak?"

            Adel langsung tersenyum merekah. "Ayo ayo," seru Adel. "Mumpung lagi banyak makanan juga nih di sini."

            "Segitu gembelnya ya gue seakan-akan gue kayak butuh banget makanan gratis?" Adel terkekeh. "Ya udah, gue otw yak."

            "Siap. Gue tunggu." Sambungan telepon pun dimatikan. Adel tersenyum seraya bernapas lega. Setidaknya ada yang dapat mengalihkan rasa kesalnya.

--

Adel pun turun ke bawah menuju pagar rumahnya karena Reno sudah berada di sana. Cowok itu tidak dapat parkir di garasi rumah Adel karena sudah penuh dengan mobil milik saudara-saudara. Alhasil, cowok itu parkir di pinggir jalan bersama beberapa mobil lainnya.

            "Gila, rame banget rumah lo. Gue jadi malu masuk," ujar Reno seraya memandang rumah Adel dari luar.

            "Dih, biasanya gak tau malu juga lo." Reno terkekeh bersama Adel. "Gue tau lo laper, ayo makan."

Untold FeelingsWhere stories live. Discover now