Jaehyun tersenyum. “Untukmu, dan untuk anak kita, aku akan lakukan apapun.”

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di rumah sakit.

Ten sudah menunggu di ruang periksa dengan senyum lebarnya yang khas. Ruangan itu masih sama seperti sebelumnya, tapi terasa lebih hidup karena kini semuanya lebih nyata.

“Pasien VIP favoritku sudah datang,” sambut Ten sambil berdiri dari balik meja. “Dan sepertinya calon ibu satu ini makin glowing saja.”

Taeyong tertawa pelan, “Mungkin karena tidurku lebih baik sekarang. Mualnya sudah jauh berkurang.”

“Bagus,” jawab Ten sambil mempersilakan Taeyong naik ke ranjang periksa. “Kita akan cek kondisi janin, ukur panjang, dan pastinya lihat gerakan. Si kecil sudah mulai aktif.”

Taeyong naik pelan ke ranjang dengan bantuan Jaehyun. Seperti biasa, Jaehyun berdiri di sisi ranjang, menggenggam tangan Taeyong erat.

Saat alat USG mulai menunjukkan gambaran di layar, Ten mengarahkan sensor dengan hati-hati sambil menjelaskan, “Ini kepalanya… ini tulang belakangnya… dan ini, lihat gerakan kecil ini?”

Jaehyun menunduk sedikit, matanya terpaku pada layar. Taeyong hanya bisa tersenyum.

“Dia seperti menendang…” ucap Ten.

“Gerakan kecil seperti itu yang kadang kurasakan,” tambah Taeyong. “Belum terlalu kuat, tapi terasa kalau aku diam cukup lama.”

Jaehyun menoleh cepat. “Jadi itu memang dia?” Suaranya nyaris tak percaya.

Taeyong mengangguk kecil. “Tendangan halus, seperti sentuhan dari dalam. Belum kuat… belum bisa kau rasakan dari luar. Tapi dia sudah mulai menyapaku.”

Ten tersenyum lebar, “Tunggu saja. Sebentar lagi Jaehyun juga akan bisa merasakannya.”

“Dia aktif sekali,” ujar Ten setelah beberapa menit menyapukan alat USG perlahan ke kanan dan kiri. “Detak jantungnya stabil, gerak refleks juga baik. Ukuran panjang sesuai usia kehamilan, sekitar enam belas minggu, dan… posisinya juga nyaman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Taeyong menghembuskan napas pelan. Lega. Selalu ada rasa was-was tiap kali datang ke ruangan ini, walaupun ia tahu ia dijaga oleh tangan sahabat sendiri.

Jaehyun mengangguk pelan, matanya tak lepas dari layar yang kini menunjukkan gerakan pelan seolah bayi itu sedang menggeliat santai.

Ten menyimpan sensor alat ke dalam tempatnya lalu menyodorkan beberapa lembar tisu ke Taeyong. “Bersihkan dulu gelnya, nanti aku cetakkan hasil USG hari ini untuk kalian bawa pulang. Oh, dan kita sudah bisa mulai rencana skrining lanjutan minggu depan. Tapi sejauh ini semuanya baik.”

“Terima kasih, Ten,” ucap Jaehyun tulus.

Ten menoleh dengan senyum lebih lembut kali ini. “Kalian sudah menjaga dia dengan sangat baik.”

Saat Taeyong duduk kembali di sofa kecil setelah mengganti bajunya, Ten menyerahkan selembar print USG dengan gambar paling jelas yang berhasil diambil hari itu. Sebuah bentuk mungil dengan tangan kecil yang seolah sedang melambai.

“Ini yang terbaik. Simpan baik-baik.”

Jaehyun mengambilnya dengan dua tangan, menatap gambar itu seolah tak percaya bahwa kehidupan sekecil itu kini sepenuhnya bergantung pada mereka. Matanya melembut, sebelum akhirnya ia menyelipkan gambar itu ke dalam dompetnya. Tidak ke tas, bukan ke map medis, tapi ke tempat yang selalu ia bawa kemanapun pergi.

“Dia akan ikut aku ke kantor sekarang,” katanya pelan, senyum mengembang di wajahnya.

Taeyong menatapnya dengan mata berbinar. “Kau terdengar seperti ayah yang bangga.”

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now