[ZenEga 16]

Depuis le début
                                    

Abel semakin tertekan mendengar tangisan Zena di luar sana. Lalu dengan tekat kuat Abel membuka pintu toilet itu dan langsung berhambur memeluk Zena erat.

Zena pun membalas pelukan Abel tak kalah erat. "Bel jangan gini lagi, please gue takut," lirih Zena.

Abel mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya. Jujur, Abel butuh sandaran, Abel butuh topangan untuk kembali tegar dan Abel butuh Zena. Seseorang yang selama ini ia butuhkan.

"Maafin gue Zen, gue udah bodoh. Lo bener dia gak akan pernah berubah, gue salah percaya sama dia, gue salah udah cinta sama dia," ucap Abel dalam isak tangisnya.

Zena melepaskan pelukannya, lalu menatap Abel teduh untuk menenangkan hati sahabatnya itu.

"Bel, cinta lo ke Galaksi gak pernah salah. Gue gak salahin lo atas semua ini, ini udah garis nasib lo Bel dan gue harap lo jadikan semua ini sebagai pelajaran berharga dalam memilih pasangan," jawab Zena membuat Abel tersenyum tipis.

Disaat ini lah Abel merasa sangat beruntung mempunyai sahabat seperti Zena, dan sangat mengerti artinya persahabatan yang sesungguhnya. Saling rangkul dan melindungi itu sangat terasa tapi itu hanya untuk dirinya tidak untuk Zena. Abel belum membalas itu semua sebagai sahabat mengingat perilakunya terhadap Zena, dan lagi-lagi Abel merasa sangat bersalah pada Zena.

"Thanks Zen," ucap Abel sambil tersenyum.

"For?"

"Semuanya, lo udah jadi sahabat terbaik gue dan saat kondisi kayak gini pun, lo masih peduli sama gue walaupun gue udah buang lo." Abel menundukkan kepalanya.

"I am sorry for everything and thank you for not hating me," ucap Abel membuat Zena tersenyum tipis.

"No problem. Gue ngerti kok dan lo juga harus inget, Life must go on! Jadi, lo gak boleh terpuruk lagi sama keadaan karena ada gue yang selalu menemani lo dalam kesedihan."

Abel tersenyum lebar dan dalam hati dia berterima kasih pada Tuhan yang telah mengirimkan Zena sebagai guardian angel nya.

"Udah ah, gak usah lebay lo. Mending kita keluar dari toilet, karena jujur idung gue ngerasa keganggu banget di sini." Zena merangkul Abel keluar dari toilet dengan senyum, yap kali ini tak ada wajah datar bercampur dingin di wajah Zena.

"Zen balik bareng yuk," ajak Abel yang saat ini, keduanya tengah berjalan di area koridor.

"Boleh," jawab Zena, namun sedetik kemudian ia teringat sesuatu.

"Eh iya tas sama buku gue ada di perpustakaan, lo tunggu gue aja di parkiran. Gue ambil tas dulu," ucap Zena, lalu beranjak pergi menuju perpustakaan dengan langkah terburu-buru. Entah mengapa ada perasaan tak enak yang hinggap di hatinya. Zena berharap semoga saja tidak terjadi suatu hal yang buruk.

🍁🍁🍁

Zena mengatur napasnya yang sedikit memburu, sebelum ia melangkah masuk ke dalam perpustakaan.

Dada Zena berdebar tak karuan, saat langkahnya semakin masuk ke dalam ruangan itu. Semacam ada perasaan takut yang menggerogoti hatinya dan hal itu semakin terasa saat Zena mendengar suara tarikan kursi.

Tubuh Zena menegang, langkah kakinya terhenti. Sedangkan mata gadis itu hanya tertuju pada seseorang yang kini berdiri menatapnya.

"Hallo Zena," suara sapaan itu, harusnya terdengar biasa saja untuk Zena. Tapi kali ini tidak, justru suara itu terdengar begitu mengerikan untuknya.

ZenEgaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant