"Gue gak butuh maaf dari lo!" balas Abel, membuat Zena memejamkan mata. Zena merasa sedih, ketika ia mendengar lagi suara isak tangis milik Abel dan itu membuat dadanya terasa sakit.

"Gue tau kalau gue gak pantas dapet maaf dari lo Bel, tapi gue mohon dengan sangat," suara Zena kini terdengar lirih, "Ijinin gue buat jelasin ke lo semuanya Bel."

"Gak ada yang perlu lo jelaskan lagi Zen! LO UDAH NYAKITIN ORANG YANG GUE SAYANG TAU GAK?!" teriak Abel sambil membalikan badannya menghadap Zena. Kedua pipinya kini sudah dialiri oleh cairan bening yang terus mengalir membuat sungai kecil di sana.

"Jadi gue bukan orang yang lo sayang gitu?" tanya Zena lirih. Merasakan perih kembali menyayat hatinya, ketika mendengar ucapan sahabatnya itu. "Kalau boleh jujur, lo udah bikin hati gue sakit Bel. Dengan cara lo bentak gue demi cowok yang gak tau diri itu, gue merasa kalau lo udah gak butuh gue lagi Bel."

Zena menatap Abel tepat di matanya. Abel tertegun, ketika melihat mata Zena kini sudah berair dan memerah.

"Buat apa sih lo, masih mikirin itu cowok yang jelas-jelas udah campakkan diri lo gitu aja? Buat apa sih lo, masih perduli sama itu cowok yang udah bikin lo frustasi dan hampir bunuh diri? Buat apa sih lo, masih sayang sama itu cowok yang udah bikin lo menderita kayak gini? Buat apa?! JAWAB GUE BEL!"

PLAK!!!

"Gue emang gak butuh lo lagi Zen! gue masih peduli sama Galaksi, karena gue cinta sama dia!" Abel menatap Zena dengan kedua matanya yang sembab. "Dan satu hal yang harus lo tau, karena mulai detik ini. GUE BENCI SAMA LO! GUE BENCI!"

Zena meringis, ketika Abel menamparnya. Lalu ditatapnya Abel tak percaya. Cukup! hatinya ini sudah terlanjur retak, hingga ia sudah tak tau lagi cara menyatukannya kembali. Hatinya ini, sudah terlanjur kecewa dengan apa yang dirasanya saat ini.

Tak sadarkah Abel, kalau selama ini Zena yang melindungi Abel dari gangguan cowok kurang ajar?

Tak sadarkah Abel, kalau selama ini Zena yang menjaga Abel?

Tak sadarkah Abel, kalau selama ini Zena yang selalu di samping gadis itu? Selalu menjadi tempat sandaran. Selalu menjadi orang yang menopang dirinya dikala jatuh?

Lalu apa hadiah yang diberikan Abel? Sebuah tamparan? kata-kata yang mampu membuat hatinya sakit? Haha! Zena hanya bisa tertawa miris dalam hati.

Selama ini perjuangan nya sia-sia bukan?

Zena awalnya, berpikir bahwa Abel akan memeluknya dan berucap terima kasih padanya, karena ia sudah menghajar Galaksi.

Ah! Bahkan kita semua tau, bahwa realita tak seindah dengan ekspektasi.

"Lo boleh benci gue Bel," Zena menatap Abel nanar. "Tapi perlu lo tau, gue akan terus jadi pegangan lo di kala lo rapuh. Gue akan terus jadi sandaran lo di kala lo capek dengan ini semua. Gue akan terus jadi pelarian lo di kala lo lelah dengan semua drama ini Bel."

Zena menghapus air matanya. "Gue akan terus jadi orang yang selalu peduli sama lo, meskipun lo udah gak butuh gue lagi Bel. Karena gue percaya, kalau kita saling menyayangi, sebagai sahabat."

Zena melepas genggamannya di tangan Abel, dan mulai berjalan perlahan menuju pintu rumah Abel.

"Gue pergi."

🍁🍁🍁

Hari ini, adalah hari dimana seorang Zega akan mendekati gadis bernama Zena. Sebelumnya, Zega tidak pernah menjalani pendekatan dengan seorang gadis, kebanyakan gadis yang lebih dulu mendekatinya- lalu jadian. Ingat gadisnya yang nembak, bukan Zega!

Mengingat pertaruhannya dengan Galaksi, membuat Zega semakin penasaran dengan sosok asli Zena.

Demi mobil baru!

ZenEgaWhere stories live. Discover now