"Maaf maaf maaf... maaf banget, Pak."

"Cepat keluar dari mobil saya!" usir cowok itu tanpa perasaan, mungkin kesel karena gue main masuk mobilnya aja dan lebih parahnya lagi nepuk-nepuk ah... sudahlah.

"Iya Pak, nanti." Sanggah gue.

"Kamu mau bawa saya kemana?" tanya dia dengan nada yang masih sama, bahaya.

Srek.... srek....

Tin... tiin...

"Kyaaaa....."

"Awas..... woy.... ada mobil!!!!"

Tin... tinn.... tiinn.....

'Sorry ya semua tolong minggir. Gue lagi buru-buru.'

"Heeeiii heiiii awas ada mobil...."

"Brengsek!!! Kalau mau cari mati jangan di sini!!!"

"Kyaaaaaa...."

Tin tin.... tin... tinn... tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnn.......

Mahasiswa-mahasiswi yang lagi jalan jadi berhamburan panik menyelamatkan diri begitu mobil yang gue kendarain melintas. Gue bisa lihat muka-muka kaget dan kesel mereka yang bercampur jadi satu menciptakan seni yang begitu keren. Keren buat nyekek gue sampe kehilangan roh tentunya.

"Sialan!" umpat salah satu mahasiswa berkaca mata yang lagi naik sepeda dan terpaksa nyungseb di semak-semak, "siapa sih tuh yang bawa mobil? Edan kali ya."

"Woooiiiii!!!!!" Tiga mahasiswa lain turut neriakin gue saking keselnya.

"Hati-hati.... awas awas awas....." Cowok di samping gue gak kalah panik gara-gara gue bawa mobilnya ugal-ugalan plus ngerem dadakan sana-sini. Ketahuan banget gue gak ahli dalam hal nyetir mobil. Sebenernya gue baru belajar sih, hehehe.

"Berhenti! Kamu mau bawa saya ke mana? Berhenti saya bilang!!!"

Gue gak ngegubris omongan cowok di samping gue meski dia terus-terusan ngoceh bahkan sampai ngancem gue segala. Fokus gue cuma satu, kabur dari kejaran orang-orang gila itu.

"Aaaaaaaaaaaa...." Cowok itu akhirnya ngelepasin teriakannya. Mungkin ketakutan mulai nguasai diri dia. Tapi gue gak peduli, gue malah nambah kecepatan pas masuk jalan raya.

"Berhenti! Kamu bisa kena undang-undang nomor dua puluh dua tahun dua ribu sembilan kalau kebut-kebutan di jalan raya." Ancaman cowok itu kembali berkumandang.

Mau kena undang-undang ke, udang-udang ke, odong-odong ke, gue gak peduli. Intinya sekarang ini gue harus kabur dari mereka atau gue dikawinin sama om-om mesum yang hobi merawanian anak orang. Iiih serem, lebih serem dari pada ketemu Tante Valak.

"Wooyyy... ati-ati lo bawa mobilnya." Teriak salah satu pengguna jalan yang terpaksa harus ngerem mendadak gara-gara mobil yang gue kendarain.

"Brengsek!!!!" umpat orang yang lagi jalan di trotoar.

"Dasar gila!!!!" umpat pengguna jalan lainnya.

Tin.... tin... tinnn.....

Klakson bersahutan di mana-mana, ikut meramaikan kebisingan di jalan raya. Gue kena caci-maki pengguna jalan dari pelataran kampus sampe di jalan raya ini. Tapi sabodo ah yang penting gue berhasil ngelepasin diri.

"Kalau gak bisa bawa mobil gak usah nyetir, nyet!!!"

"Sialan lo!!!"

Entah udah berapa kali gue dapet umpatan dan cacian hari ini. Kalau gue kumpulin terus gue kilo mungkin bisa gue tuker sama beras buat jatah satu bulan ke depan. Huhu.. mirisnya nasib gue.

Dosen RESE (ISLY) ✔ [Masa Revisi]Where stories live. Discover now