Tigapuluh Lima:Petuah

910 114 17
                                    



status: filler

Andjani menatap Alaric tak berkedip, menanti Alaric menjelaskan. Tadi dia menanyakan pada lelaki yang telah menjadi tunangannya itu, perihal Aymard yang tergesa menyelinap pergi meninggalkan ruang utama kediaman Dirdja. Tangannya menggenggam erat jemari Aisha Roestam. Tingkahnya menarik perhatian orang-orang, menyeruaklah bisik-bisik tak enak. Esok hari, sudah pasti akan banyak Nyonya yang mengunjungi Magdeléne. Bisa jadi mereka bertingkah memberi selamat atas acara malam ini, tapi sebenarnya lebih ingin mendengar penjelasan mengenai tingkah Aymard yang tak wajar.

Meninggalkan rumahnya sendiri saat acara besar sedang berlangsung, bersama perempuan yang tidak dinilai pantas oleh mereka.

Orang-orang suka menjadi kejam, menilai tinggi diri sendiri beserta kumpulannya. Seseorang yang dianggap tak memenuhi syarat tak tertulis yang disepakati kumpulan ini, kontan dinilai tak layak. Entah apa penyebabnya, penilaian mereka tersebut sampai-sampai diakui universal. Kalau standar yang mereka tetapkan itu adalah benar. Bahkan diamini pula oleh orang-orang yang bukan bagian dari kumpulan mereka.

Bahwa, untuk menjadi seorang manusia berderajat tinggi, harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan mereka. Yang tidak punya kualifikasi, hengkang saja tak usah berharap menjadi bagian mereka.

Mau tak mau memberikan efek yang membuat depresi. Antara mereka, jadi saling unjuk gigi tanpa lelah agar terus dianggap layak untuk tetap berada dalam kumpulan tersebut. Berlomba menjadi yang teratas untuk kukuh dalam posisi mereka sebagai kumpulan manusia premium dari kaum kelas atas nan borjuis. Selalu dituntut untuk kerja keras sepanjang hayat tanpa boleh mengeluh. Pencitraan menjadikan esensi hidup mereka teramat sangat bias.

Yang kelelahan dan mengeluh biasanya menjadi hipokrit kelas akut, mencaci dan membenci kumpulannya sendiri tapi tidak sanggup hidup di luar kumpulannya dengan alasan yang menggores harga diri kemanusiaan. Tak sudi menurunkan harga diri kalau sampai dinilai tidak lagi bagian dari kumpulan mewah yang kelas sosialnya teratas. Hipokrisi akhirnya mendarah daging turun temurun. Menampilkan topeng bahagia tapi membusuk karena ketidaksanggupan memenuhi standar yang mereka buat sendiri. Berkelas hanya sebatas tampilan fisik.

Meskipun memang segelintir dari mereka sungguhan sosok nyaris sempurna dan mudah memancing kekaguman. Siapa tak kagum pada seorang kepripadian indah sekaligus memiliki wujud ragawi yang memikat. Lebih jarang lagi dari mereka yang otomatis mendapat pengakuan kalau memang sejati layak menjadi kumpulan manusia-manusia kelas atas. Siapa yang berkuasa, berkepribadian baik, punya otak sekaligus pekerja keras layak menjadi panutan. Sayang, terhitung jari mereka yang demikian. Tak ketinggalan, lebih sedikit lagi yang punya kepedulian sosial tinggi di luar kewajiban beramal. Memiliki harta melimpah dalam digit tak terhingga bukan berarti seseorang otomatis dermawan tanpa maksud. Terhadap yang sangat sedikit dan istimewa sampai nyaris mirip seorang Santo, kekaguman layak di layangkan.

Tetapi, yang selalu jadi masalah, justru mereka yang terlalu ingin dipuja dan diakui sebagai yang teratas dari kumpulannya padahal tidak punya keistimewaan apapun kecuali sanggup tampil sempurna dengan fisik menawan. Usaha mereka ini terlampau keras sampai akhirnya saat sebentar saja menjadi bagian kumpulan teratas, langsung berulah jumawa dan picik mengamankan posisi. Mempersulit siapapun yang potensial lebih layak dari diri mereka untuk ditasbihkan sebagai manusia unggul nan beruntung. Supaya mereka tidak tergeser dari posisi sosial yang memabukan tersebut.

Aisha hanyalah sebuah contoh yang dinilai tak berkualitas untuk sejajar mereka. Ketakutan Magdeléne akan aibnya, juga adalah contoh hipokrisi. Akibat selalu ingin dinilai terbaik sampai sudi ingkar akan dosa masa lalu. Ego Katarina, jelas adalah sebuah pembuktian atas keengganan bersaing apabila bisa membuat posisi keluarganya melorot tidak lagi premium di mata kaumnya. Dan Alaric ibaratlah sebuah monumen utuh yang mempresentasikan wajah kumpulannya. Seorang putra dari keluarga terhormat dan berkuasa, menampilkan kehidupannya yang membuat cemburu. Terlahir tampan nan rupawan adalah sebuah berkah yang melengkapi dirinya. Atribut pelengkap lainnya mengusik rasa ketidak adilan, namun peduli apa?

Into You [F I N]Where stories live. Discover now