_Goodbye_ (Revisi)

1.9K 125 51
                                    

1 Desember 2017 [Revisi 2 Maret 2018]

***Happy Reading gengs***

Jangan lupa tinggalkan vomment kalian.

Tatapan mata gue kosong, seakan udah gak ada kehidupan di sana. Tck, tapi semua itu memang faktanya. Raga gue udah gak berpenghuni sejak dokter menyatakan bahwa calon buah hati gue udah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya. Dia hanya meninggalkanluka lain yang begitu pedih untuk gue, ibu bodohnya.

Jangan tanya seberapa bengkak mata gue dan seberapa hancur hati gue, karena untuk sekarang ini gue lagi berada di titik terbawah gue. Gue hanya bisa menarapi nasib dan menyalahkan diri sendiri.

Ya ini salah gue.

Sejah awal ini salah gue.

Dari dulu guelah sumber masalahnya.

Gue bodoh bahkan patut dikatakan tolol. Rasanya untuk mengirup nafas aja gue merasa malu. Bagaimana mungkin gue masih bisa bernafas sementara gue telah menghilangkan satu nafas tak berdosa yang menjadi korban kebodohan gue.

Gue terus merutuki diri sejak dua hari yang lalu. Gue kesal sama diri gue sendiri. Kenapa gue selalu ceroboh dan bodoh? Kenapa gue selalu mengecewakan Kak Baekhyun, suami gue?

"Arrrggghh... aarrrggghhh..." Gue kembali berteriak histeris sambil mengacak-acak tempat tidur gue begitu bayangan dua hari yang lalu kembali berputar seperti film usang di otak gue.

Suami gue yang mendengar teriakan gue langsung berlari menghampiri gue dan mencengkram bahu gue bermaksud untuk menenangkan gue. Tapi gue yang masih belum bisa mengikhlaskan kepergiannya pun terus-terusan berteriak seperti orang kesetanan.

"Tenang, Anna, tenang." Suami gue berkata sambil menyudutkan gue ke kepala tempat tidur.

Gue hanya bisa menunduk dengan air mata yang terus mengalir sampai suami gue menarik gue kepelukannya dan mengusap-usap rambut gue penuh sayang.

"Udah jangan nangis lagi, ikhlasin... ikhlasin Anna." Suara lembut suami gue sedikit menenangkan gue.

"Ke-kenapa Kak? Hiks... hiksss... kenapa saya ngebunuh dia?"

"Suuut... udah jangan ngomong kaya gitu terus. Kamu bukan pembunuh, Anna, bukan." Kata suami gue sambil mengeratkan pelukannya.

Gue masih menangis, masih belum terima kalau gue bukanlah pembunuh.

Ini gak bener.

Gue itu pembunuh. Gue itu pembunuh.

Gue harusnya gak berada di sini, di rumah mewah ini. harusnya gue mendekam di penjara, meringkuk disudut pojok tembok yang kotor dan dingin.

Gue langsung melepaskan pelukan suami gue dengan kasar yang membuat pria berahang tegas itu menatap heran ke arah gue. Semantara itu mata gue bergerak gelisah dan gak fokus pada dia.

"Saya pembunuh, Kak, saya pembunuh. Saya yang ngebunuh anak kita." Racau gue sambil menjambak rambut gue dengan tangan yang bergetar hebat.

"Cukup Anna!!! Jangan ngomong kaya gitu lagi, saya gak suka." Ujar suami gue yang gue respon dengan gelengan kepala.

Suami gue mendengus kesal dan langsung mencrengkram bahu gue lagi yang membuat mata gue kini bertatapan dengan matanya yang mulai menajam.

"Dengerin saya, Anna, kamu bukan pembunuh, jadi berhenti bicara omong kosong seperti itu." ujarnya dengan nada yang gak selembut tadi.

"Tapi Kak, gara-gara kecerobohan saya anak kita-"

Brak...

Suami gue menggeprak kepala tempat tidur tepat samping gue, membuat gue terlonjak kaget. Gue natap takut-takut suami gue yang kini tengah melemparkan tatapan tajam ke arah gue, tatapan yang gue rasa sanggup menguliti gue hidup-gidup. Dia benar-benar menakutkan di mata gue. Padahal tadi dia masih bersikap lembut sama gue tapi dalam hitungan detik emosi lembutnya langsung berubah jadi amarah.

Dosen RESE (ISLY) ✔ [Masa Revisi]Where stories live. Discover now