24. Heartbreak

Mulai dari awal
                                    

"Jika tidak penting aku akan kembali ke kamarku. Cepat katakan apa maumu?" gumam Jiyeon dingin.

"Mana sopan santunmu terhadap kakakmu?"

"Arra, arra. Ada apa kau memanggilku kesini, Park Jimin oppa?" ucap Jiyeon dengan nada yang dibuat manja.

Daniel tertawa saat melihat Jiyeon berakting imut didepannya dan Jimin. Ia belum pernah melihat Jiyeon seperti ini, karena Jiyeon selalu cuek dan dingin pada Daniel yang selalu menjahilinya.

"Itu menggelikan, babo-ya!" seru Daniel dengan tawanya.

Jiyeon menatap Daniel kesal lalu menghampiri Daniel dan menginjak kaki Daniel keras-keras.

"Mianhae, mianhae. Geumanhae Jiyeon-ah, jebal." gumam Daniel mencoba menarik kakinya.

Jiyeon membuang muka dihadapan Daniel. Lalu berjalan menuju Jimin yang sudah duduk di depan tv. Ia pun ikut duduk disamping Jimin, memperhatikan layar tv yang sedang memutar sebuah game. Jimin nampak sangat fokus dengan stick ps di genggamannya.

"Kau menyuruhku datang untuk melihatmu bermain video game?"

Jimin tidak menjawab, ia terfokus pada game dihadapannya. Jiyeon semakin kesal dan menekan tombol off pada remote disebelahnya. Tv pun dimatikan secara paksa.

"Kau sudah gila? Apa kau tau perjuangan ku untuk sampai ke level itu? Aku belum menyimpannya! Aish jinjja."

Jimin mengacak rambutnya frustasi. Jiyeon memajukan mulutnya, ia kesal dengan kakak dan teman dari kakaknya itu. Ia pun berdiri berniat untuk kembali ke kamarnya, tapi Daniel mencegahnya.

"Ayo bermain bersama kami sebentar. Aku akan mengajarkanmu."

"Kau? Mengajarkan ku? Bahkan menyelesaikan tugas fisika pun kau harus ku bantu." ejek Jiyeon.

"Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Kau mungkin pintar dalam pelajaran, tapi kau tidak akan bisa mengalahkanku dalam game."

Jiyeon memutar bola matanya malas lalu kembali duduk disamping Jimin yang masih memikirkan game nya.

Tv kembali dinyalakan dan game dimulai.

---

"Ini tidak adil! Bagaimana bisa kau pintar dalam segala hal!" protes Daniel yang kalah bermain game.

Jiyeon hanya tertawa mengejek sambil menyombongkan diri. Jimin tidak berkomentar apapun, ia sibuk dengan ponselnya sedari tadi, sepertinya ia melanjutkan gamenya di ponsel karena tidak ingin diganggu lagi oleh Jiyeon.

"Belikan aku es krim." ucap Jiyeon.

"Baiklah, kajja. Jim aku keluar sebentar bersama adikmu."

Jimin menggerakkan tangannya seolah mengusir mereka berdua yang hanya mengganggunya saja.

---

"Apa kau sangat menyukai es krim?"

"Kenapa?"

"Ah tidak. Hanya saja kau terlihat imut ketika memakan es krim. Kau terlihat seperti seorang anak kecil yang tidak bisa hidup tanpa es krim."

"Ya, anggap saja begitu. Aku memang sangat menyukai es krim, lagipula aku imut sejak lahir jadi kau tidak perlu mengatakannya karena aku sudah tau itu."

Daniel tertawa kecil.

"Apa kau memiliki kekasih?"

Pertanyaan Daniel yang tiba-tiba membuat Jiyeon tersedak dan batuk. Daniel segera memberikan minum dan mengusap punggung Jiyeon agar batuknya mereda.

"Pertanyaan bodoh macam apa itu?!"

"Pertanyaan bodoh? Apa maksudmu?"

"Apa kau sudah gila? Jimin akan membunuhku jika aku memiliki kekasih sebelum aku lulus sekolah."

"Apa dia se-protective itu? Aku baru mengetahuinya."

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?"

"Umm tidak, aku pikir kau memiliki kekasih karena kau termasuk anak yang populer disekolah, banyak sekali siswa yang membicarakan mu."

"Kau salah satu dari mereka?"

"Maksudmu?"

"Kau juga menyukai ku?"

Jiyeon tertawa melihat ekspresi Daniel yang berubah saat ditanya olehnya.

"Aku hanya bercanda bodoh! Mana mungkin kau suka padaku, kan?"

"Kenapa tidak mungkin?"

Pertanyaan Daniel sukses menghentikan tawa Jiyeon, Jiyeon menoleh ke arah Daniel yang memasang wajah serius.

"Jika iya, kenapa? Kenapa jika aku menyukai mu? Apa itu salah?"

"Apa kau sedang membuat lelucon? Ini benar-benar tidak lucu, Daniel."

Daniel berjalan mendekati Jiyeon.

"Aku menyukaimu, Park Jiyeon." bisik Daniel.

Jiyeon terdiam sejenak. Setelah beberapa detik, ia baru bisa mengeluarkan suaranya.

"Kau bukan orang pertama yang menyatakan cinta padaku, tapi kau orang pertama dan terakhir yang akan mendapat jawaban dariku."

"Kau juga menyukaiku? Apa kau akan menjadi kekasihku?" tanya Daniel senang.

"Tidak Daniel. Jawaban ku bukan untuk menerima mu, sebaliknya aku menolakmu."

Daniel hanya tersenyum canggung dan menundukkan kepalanya.

"Terimakasih sudah menjawab pernyataan dariku, aku beruntung karena menjadi satu-satunya pria yang mendapatkan jawabanmu, meskipun itu jawaban penolakan."



Tbc.
Maaf ya story ini slow update banget, minggu-minggu ini aku agak sibuk T.T
Keep vomment yaaa gomawo💕💕💕

MINE (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang