Badan Chanyeol terdorong ke dinding dan kepalanya terhantuk. Sakit di kepalanya tak dihiraukan seraya dia membetulkan duduknya dan mendekati Hyeran. Sebelah tangannya diletakkan di kepalanya yang sedang berdenyut-denyut itu sementara sebelah lagi diletakkan ke bibirnya, memberi isyarat agar Hyeran memperlahankan suaranya itu.

Walaupun Hyeran pelik dengan situasi mereka dan masih lagi marah dengan Chanyeol kerana mengheretnya tadi, Hyeran akur dengan arahan Chanyeol dan mendiamkan dirinya. Dengan serta merta suaranya hilang dan tangisannya berhenti.

"Museun iriya?" Dengan suaranya yang serak, Hyeran bertanya namun jari telunjuk Chanyeol masih lagi di bibirnya. Mata Chanyeol melirik ke arah di mana dibelakangi oleh Hyeran dan Hyeran tahu ada seseorang berada dekat dengan mereka.

Apabila Hyeran berfikir tentang perkara itu lagi, tak mungkin Chanyeol akan menyakatnya sampai melakukan cara kasar seperti tadi. Hyeran pasti, ada sesuatu yang Chanyeol sedang sembunyikan dari pengetahuannya. Dia hanya memandang Chanyeol dengan pandangan ingin tahu namun suara mereka tidak boleh kedengaran. Hyeran melihat Chanyeol mengalihkan jari dari bibirnya sebelum tangan itu menemui jalannya ke dalam genggamannya.

Sambil berpaut seeratnya pada tangan Chanyeol, Hyeran bangun selepas Chanyeol berdiri terlebih dahulu. Chanyeol mengambil langkah perlahan namun pantas ke dalam kawasan letak kenderaan yang gelap itu.

"Mana awak letak kereta?" Hyeran yang yakin tiada siapa di belakang mereka terus menyoal dengan cemas, sambil menyaingi langkahnya dengan Chanyeol.

Bahu Chanyeol terangkat dalam kehampaannya. "Saya tak tahu mana Noona letak keretanya. Tak sempat tanya." Pegangan tangannya pada Hyeran seakan longgar membuatkan Chanyeol terus menggenggamnya dengan lebih kemas, tidak membenarkan Hyeran terlepas darinya. "Biasanya di atas. Jom cepat, Hyeran." Ajak Chanyeol lagi.

Tidak lama kemudian, kereta milik Noonanya itu ditemuinya juga. Dengan tergesa-gesa, alat kawalan di dalam poketnya terus digapai dan terus dihalakannya pada kereta tersebut. Setelah butang ditekan, lampu kereta berkelip yang menandakan kunci telah terbuka tidak membuat Chanyeol tunggu lebih lama lagi. Pintu sebelah tempat duduk pemandu terus dibukanya. Hyeran yang mengerti terus masuk ke dalam perut kereta dengan tangan Chanyeol di kepalanya agar kepalanya tidak terlanggar bumbung kereta.

Setelah memastikan pintu Hyeran tertutup rapat, Chanyeol berlari masuk ke dalam keretanya itu. Nafasnya yang tercungap-cungap membuatkan Chanyeol mengambil masa untuk meredakan nafasnya kembali seperti biasa. Tangannya yang mengurut di dadanya itu kini menggapai kunci di ribanya sebelum enjin dihidupkan.

"Apa tadi tu, Chanyeol?" Hyeran yang menunggu masa yang sesuai, terus bertanya.

Tangan Chanyeol melambai di udara mengisyaratkan agar Hyeran tidak perlu risau. Chanyeol terus meletakkan tangan kanannnya pada bahu Hyeran sambil bibirnya mengukirkan senyuman di wajahnya yang jelas terlihat kepenatan itu.

"Kwaenchanni?" Sebaliknya Chanyeol yang mengajukan soalannya pada Hyeran.

Tangan Chanyeol yang kini sudah mengusap rambutnya itu diambil oleh Hyeran dan dipegangnya dengan erat. Kepalanya mengangguk sambil matanya memberitahu Chanyeol agar Chanyeol tidak perlu merisaukannya.

"Kwaenchana..." Hyeran menjawab, sepatah.

"Saya risau yang kita tak dapat keluar dari sinilah, Hyeran." Tutur Chanyeol dengan khuatir.

Mata Chanyeol melirik ke kiri dan ke kanan, memastikan yang tiada siapa di kawasan meletak kenderaan itu selain mereka berdua. Dia berharap sangat yang beberapa orang yang dilihatnya tadi-minta-mintalah hanya dua orang sahaja, tiada di sekitar situ. Dia meneguk liurnya apabila memikirkan betapa bahayanya jika mereka berdua tertangkap tadi.

The Inevitable Chanyeol [EXOVELLE] [IN EDITING]Where stories live. Discover now