06. kbs

71.3K 13.4K 2.5K
                                    

Sabtu pagi, disaat orang-orang menikmati akhir pekan yang santai aku justru sudah sibuk membenahi berbagai dokumen dan perlengkapan untuk wawancara.

Aku agak heran kenapa mahasiswa semester awal seperti aku harus diberi tugas pribadi semacam ini. Ya, dosenku mengajakku mewawancarai seorang staff direksi KBS yang diduga melakukan penggelapan dana.

I meanㅡ dia sendiri seorang criminal profiler senior. Untuk apa aku diajak melakukan pekerjaannya?














Dari jauh aku melihat professor Lee Jehoon sedang menelepon di depan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari jauh aku melihat professor Lee Jehoon sedang menelepon di depan mobilnya. Air mukanya yang fresh sangat kontras dengan wajah kusutku.

"Hey," sapanya ceria saat melihatku mendekat. "Rise and shine!"

Aku menanggapi dengan anggukan sopan saja.

"Masuk," katanya, dan aku menurut.

Aku masih terus diam karena tidak bersemangat. Sampai akhirnya prof. Lee membuka sedikit jendela mobilnya dan angin dingin menusuk-nusuk wajahku.

"Prof!" protesku.

"Bangun, Alice Kim!" dia meledekku.

"Ya, ya, rise and shine," aku membuka mata lebar-lebar.

"Kamu beda," kata professor Lee saat melihat aku sama sekali tak antusias menemaninya 'bekerja'. "Pertama, kamu mahasiswa saya yang paling muda. Kedua, ada semacam vibe yang beda ㅡmungkin kamu bisa jadi criminal profiler yang hebat."

Aku menyeringai.
"Jangan berlebihan, prof. Saya bahkan belum genap satu bulan kuliah."

"Ketiga, kamu nggak suka cari muka," sambung prof. Lee. "Saya nggak suka penjilat."

Aku tertawa garing.
"Jadi, tugas saya hari ini apa?"

"Paper kamu di mata kuliah saya selalu outstanding, Alice Kim.
Dan saya tau kamu baca banyak buku untuk semester lanjut," kata prof. Lee. "Ada di catatan perpustakaan kamu, nggak usah kaget gitu."

"Terus apa hubungannya?"

"Dugaan sementara, kamu lebih rajin dan cerdas daripada yang lain. Saya mau kamu menganalisa orang yang nanti saya wawancara. Kalau hasilnya bagus, kamu bisa jadi asisten dosen."

"Prof, tapiㅡ saya baru mulai semester satu. Memangnya mungkin ya?" aku merasa semua ini berlebihan.

"Terus kenapa? Yang penting kan ini," prof. Lee menunjuk pelipisnya ㅡotak, maksudnya. "Kalau nyatanya otak kamu memang beda, lebih baik dimanfaatkan kan?"

"Tapi nanti ada kecemburuan sosial," aku bersikeras. "Seakan-akan saya dianak-emaskan."

"Ya kamu buktiin lah ke mereka, kamu bisa ㅡnggak kalah sama mahasiswa tingkat lanjut. Oke?" prof. Lee tersenyum lebar.

Vacancy ✔ [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang