"Oke," jawabku singkat.








Mark tidak main-main, dia memilih jalur tol dalam kota menuju istana Livia. Tapi kali ini dia tidak terlalu banyak main rem, jadi aku tidak semual waktu itu.

"May I ask something?" aku membuka topik.

"Sure."

"Jaemin jadi aneh atau gimana gitu?"

"Yeah, masih seaneh yang dulu aku bilang. Sisanya biasa aja," jawabnya. "Cuma agak diem aja. Tapi emang dia nggak banyak ngomong sih kecuali emang lagi excited."

"Serius?"

Mark mengangguk.
"Iya. Kenapa emangnya?"

"Dia tau kita pergi berdua waktu itu," desahku. "Tapi pura-pura nggak tau."


Tampaknya Mark sama herannya denganku. Selama beberapa saat dia hanya diam.
"Berarti dia udah percaya sepenuhnya sama kamu. Atau, yahㅡ terlalu sayang."


Lagi-lagi dia mengatakan hal semacam itu dengan kalem. Aku tidak bisa menanggapi.

"Kalian makin sibuk ya? Jaemin agak pucat," ujarku.

"Capek dan kurang tidur. Dia belum terbiasa lagi," sahut Mark. "Udah resiko, sih."

"Cuma kamu yang paling aneh," timpalku. "Bisa keluyuran kapanpun. Kamu punya doraemon ya? Atau time machine?"

Mark tertawa kecil.
"Kepo," tukasnya. "Jadi pacar dulu, baru boleh kepo."


Dia ini kenapa?



"Hehehe bercanda, Alice, bercanda," sambung Mark.

"Jangan gitu bercandanya," ujarku canggung.

"Ya udah, beneran aja yuk?"

"Mark..."

"Namanya juga usaha."

"Magu!"

"Siapa tau kan nanti kita teman tapi menikah? Astagaㅡ iya iya bercanda, no serious business, okay? Jangan gitu dong liatinnya."

Aku mencibir Mark yang sudah ber-haha hehe lagi. Otak cowok terbuat dari apa sih? Kenapa mereka bisa sesantai itu?








"Aku nggak mau jadi pengganggu hubungan orang kok, apalagi orangnya Jaemin," ujar Mark, kali ini lebih serius.

"Good then."

"Love's not something you find. It finds you," kata Mark lagi. "You'll find me, someday."

"What if I won't?"

"Then somebody else will. Easy," Mark tersenyum.

Aku menghindari menatapnya.
"Yeah, sure."


Semoga saja optimisme itu bukan kepalsuan. Mark berhak menemukan orang yang tepat, mungkin bukan aku...








"Mau tanya satu lagi aja, boleh ya?" ucap Mark.

"Apa?"

"Nggak jadi deh."

"Oke."

"Eh jadi jadi."

"Hm..."

"Anu..." ujar Mark. "Kamu bilang semua udah terlambat. Jadi ini cuma masalah waktu, kan?"


Vacancy ✔ [revisi]Where stories live. Discover now