Part 39 : The Memory (Part 2)

Start from the beginning
                                    

"Ma, abis ini kita langsung ke makam Vara kan?" tanya Christof saat mempersiapkan diri untuk pulang. Jollie pun tersenyum dan berkata, "Iya sayang. Sebentar lagi kamu akan ketemu sama adek kamu kok. Sabar ya."

Begitu Hanson selesai menyelesaikan urusan administrasi, Jollie dan Christof pun mengikuti Hanson menuju ke parkiran mobil. Selama perjalanan, Christof tak hentinya melihat kearah langit. Menurut Christof, melihat ke arah langit adalah obat jika kita sedang merindukan seseorang yang telah pergi jauh. Karena dengan begitu, kita seolah melihat sosoknya di atas sana.

Tanpa terasa, Christof, Jollie, dan Hanson sudah sampai di tempat dimana Ivara terlelap untuk selamanya.

"Ayo sayang lewat sini." Christof pun mengikuti langkah kaki Jollie dan Hanson. Hingga mereka semua tiba di depan batu nisan yang bertuliskan nama Ivara Julliana. Melihat batu nisan tersebut, membuat Christof menitikkan air mata kembali. Benar adanya jika dalam situasi seperti ini Christof menjadi sosok laki-laki yang rapuh dan mudah meneteskan air matanya.

"Vara! Maafin kakak, Vara! Gue gatau kalo akhirnya kayak gini. Andai aja gue dengerin kata-kata lo, lo pasti masih adakan di dunia ini? Lo ga akan ninggalin gue sama mama papa kayak ginikan? Bener semua ini salah gue. Harusnya gue aja Var yang ada di posisi lo."

"Risto, jangan ngomong kayak gitu," sahut Jollie yang mendengar semua kata-kata Christof.

"Itu bener ma. Seharusnya Risto yang ada diposisi Vara sekarang. Vara gak pantes untuk dapet semua ini. Bener kata papa ini semua salah Risto. Risto yang membuat dia udah gak disini lagi ma," ucap Christof masih dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Sudah nak, jangan salahkan dirimu. Maafin papa yang kebawa emosi sejak kemarin. Papa gak bermaksud menyalahkan kamu atas semua kejadian ini. Papa hanya belum bisa mengikhlaskan Vara. Papa pun juga marah sama diri papa sendiri karena tidak bisa menjaga anak-anak papa dengan baik," ucap Hanson sambil menenangkan Christof.

Christof yang berada disamping persis Hanson segera memeluk dan saling minta maaf satu dengan yang lain. Jollie yang melihat pemandangan tersebut sangat senang karena akhirnya suami dan anak pertamanya bisa kembali rujuk dan sekarang tidak ada lagi permusuhan diantara keluarga kecil mereka.

"Var, gue tau dan masih inget banget sebelum kecelakaan itu terjadi, gue sama lo dan Iyo lagi berantem. Sekarang pun gue ngaku kalo gue yang salah ngenilai lo berdua. Seharusnya gue ikutin kata-kata lo dan juga Iyo. Kalo gue dengerin kalian, mungkin akhirnya ga kayak gini jadinya. Gue berharap lo bisa maafin gue walaupun gue tau kesalahan gue fatal banget. Tapi jujur, gue bener-bener minta maaf karena telah membuat lo begini."

"Vara, kamu maukan maafin kakak kamu? Mama tau mungkin kamu masih berat buat maafin Risto. Tapi mama tau anak mama yang namanya Ivara Julliana adalah perempuan yang pemaaf. Oh ya sayang, kamu hati-hati ya disana. Kita bertiga sayang Vara." Hanson, Jollie, dan juga Christof pun beranjak dari makam Vara dan berjalan kembali ke rumah. Selama perjalanan pulang, hati Christof masih resah ditambah lagi memikirkan nasib adiknya yang sekarang sudah tenang.

"Ma, keadaan Iyo gimana?" tanya Christof tiba-tiba.

"Oh dia siuman lebih cepat daripada kamu, sayang. Malah dia pulang ke rumah lebih dulu."

"Loh kok bisa? Memang lukanya ga parah?"

"Iya lukanya gak separah kamu sama Vara. Hanya ada beberapa bekas luka di kepalanya."

Christof yang mendengarnya sedikit terkejut ketika tahu keadaan Mario saat kecelakaan tidak separah dirinya dan juga Ivara. Pada saat inilah, tiba-tiba kegeraman hati Christof muncul bersamaan dengan mengepalnya tangan Christof selama perjalanan kembali ke rumah.

My Lovely Sister (S1) [COMPLETE]On viuen les histories. Descobreix ara