26. Mistake

Mulai dari awal
                                    

"Seorang pria lagi?" tanya Jimin dengan wajah datar.

Jiyeon mengangguk pasti. Tidak peduli dengan Daniel yang berada di sebrangnya. Daniel terus memandangi wajah Jiyeon hingga tanpa sadar jantungnya berdebar kencang. Ia pun menundukkan kepalanya, mencoba menenangkan diri.

"Sudah kubilang kau tidak boleh pergi bersama pria yang tidak kau kenal." ucap Jimin serius.

"Ani, dia kakak kelasku. Dia bilang dia ingin aku mengajarinya pelajaran ilmiah sambil mentraktirku disini."

"Kapan kau akan mendengarkan ku?"

"Aku tidak berpacaran dengan mereka oppa, berhentilah mengekangku, aku sudah besar. Kau lihat sendiri kan Daniel? Sekarang kau paham?"

Daniel terkejut ketika Jiyeon menyebut namanya dalam percakapannya bersama Jimin.

"Mwo?"

"Sudahlah aku harus pergi, sepertinya dia sudah datang."

Jiyeon berlalu sambil melambaikan tangannya. Daniel terus menatapnya sampai Jiyeon benar-benar menghilang diantara kerumunan tamu di cafe itu.

"Kenapa kau seprotective itu? Dia sudah besar bukan? Dia sudah mengerti mana benar dan mana salah."

Jimin tersenyum namun tampak kesedihan dari raut wajahnya.

"Kau tidak tau apa-apa Daniel."

Daniel mengernyit.

"Dia bukan adik kandungku."

Kalimat Jimin sukses membuat Daniel membulatkan matanya dengan sempurna.

"A, apa maksudmu Jim?"

Jimin menundukkan kepalanya, jelas sekali matanya berkaca-kaca.

"Ia adalah putri tunggal mendiang teman ayahku."

Jimin terdiam sejenak, mencoba mengingat kembali kejadian di masa lampau. Daniel mendengarkannya secara seksama.

"Ayahnya adalah partner bisnis ayahku, kami sudah menjalin hubungan sejak aku masih berumur 3 tahun. Umurku dan Jiyeon sebenarnya sama, tapi ayahnya menyuruhnya agar memanggilku oppa. Sejak saat itu, aku menganggapnya sebagai adik kandungku. Aku terus melindunginya, berusaha agar ia tidak meneteskan air matanya. Dia anak yang cukup kuat, ia tidak pernah menangis didepan orang lain. Ia pandai menyembunyikan kesedihannya. Kala itu hujan turun sangat deras, ia sedang berada dirumahku sedangkan orangtuanya ada dirumahnya. Entah kenapa ia terlihat tidak tenang hari itu, ia terus mondar-mandir sambil menggigiti kukunya. Aku sudah mencoba menenangkannya dan mengatakan bahwa ia akan kuantar pulang jika hujan sudah sedikit reda, tapi ia tetap seperti itu. Aku tidak mengerti dengan perilakunya yang aneh itu, sampai akhirnya aku mengerti. Dia memiliki kelainan."

---

Daniel melangkahkan kakinya dengan lemas, kalimat-kalimat yang Jimin ucapkan terngiang dipikirannya. Ia menghentikan langkahnya.

"Sebegitu berarti kah Jiyeon untukmu, Daniel? Bahkan kau sampai tidak menyadari kedatangan salju karena memikirkan Jiyeon."

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang