BAB 35: AGATHA TIDAK BERSALAH

3.3K 167 5
                                    

"Kita ke sudut sana yuk, aku mau nunjukin sesuatu." Ucap Laras menunjuk arah sudut taman.

"Bunga anggrek putih?" tanya Agatha bingung mengapa bunga kesukaannya tertanam dan tertata apik ditaman rumah ini mungkin ini juga bungan kesukaan Laras pikirnya.

"Waktu aku datang lagi ke sini, aku bingung kenapa ada bunga ini yang bikin aku suka alergi kalau bersentuhan sama kelopaknya." ucap Laras membuat Agatha kaget bila Laras tidak menyukainya untuk apa bunga ini ditanam.

"Aku tanya bibi dan katanya Aldo yang mau bunga itu ditanam disini, akhirnya aku mutusin untuk buang ke lima pot ini. Aldo tiba-tiba aja datang dan bilang kalau bunga ini gak boleh di ganggu, dia bahkan kasih peringatan keras ke aku gak biasanya dia ngomong dengan suara dingin. Aku penasaran dan tanya alasannya dia cuman ngomong ini bunga kesukaannya padahal yang aku tahu Aldo alergi sama bunga asli, aku perhatiin setiap hari dia rawat dengan telaten tanpa mengeluh biasanya dia malas mengerjakan pekerjaan apapun dan lebih baik menyuruh tukang kebun tapi kali ini ada yang berbeda, dia mengerjakan semuanya sendiri dengan tangannya. Aku tahu ada sesuatu sama bunga ini setiap malam bahkan ia sering melamun disini sendirian tanpa mau diganggu. Sekarang aku tahu alasannya." Ucap Laras setelah bercerita panjang lebar sedangkan Agatha hanya bisa menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca selama ini ia terlalu mengejar Alvin bahkan tidak peduli dengan Aldo yang begitu mencintainya tapi, apakah benar Aldo mencintainya? Ia ragu.

"Kamu alasan Aldo merawat bunga ini, ini bunga kesukaan kamu kan?" tanya Laras menggenggam tangan Agatha selayaknya sahabat, air mata ini sudah tidak tertahankan.

"I...yaa..." Jawab Agatha bergetar.

"Akhir-akhir ini Aldo lebih sering menyendiri menatap bunga itu, kalian ada masalah?" tanya Laras mencoba agar Aldo dan Agatha baikan.

"Aku bodoh ngejar sesuatu yang gak pasti padahal didepan mata aku ada dia yang setia dan selalu ada buat aku." Ucap Agatha.

"Terkadang kita memang begitu, suka menyalahkan laki-laki tanpa sadar kita bahkan lebih tidak punya hati." ucap Laras tersenyum getir, Agatha merasa kata-kata itu tepat untuknya.

"Aldo dulu gak bisa terima aku lebih milih Alvin, dia terpuruk hebat, sampai sekarang ia bahkan masih belum terima. Aku harap kamu bisa sembuhin luka hatinya." Laras memberikan semangat.

"Aku akan berusaha, tapi sekarang aku gak bisa deketin dia dulu. Dia pasti marah dan kecewa banget sama sikap aku." Agatha kembali meneteskan air matanya menyadari betapa bodoh dirinya.

Sekarang ia tahu rasanya mencintai sesungguhnya, pertanyaan yang selalu ia tanyakan dalam hati tentang perasaan liar yang entah tumbuh dari mana mulai terkuak asal usulnya, ia tahu sekarang rasanya menjadi gadis yang mencintai bad boy itu tidak buruk namanya cinta kita tidak bisa mengatur dengan siapa dan kapan perasaan itu datang.

"Yauda kamu cuci muka dulu ya, aku tunggu sini, liat tuh mata kamu kayak panda." Laras membuat suasana yang tadinya sedih menjadi ceria, dalam hati Agatha tahu mengapa Tuhan tidak menjodohkannya dengan Alvin tentu yang pertama adalah karena Laras lebih membutuhkan Alvin daripada dirinya.

Dulu ia merasa dirinyalah wanita paling tidak bahagia, wanita yang paling mengalami takdir buruk tapi pandangan itu berubah ketika ia bertemu dengan Laras yang pantang semangat menghadapi penyakit yang menderanya ditambah kedua orang tuanya telah wafat sekarang ia hanya punya bibi dan paman, mereka pun sibuk mengurusi sepupunya yang masih berkuliah di China.

Alasan kedua adalah karna hatinya sesungguhnya memang bukan untuk Alvin melainkan Aldo.

Aldo sedang berlatih olah raga dikamarnya, ada sebuah samsak hitam menggantung sengaja ia taruh dekat kamar selain untuk berolahraga melatih otot-ototnya itu juga berguna untuk melampiaskan emosinya ketika memuncak seperti sekarang ini ia sangat kesal melihat kedekatan Alvin dan Laras,

Anehnya Alvin juga dekat dengan Agatha di sekolah sungguh kakaknya amat rakus ingin memiliki kedua wanita itu.

"Lo maruk! Lo rakus! Kenapa sih Tuhan takdirin lo jadi Kakak gue! Gue benci lo! Gue benci lo Alvin!" ucap Aldo sambil terus memukul samsak seakan itu adalah wajah kakaknya.

Ia benci ketika dulu Alvin menang darinya, ia kalah telak dengan tegas Laras memilih Alvin dan menolak dirinya sekarang itu terulang kembali Agatha lebih memilih Alvin dan mungkin membenci dirinya.

"Gue gak akan pernah bisa jadi Alvin! Kenapa gak ada yang bisa ngerti itu!" ucap Aldo semakin kesal emosinya memuncak, ia tak mau mengalah lagi cukup Laras yang ia relakan untuk Alvin tidak dengan Agatha, gadis yang sejak MOS selalu ia perhatikan karena tingkah galaknya.

"Udah gue bilang Do, cuman gue yang ngertiin lo dan lo itu cuman milik gue bukan si Ketos lebay itu!" sinis Steffi tiba-tiba sudah masuk ke kamar Aldo menenangkannya dengan menyentuh bahunya

"Lo kok bisa disini?" tanya Aldo dengan nafas tersengal.

"Lo itu harus lupain Agatha, dia tuh gak baik. Sekarang liat dia deketin lo cuman buat dapetin Kak Alvin itu cara terlicik!" ucap Steffi menyeringai, ia senang saat seperti ini, otak Aldo akan mudah dia racuni.

"LARAS!.." pekik seseorang dari arah bawah sepertinya suara Alvin, jadi segera Aldo berlari menuruni tangga.

Aldo melihat Alvin sedang mengguncangkan badan Laras yang terkapar di rumput taman

"Laras?!" sebuah suara datang dari arah belakang.

"Dia kenapa Tha, tadi kan dia sama kamu?" tanya Alvin sudah berlinang air mata.

"Aku tadi tinggal dia sebentar untuk ke toilet terus aku gatau datang-datang kalian udah berkerumun." Jujur Agatha.

"Bohong, lo pasti niat celakain Laras supaya bisa dapetin Alvin kan? Ngaku lo cewek munafik!" Steffi mendorong Agatha, jika ia sedang tidak dalam keadaan hancur mungkin ia akan membalas dengan mencakar muka Steffi yang telah berkata sembarangan terhadap dirinya.

"Urusan lo sama gue belum selesai!" geram Aldo kini telah menggendong Laras dengan menyanggah pundak dan paha Laras di lengannya, ia menatap sinis Agatha seolah tersirat kebencian hebat.

Aldo segera berlari menaruh Laras dibagian belakang mobil dengan Alvin yang menemaninya sedangkan ia berlari ke arah kursi pengendara dan Steffi yang duduk di bagian kursi penumpang disamping Aldo.

Agatha hanya bisa terduduk lemas menatap pria yang mulai ia cinta, baru saja ia sadar akan perasaannya kini membencinya menatapnya seolah ia berbuat kejahatan padahal ia tidak menyakiti siapapun.

"Non, ayo kita ke ruang tamu." Bibi tidak tega melihat Agatha, bibi tahu Agatha gadis baik jadi ia menopang tubuh Agatha sedangkan pandangan Agatha kosong ia terlalu hancur hatinya sudah seperti ditikam ribuan panah mendengar ancaman Aldo.

"Aku gak nyakitin siapapun bi." Lirih Agatha, air matanya tak berhenti turun.

"Kalau non nangis dan terus diam begini, den Aldo dan semuanya akan terus beranggapan non salah, jadi sekarang non harus kuat dan kasih tau ke mereka bahwa non gadis baik bukan seperti yang dituduhkan neng Steffi." Bibi memberi semangat sambil memegang pundak Agatha, nasihat itu membuat Agatha seperti tersadar ia tak mau lemah ya ia tak mau lagi dikalahkan takdir. Ia akan berjuang untuk cintanya untuk Aldo bad boy kesayangannya, ia tak mau Steffi menang kali ini.

"Bi, aku susul mereka makasih untuk nasihatnya." Agatha memeluk bibi dan segera berlari menuju pintu keluar.













Readers, sweet banget ya Aldo dibalik sok cueknya ternyata dia masih setia sama Agatha.. tapi, Laras kenapa gengs? Kalian percaya apa yang Steffi bilang? yukk vote dan comment biar aku semangat lanjutin next chapter.. Thankyou!!

AGATHA (Ketua OSIS Galak VS Bad Boy Nyebelin)Место, где живут истории. Откройте их для себя