20. split in half

Začít od začátku
                                    

"Magu 2?" aku mengerutkan dahi.

"Iyaㅡ lupa siapa namanya. Anak yang waktu itu diculik, yang kembarannya meninggal," jelas ayahku. "Dia sejenis Magu sih."

"Jaemin," ucapku lirih. "Tapi Jaemin kenapa? Kenapa dia ada di UGD?"

"Karena dia juga keracunan," lagi-lagi ayahku menghela nafas berat. "Anak bodoh, dia nggak sengaja ikut menelan racun. Tapi kalau dia nggak nekat melakukan CPR tadi, mungkin kamu nggak akan selamat."



Aku terhenyak.
CPR? Nafas buatan?
Mouth to mouth?

Dasar Jaemin bodoh, gegabah sekali memberikan tindakan semacam itu pada korban keracunan?
Kalau sesuatu yang parah terjadi padanya, aku tidak akan bisa memaafkan diri sendiri.

Sebenarnya aku sudah merasa jauh lebih baik. Dan hal yang paling ingin kulakukan sekarang adalah... bertemu Jaemin.
Atau setidaknya melihatnya, itu sudah cukup.

"Boleh turun dari tempat tidur nggak sih?"

"Mau kemana?" tanya ayahku, walaupun raut wajahnya jelas tak setuju.

Aku menggigit bibir.
"Jaemin," jawabku ragu.

"Jangan. Dokter bilang jangan terlalu banyak gerak dulu."

"Tapi..."

"Mau apa sih? Penting?"


Lebih penting dari apapun. Tapi bagaimana cara mengatakannya?

"Ngㅡ penasaran aja gimana keadaan dia," jawabku.

"Hmm..." ayahku tampak berpikir. "Katanya sih tadi dia nggak terlalu parah. Gimana kalau dia aja yang diajak kesini? Mungkin dia udah sehat."


Ok. Ide bagus sebenarnya.
Tapi sialnya sekarang bertemu Jaemin tidak pernah sama lagi rasanya. Kinda miss him, kinda scared, kinda wanna talk to him, kinda wanna runaway everytime he shows up.

"Hm... boleh ㅡkalau dia mau sih."

"Oke,"ayahku berdiri lalu menepuk-nepuk puncak kepalaku. "Sebentar ya."

Aku mengangguk, dan dia pergi. Sebenarnya agak aneh pasti kalau tiba-tiba nanti Jaemin benar-benar kesini, tapi tidak ada pilihan lain.












Memar kecil tampak membekas di permukaan kulitku, bekas jarum transfusi darah. Aku menghela nafas mengingat hari ini aku menerima darah dari Mark ㅡlagi, dan di hari yang sama Jaemin mempertaruhkan nyawa karena aku.

Ini rumit.
Aku tidak mengerti kenapa harus terus terlibat dengan dua orang itu. Bukan tidak senang, tapi hanya merasa... serakah. Ya, aku sebenarnya tidak pantas ada di posisi ini ㅡtidak diantara mereka.










Could I really love two different people at once?
Could I split this heart in half?










Gila memang, okeㅡ aku tidak bisa lagi menyangkal kalau aku suka Mark. Dia membuatku merasa aman, menenangkan, selalu menghibur dengan caranya sendiri. Tapi aku yakin kami sama-sama tahu ada aturan tak tertulis yang membatasi sejauh apa kedekatan diantara kami.

Dan Jaemin...
Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Dia tidak perlu melakukan apa-apa untuk membuatku menyukainya. Sesederhana itu.

Demi Tuhan, keadaan seperti ini sama sekali tidak pernah kubayangkan. Kukira aku akan menua tanpa terasa karena sibuk belajar, menikah dengan seseorang yang diatur oleh orang tuaku, hidup tanpa banyak masalah.
Ternyata tumbuh dewasa tidak semulus itu ㅡsigh.











Vacancy ✔ [revisi]Kde žijí příběhy. Začni objevovat