"Dari Adinda Adelia, seseorang yang mencintai Adam Pradana dalam diam. Terima kasih telah memberikan rasa yang membuat gue paham akan artinya cinta, terima kasih telah memberikan harapan walau itu--"

"Zega!" Adel benar-benar malu sekarang ketika Zega berucap lantang membacakan isi curhatannya di depan kelas, belum lagi mendengar reaksi teman-temannya yang bersorak riuh.

Zega menoleh sekilas dan melanjutkan kembali kalimat yang terpotong. "Tak menjadi kenyataan dan terima kasih telah memberikan luka yang membuat gue tersadar bahwa lo hanyalah imajinasi gue semata. Tak ada cinta jika tak ada pengorbanan, jangan mengaku cinta kalau tidak mau berjuang,"

"Dan untuk kali ini biarkan gue berjuang melawan rasa yang selama ini gue pendam--"

Wajah Adel memanas, lalu dengan kesal dia melancarkan aksinya yaitu--

Bruk!

"Aw!" ringis Zega yang terjatuh dengan posisi tengkurap menghadap lantai. Belum lagi jidat berserta jambul kesayangannya yang rusak.

Seluruh teman-temannya mentertawakan Zega yang tampak sengsara. Sedangkan Zega hanya bisa meringis dan mengelus jidatnya yang memerah.

"Adel sialan! liat aja nanti," batin Zega.

Zega bangkit dari posisi indahnya dan menatap Adel seakan-akan dia ingin menelan cewek itu hidup-hidup. Adel kini terdiam ketika melihat wajah merah pada milik Zega yang kini berjalan ke arahnya.

"Mampus gue," batin Adel takut ketika Zega sudah ada di depannya.

"Lo udah tau kan kesalahan apa yang udah lo buat?" tanya Zega dengan suara kecil tepat di telinga Adel. Tubuh Adel tegang dan kaku, jujur saja dia takut melihat wajah Zega yang menyeramkan dengan raut wajah datar dan tatapan tajam.

"T-tau," balas Adel dengan terbata-bata.

"Good girl! sekarang lo pilih yang mana? yang kiri atau yang kanan?" tanya Zega dengan wajah serius membuat Adel menelan saliva nya susah payah.

"Dua-duanya biar adil, oke?" Lalu Zega mendekatkan wajahnya ke arah Adel membuat cewek itu menahan nafas dan memejamkan mata erat-erat, takut-takut Zega menciumnya atau lebih parah lagi menampar nya.

Zega tersenyum miring.

"AMBIL JO! KASIH KE ADAM!" teriak Zega sembari melempar buku milik Adel ke salah satu temannya itu. Dengan sigap Johan berlari dan mengambil buku Adel yang melayang ke arahnya.

Adel membuka matanya ketika mendengar Zega tertawa terbahak-bahak di depannya. Sialan! Dia dikerjai.

"ZEGAAAAAAAA!"

Dan selanjutnya terjadilah gempa bumi berskala 1,6 richter yang mengguncang kelas Zega.

🍁🍁🍁

"Udah siap?" tanya Zega pada teman-temannya. Saat ini, mereka sedang bersiap-siap untuk menjalankan aksinya untuk menjahili guru yang menurut Vikar sekseh dan bahenol.

Zega bersiap dengan ember dan isinya, Vikar bertugas menjaga depan, Johan bersiap dengan tepungnya dan Aam yang sudah selesai dengan tugasnya yaitu memberikan tinta merah di kursi guru.

"Siap!" jawab mereka kompak.

"Oke, ambil posisi!" seru Zega lagi.

Vikar yang mendapat bagian menjaga luar kini duduk di kursi sebelah koridor. Matanya mencoba menjelajah dan memastikan bahwa targetnya ini datang sesuai jadwal agar rencananya berhasil.

Namun setelah setengah jam menunggu, akhirnya Vikar menghembuskan nafasnya lelah. "Anjir nih guru kemana dah?! lama bener," ucap Vikar. "Mending gue cari Wi-Fi."

ZenEgaМесто, где живут истории. Откройте их для себя