BAB 11: ALVIN VS ALDO

4.7K 213 5
                                    

Kejadian di lapangan tadi membuat acara go green sedikit terhambat namun untunglah semuanya dapat diatasi sedangkan sang Ketua OSIS menangis dan mengurung diri di ruangan OSIS, ia benci pada Steffi dan siapapun yang membelanya termasuk cowok bad yang gila itu. Sekarang semua wewenang dan tugas ia berikan kepada Eza selaku Wakil Ketua Osis, ia hanya ingin menenangkan diri setelah kejadian yang cukup menguras emosinya kenapa mulut Steffi hanya bisa membuat orang terluka kenapa harus menyinggung mamanya seolah-olah mamanya salah ia benci itu. Bagi Agatha mamanya adalah mama terhebat didunia karena ia bisa menjadi sekarang karena motivasi mamanya sebelum meninggal.

"Lo boleh benci gue, hadapi gue tapi jangan bawa-bawa mama gue. Gue benci lo Steffi, Aldo!" Kata-kata itu muncul saat Agatha masih terdiam duduk di ruang rapat OSIS dengan kedua tangan menjadi sandarannya diatas meja.

"Emang kalau sesuatu yang menyangkut keluarga sensitif ya." Sebuah suara asing masuk ke indera pendengaran Agatha, kepala Agatha berat jadi ia memilih diam dan mencoba mendengarkan kalimat selanjutnya.

"Kamu boleh nangis tapi, nanti aja ya. Sekarang saya mau minta kunci ruangan musik bisa?" Kekeh Alvin, Anehnya setelah Agatha mencerna lebih lagi suara itu ia seolah paham siapa pemilik suara itu, jadi dengan perlahan ia merubah posisi kepalanya dan ia langsung mundur dan hampir saja terjatuh seketika karena melihat siapa yang berdiri dengan gaya paling cool di dekat pintu dan melihat reaksi Agatha, Alvin hanya mengangangkat sedikit sudut bibirnya.

Agatha melihat itu dengan jelas, ia melihat bagaimana seorang good boy terbaik sekolah ini sedikit ya hanya sedikit mengangkat sudut bibirnya hanya dengan melihat tingkah bodoh Ketua OSIS nan perfeksionis itu.

"Jadi? Saya bisa pinjam?" Tanya Alvin, yang ditanya tidak memberikan reaksi sama sekali. Agatha mematung di posisinya melihat seorang titisan dewa yunani ada di hadapannya dan sedang berbicara dengan ia, sungguh beruntungnya.

Tanpa sadar ada seseorang yang mengintip dari luar, ia kesal melihat apa yang di dalam dengan senyum getir seolah paham memang kakaknya lah yang pantas untuk gadis itu.

Agatha berharap waktu berhenti berputar, ia merasa seluruh darahnya beku, tangannya dingin, kegugupan hebat mengguncang dirinya kemana Agatha yang pemberani mengapa hanya di hadapan seorang Alvin Dirgantara Pratama, ia ciut? Kenapa? Agatha masih terdiam sedangkan jantung tidak bisa di kontrol, Alvin yang mulai jenuh akhirnya mengambil langkah dengan maju mendekati Agatha, pergerakan Alvin membuat Agatha tersadar dan ini tidak baik signal buruk untuk jantungnya tapi, semakin dekat jarak Alvin dan Agatha.

"Jadi kunci ruang musiknya dimana?" Tanya Alvin yang masih berdiri menatap Agatha yang masih duduk. Agatha tau bahwa kunci musik memang ada di ruangan ini tapi, mengapa lidahnya kelu hanya untuk mengucapkan letak kunci itu setelah itu ia pasti bisa bernafas, oksigen di sekitarnya menipis itu yang Agatha rasakan.

"Di laci biru kak." Suara yang sangat pelan perlahan keluar dari mulut Agatha, dan Alvin tanpa banyak tanya mengambil kunci itu dan bersiap menuju ke arah pintu namun sebelum keluar.

"Makasih, jangan nangis lagi." Ucapnya sebelum membuka pintu.

Setelah Alvin keluar dari ruangan OSIS, Agatha memegang dadanya dan merasa jantungnya seperti lari maraton berdebar tidak karuan ditambah oksigen yang menipis baginya satu ucapan Alvin berdampak hebat mengubah seluruh perasaannya seperti sekarang ia senang bukan main saat Alvin menyuruhnya untuk tidak menangis lagi.

"Aduh mimpi apa gue semalam, satu ruangan sama Kak Alvin di tambah dia kasih kata-kata penghiburan lagi." Agatha tersenyum senang dan melompat-lompat kesana kemari membayangkan kejadian tadi namun ia berhenti sejenak.

"Astaga gue kan abis nangis, pasti mata gue bengkak, hidung gue merah terus rambut acak-acakan. Yah ancur deh image gue didepan Kak Alvin." ia memajukan bibirnya.

AGATHA (Ketua OSIS Galak VS Bad Boy Nyebelin)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora