BAB 21: SETIAP SAAT BERSAMA

4K 190 0
                                    

Pagi ini Agatha memantapkan hati menghadap Ibu Ina untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah ia perbuat saat ia berjalan di koridor menuju ruangan yang tidak pernah ingin dikunjungi oleh siapapun.

"Gue ikut, lo gak ngajak-ngajak gue?" tanya sebuah suara mensejajarkan langkahnya dengan Agatha.

"Biasanya lo juga kabur dari hukuman." Ketus Agatha.

"Kali ini gue belajar jadi murid teladan deh." Ucapnya terkekeh dan mereka pun sampai di depan ruangan Ibu Ina.

"Permisi bu, selamat pagi." Sapa Agatha sopan.

"Pagi Gatha." Ibu Ina tersenyum namun matanya melotot saat melihat siapa yang ada di belakang Agatha.

"Aldo! Ngapain kamu ke sini? Tumben-tumbenan kamu datang sepagi ini?" tanya Ibu Ina tanpa henti membuat Agatha mengernyit dan Aldo terkekeh.

"Saya suka bingung sama guru disini, saya tobat salah, tetap ngelanggar peraturan salah. Berasa Raisa saya bu, semua serba salah." Aldo terkekeh lagi.

"Kamu ini dihadapan guru bukannya sopan malah bercanda!" bentak bu Ina kesal.

"Jadi kalian untuk apa kesini?" tanya bu Ina akhirnya setelah berhasil meredam emosinya.

"Saya dan Aldo ingin mempertanggungjawabkan kesalahan kami kemarin karena bolos saat jam pelajaran bu." Ucap Agatha sopan dan tegas.

"Bisa jelaskan alasannya?" tanya Bu Ina membuat Agatha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, semalam ia sudah berlatih di depan cermin agar lancar saat di hadapan Bu Ina. Agatha tidak membahas perlakuan Kevin yang mempermalukannya demi menjaga kerjasama kedua sekolah, walaupun sebenarnya ia ingin, ia hanya berbicara tentang Kevin yang mengganggunya dan Aldo yang menyelamatkan namun berujung ricuh karena Kevin melakukan kekerasan.

Aldo dengan tenang memperhatikan Agatha sembari Agatha menjelaskan detail kronologisnya. "Baik Agatha, ibu akan memberikan keringanan karena keterangan kamu. Lain kali kamu tidak boleh sendirian ke sekolah itu. Aldo kamu tidak ada pembelaan? Ibu liat kamu dari tadi hanya fokus pada wajah Agatha? Tidak pada pembicaraan ini?" ketus Bu Ina seperti punya dendam kesumat pada muridnya itu.

"Abisnya Agatha lebih menarik bu, saya jadi terpesona." ucap Aldo tersenyum membuat pipi Agatha memerah sedangkan Bu Ina geram dengan jawaban Aldo.

"Peraturan tetaplah peraturan bila dilanggar akan ada sanksi, sekarang ada hukuman yang Ibu rasa cocok untuk kalian." Ibu Ina tersenyum.

"Nilai Matematika dan Fisika Aldo dibawah rata-rata yang sudah ditetapkan sekolah, ibu ingin Agatha bisa membantu Aldo memperbaiki semua itu. Ibu tunggu perubahannya sampai kenaikan kelas dan bila tidak ada perubahan, Ibu tidak yakin kalian bisa melanjutkan naik ke kelas 12." Kata-kata terakhir Ibu Ina membuat Agatha semakin dilanda goncangan hebat, bagaimana mungkin ia dapat merubah si cowok bad ini menjadi cowok yang jenius atau paling tidak memiliki nilai rata-rata, ini teramat sulit.

"Bu, tidak ada hukuman yang lain? Ngerjain tugas Biologi? Bersihin koridor sekolah atau WC sekolah? Tolong bu di pertimbangkan lagi." Agatha memohon.

"Saya setuju bu." Aldo dengan mantap berkata demikian.

"Baik kalau begitu sudah selesai, kalian bisa keluar dari ruangan saya." Ucap bu Ina.

*******

"Tha gimana ceritanya lo gak di hukum apa-apa? Kemarin lo kan bolos?" tanya Riska bingung melihat Agatha sampai di tempat duduknya dengan wajah yang lelah dan disusul Aldo dengan cengiran lebar.

"Gue lagi masa hukuman, dan ini hukumannya bisa buat gue stress menuju kematian." Ucap Agatha memijat kepalanya

"Maksud lo?" tanya Febri.

"Gue harus ngajarin si cowok bad pelajaran Fisika dan Matematika sampai minimal nilai dia diatas rata-rata sekolah, mustahil kan?" Cerocos Agatha sambil menghempaskan bokongnya dibangku kelas.

"Wih lo bakal sama dia terus dong setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik?" tawa Riska dan Febri pun pecah.

"Lo berdua sebenarnya sahabat atau musuh gue sih? Kok seneng liat sahabatnya menderita?" tanya Agatha kesal dan sambil membuka buku bahasa inggrisnya.

*******

"Agatha." sebuah suara menginterupsi perjalanan Agatha yang ingin sesegera mungkin meninggalkan kelas, pasalnya satu kelas sekarang telah membuatnya semakin stress dengan mengejek bahwa ia dan Aldo berjodoh, padahal dalam hati ia bersumpah serapah tidak ingin terus berdekatan dengan si bad boy sekolah itu.

"Nanti jadi kan rapat acara buat ulang tahun sekolah?" tanya Eza merangkul Agatha, sedari dulu mereka memang terlihat dekat karena rupanya orang tua mereka saling mengenal baik satu sama lain, dan dulu Eza dan Agatha adalah teman waktu SD, walaupun tidak terlalu dekat.

"Jadi dong, reminder anak-anak lagi ya." Ucap Agatha tersenyum kepada Eza yang sudah dianggap kakaknya sendiri, ia dan Eza memang sudah seperti saudara namun pasti ada jarak yang harus Agatha buat karena Eza sedang memiliki perasaan terhadap salah seorang sahabat Agatha.

"Siap bu Ketos." Balas Eza lagi.

"Eh Za, jadi lo udah mulai usaha deketin Febri?" tanya Agatha tiba-tiba karena melihat Febri yang sedang melatih basket putri untuk acara ulang tahun sekolah.

"Belum sama sekali lah Tha, lagian gue bingung harus mulai darimana?" ucap Eza frustasi memandang ke arah lapangan.

"Gue mau coba bantuin lo, tapi lo nya juga harus ada usaha dong!" kekeh Agatha.

"Seriusan nih lo mau bantuin gue?" tanya Eza tersenyum riang, memang beberapa bulan ini pandangannya tidak lepas dari Febri yang merupakan ketua tim basket putri.

"Dia tuh cewek idaman gue banget ya Tha, udah jago olahraga, pintar, terus dewasa lagi beda banget deh sama cewek-cewek zaman sekarang." Puji Eza lagi.

"Lebay lo, sahabat siapa dulu dong?" tanya Agatha menggoda.

"Lebih oke dia lah." Sindir Eza.

"Gini nih gatau diri, udah mau di bantuin malah ngerendahin!" Agatha kesal.

"Canda sih." Kekeh Eza lalu mereka berjalan bersama menuju kantin.

*******

"Selamat siang semua." Salam Bu Puji selaku guru Bahasa Indonesia.

"Selamat Siang bu." Koor anak-anak kelas XI IPA 1 membahana, mata bu Puji langsung menyorot kepada 3 bangku paling belakang yang letaknya di pojok kelas biasa dihuni oleh anak-anak yang ingin tidur, mengobrol, atau mencuri waktu untuk bermain HP.

"Aldo, Rangga, dan Okky dimana ya?" tanya Bu Puji bingung.

"Kita di sini bu." Aldo dan kedua temannya santai baru datang, padahal bel istirahat sudah berbunyi dari 15 menit yang lalu.

"Kalian dari mana?" tanya bu Puji.

"Dari kantin bu, abis isi tenaga." Ucap Aldo santai.

"Kenapa baru masuk jam segini? Kalian tahu kan kalau jam masuk pelajaran jam berapa?" tanya bu Puji lagi mulai kesal.

"Tahu bu, cuman masalahnya si Rangga kalau laper gak bisa mikir entar pelajaran ibu malah dianggap angin lalu, saya kasian sama ibu udah capek-capek ngajarin malah digituin." Aldo seolah-olah terlihat berduka sedangkan Rangga yang namanya dipakai tanpa izin hanya bisa pasrah dengan kelakuan bosnya itu.

"Kamu ini, malah ngurusin temen kamu. Memang diri kamu sendiri sudah benar?" tanya Bu Puji, kali ini amarahnya sudah sampai puncak.

"Ya belum sih bu, kata nenek saya manusia itu gak ada yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan." Ucapnya lagi membuat satu kelas sedari tadi menahan tawa dengan tingkah laku Aldo.

"Aldo! Kamu ini ya kok semakin kurang ajar, sekarang kalian bertiga duduk dan tidak ada yang membuka suara!" perintah Bu Puji karena ia sudah kehabisan kata untuk menghadapi cucu dari pemilik sekolahan ini.

AGATHA (Ketua OSIS Galak VS Bad Boy Nyebelin)Where stories live. Discover now