32. cherry blossom

65.3K 10.5K 10.6K
                                    

[▶infinite - no more]








Udara awal musim semi sepertinya membuat mood banyak orang jadi lebih baik. Walaupun saat malam kadang masih ada anomali cuaca, tapi siang biasanya cerah dan menyenangkan.

Angin membawa beberapa kelopak cherry blossom ke depanku, saat kulihat Jaemin berlari menghampiriku dari kejauhan. Seperti biasa dengan hoodie yang menutupi sebagian wajahnya ㅡtapi tidak menyembunyikan senyum lebarnya yang sudah sekitar seminggu tak kulihat.


"Hai," sapa Jaemin saat sampai di depanku.

"Kenapa harus lari sih?"

"Nggak sabar mau ketemu kamu," jawabnya.

Kami menertawakan jawaban norak itu. Sepertinya aku sudah mendengarnya puluhan kali, sampai hafal.

"Udah selesai semua, kan?" tanya Jaemin.

Aku mengangguk.
"Udah. Kenapa?"

"Bagus. Yuk," dia menggandengku menyusuri lapangan luas yang menghubungkan area universitas dengan trotoar.
Aku agak bingung saat Jaemin membawaku berbelok ke arah lain, bukan menuju rumah.

"Loh, kita mau kemana?" tanyaku.

Jaemin tersenyum tipis.
"Bersenang-senang."



Kami terus berjalan sampai akhirnya sampai di depan sebuah minivan silver. Jaemin membuka pintu mobil dan masuk duluan. Dari ambang pintu aku melihat Jisung memberi salam dengan cengiran awkward, Jeno di jok depan, dan Mark ㅡmemakai kacamata hitam di belakang kemudi.

"Masuk, ngapain malah bengong," ajak Jaemin.








Apa Jaemin sudah gila?

Mengajakku pergi dengan teman-temannya?









"Gendong Na, gendong," Jeno tiba-tiba mengompori.

Berani taruhan mukaku sudah sewarna bunga sakura. Apalagi Jaemin menatapku jahil.

"Mau?" tanyanya.

Yang benar saja?

Terpaksa aku masuk lalu menutup pintu dari dalam. Sumpah aku merasa jadi orang asing diantara mereka.



"Oiii Geum Jandi, welcome abroad," Mark menoleh sebentar dari kursi kemudi.

"Geum Jandi?" aku terkekeh membayangkan drama Boys Before Flowers versi mereka berempat.
"Then who are you? Rich Junpyo?"


Mark hanya tertawa kecil sambil mulai membawa kami meninggalkan pelataran parkir.


"Junpyo gue lah, yang paling ganteng," sahut Jeno.

"Oh tidak bisa," sangkal Jaemin. "Gue lah Junpyo, yang punya Jandi."

Mendengar itu Jeno dan Jisung mengekspresikan kejijikan masing-masing, sementara Jaemin cengar-cengir di sebelahku. Aku diam-diam mencubitnya.
Sialnya, Jaemin malah sengaja menatapku ㅡseakan-akan aku masih kurang salah tingkah.

Bahkan saat aku sudah mengalihkan pandangan ke luar jendela, aku masih bisa merasakan dia menatapku. Benar saja, aku langsung menghadap ke matanya begitu menoleh lagi. Jaemin tersenyum puas.


"Jangan ciuman, tahan... ada anak kecil," celetuk Jeno.

Kenapa sih anak itu usil sekali?


Vacancy ✔ [revisi]Where stories live. Discover now