Enam Belas: Bisik Halus

2K 189 16
                                    

Alaric yang datang terlambat ke Weathergrass, membawa kabar baik berupa janji Jatmiko Dirdja. Di luar dugaan, paman yang Alaric takuti itu mau mendengarnya begitu ia memaparkan rencana bisnis apa yang diajukan Durlach. Dirinya menjadi rancu, datang sebagai keponakan yang berniat kolokan tapi malah melakukan presentasi terhadap pamannya sendiri. Meski masih mengolok Alaric yang baru-baru saja muncul di majalah komunitas mereka, Jatmiko Dirdja mencetuskan pujian walau sekali saja. Dirinya senang Alaric mulai belajar untuk bekerja dengan benar. Memberikan Alaric perasaan kecut sampai ulu hati karena rasa-rasanya keterlibatannya di proyek ini tidaklah sebesar Aymard.

"Dan Om Jat minta kita mengagendakan makan malam dengannya. Dia sangat ingin bertemu Aisha."

Aisha memandang Alaric lurus. Tak lama ia tersenyum, "Wow, sebuah kehormatan untukku."

Jaya Emyr dan Aymard tersenyum penuh arti. Jatmiko Dirdja dikenal sebagai orang yang sulit. Kalau bukan karena idealismenya, tentu semua perusahaan Dirdja ada dalam kendalinya. Tapi tidak, ia lebih memilih untuk berkarir sebagai Konsultan Bisnis sejak dulu sekali. Memilih demikian dengan alasan sederhana, agar bisa memiliki waktu luang untuk melatih anak-anak muda yang punya prinsip kuat. Menularkan idealisme bisnisnya yang dinilai berlebihan; kepedulian sosial yang bukan untuk tujuan promosi. Jaya Emyr dan Aymard jelas-jelas menjadikannya mentor meski Jatmiko Dirdja menolak mereka untuk belajar langsung padanya. Alasan kedekatan personal menjadi penghalang.

Tampaknya, ide Pusat Pengolahan Limbah untuk wilayah Jagakarsa langsung mencuri hati Jatmiko Dirdja.

"Om Jat bilang dia punya waktu akhir pekan ini, sebelum dia mengikuti jadwal kunjungan kerja Presiden ke Timur Tengah."

Aisha mengangguk, kembali tersenyum pada Alaric yang seketika merasa hatinya berdesir. Keterlaluan, senyum itu bahkan hanya seulas senyum basa basi antar rekan kerja. Alaric tahu benar Aisha membangun dinding imajiner untuknya, penegasan bahwa ia tak ingin terlibat dengan Alaric secara personal.

"Timur Tengah? Oh, akan kurekomendasikan harus bertemu siapa-siapa saja jika beliau berkunjung ke Abu Dhabi." cetus Jaya Emyr sambil lalu.

Aymard tersenyum kaku, menyadari kalau Jaya Emyr punya koneksi kuat dengan orang-orang di Abu Dhabi. Jaya Emyr yang kentara beraut wajah campuran Timur Tengah memang menyandang nama tanah ini. Keadaan ini memang memancing keheranan diam-diam dalam benak siapapun. Sempat juga menjadi pergunjingan panas society dulu sekali. Pergunjingan yang dipicu tanpa sengaja oleh Aymard sampai membuat berang ayah dan ibu Jaya Emyr. Hal tersebut penyebab Jaya Emyr dan Aymard tidak lagi bisa dikatakan sebagai sahabat baik. Sampai sekarang, ayah Jaya Emyr tidak mau berurusan dengan Dirdja biarpun Dirdja punya portfolio yang mengagumkan. Kalau bukan karena AR Durlach, tidak akan ada kesempatan begini, seorang Jaya Emyr duduk satu meja selalu dengan Dirdja.

"Baiklah, Alaric. Aku akan menyiapkan makan malam tertutup untuk Jatmiko Dirdja. Dan kupikir, pantas kiranya jika semua yang terlibat ikut hadir nanti. Bagaimana Ay? Jaya?"

Anggukan Jaya dan Aymard serempak menjawab pertanyaan Aisha.

"Orangtua kalian dan Sir Martin Ingmar jelas harus hadir." gumam Aisha.

Alaric menelengkan kepala, memikirkan kemungkinan Magdeléne bertatap muka kembali dengan ibunda Jaya Emyr. Perutnya melilit tiba-tiba. Aymard melirik dan mengulum senyum,

"Pasti akan seru." desis Jaya Emyr dengan seringai jenakanya.

Rupanya mereka satu pikiran, memikirkan kemungkinan tersebut. Sudah menjadi rahasia umum, para Nyonya yang berselisih akan selalu menjadi pusat perhatian kalau bertemu dalam kegiatan sosial. Aisha kembali memasang ekspresi tidak mengerti, membuat Jaya Emyr dan Aymard tertawa kecil.

Into You [F I N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang