TUJUH PULUH (ending)

3.9K 175 22
                                    

***Happy Raeding gengs***

Jangan lupa vommentnya ya...

***

"Ini sumbernya gak ada dan kata yang ini gak baku." Suami gue mengalihkan atensinya dari laptop di pangkuan dia ke gue yang tengah menatap dia dengan harap-harap cemas.

Suami gue masih menatap gue sampai gue sadar kalau gue harus melakukan sesuatu karena keteledoran gue. Gue pun berangsut mendekat ke arah suami gue lalu mencium pipi kiri dan kanannya. Setelah itu baru dia melanjutkan acara merevisi skripsi gue.

Ya sekarang ini gue udah menghadapi skripsi, di mana perjuangan puncak untuk seorang mahasiswa untuk meraih gelar yang dia inginkan. Meneurut info yang gue tahu, katanya untuk menyandang gelar akademi bisa melalui jalur tes, tapi umumnya para mahasiswa lebih memilih meracik skripsi dari pada ikut serangkaian tes.

Waktu emang terasa begitu cepat berlalu, padahal rasanya baru kemarin gue jadi maba dan sekarng gue udah menghadapi skripsi lagi aja. Untungnya gue udah membuat persiapan tentang topik dan judul yang ingin gue ambil sejak gue semester lima, jadi gue agak sedikit santai karen audah ngumpulin sebagaian bahan-bahannya sejak jauh-jauh hari. Semua itu berkat nasehat dari suami gue.

"Kamu masih aja suka ceroboh." Komentara suami gue yang membuat gue tersenyum kecil.

"Lain kali saya akan lebih hati-hati." Jawab gue pada suami gue yang saat ini terlihat lebih santai dari sebelumnya saat memeriksa skripsi gue.

Kalian pasti berfikir kalau suami gue itu jadi dosen pembimbing gue kan?

Selamat...

Dugaan kalian salah.

Banyak pihak kampus yang tidak setuju kalau suami gue menjadi pembimbing skripsi gue dengan segudang alasana yang membuat geu bingung, salah satunya adalah agar tidak terjadi pilih kasih dan kecemburuan sosial. Padahal suami gue itu profesional, dia bisa menempatkan diri sebagai apa di hadapan gue.

Dulu gue selalu berdoa agar pembimbing skripsi gue bukan Pak Baekhyun yang terkenal rewel saat bimbingan. Dan doa gue kini dijawab oleh Sang Maha Kuasa dengan jalan gue menikah dengan dia. Gue anatara senang dan gak senang sebenrnya. Menurut issu yang berhembus dari angkatan ke angkatan suami gue itu kalau sedang bimbingan skripsi mulutnya suka pedas dan juga matanya sangat jeli sampai bisa melihat tanda baca yang bukan tempatnya menurut dia. Dia seakan menuntut mahasiswanya untuk menghasilkan sesuatu yang perfec. Dan sekarang gue mengakui kebenaran issu itu saat merasakannya sendiri.

"Ini pembahasannya terlalu melebar."

Suami gue memblok dua halaman full di mana gue butuh perjuangan banget saat mengetik bagian itu karena saat gue udah cape-cape ngitik laptop gue tiba-tiba mati dan datanya raib entah kemana. Setelah itu dia mengganti warnynya menjadi merah untuk memberi tanda mana aja yang harus gue pangkas. Gue hampir ingin nangis saat itu juga, tapi di saat yang bersamaan suami gue datang lalu menepuk-nepuk bahu gue dan memberi gue semangat.

Gue menelan ludah gue sendiri saat kata-kata yang udah susah payah gue pindahin dari buku ke laptop itu bakalan dipangkas sampai habis. Setelah itu gue buru-buru mencium pipi kirinya sebagai hukuman keteledoran dia. Ini sih namanya bimbingan rasa pacaran.

Akhirnya setelah satu jam berlalu bimbingan gue pun selesai dan kini gue tinggal bersantai ria. Suami gue pergi ke dapur untuk mengambil cemilan yang udah abis sementara gue sedang tiduran sambil mendengarkan musik dari radio yang tengah mengudara.

Karena mulai suntuk gue pun mengambil deretan buku kebahasaan di rak bahasa yang ada di perpustakaan ini lalu kembali duduk dan membaca sesuai aturan ergonometris yang selalu diterapkan suami gue. Gue melanjutkan halaman yang pernah gue baca dan hohoho... gue menemukan sesuatu yang baru.

Dosen RESE (ISLY) ✔ [Masa Revisi]Where stories live. Discover now