Chapter 16

209 22 7
                                        

Restoran yang mereka pilih malam itu tidak terlalu ramai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Restoran yang mereka pilih malam itu tidak terlalu ramai. Suasana hangat, pencahayaan temaram, dan percakapan antar meja yang tidak terlalu bising membuat makan malam terasa santai. Taeyong duduk di sisi tengah meja panjang, diapit beberapa rekan sesama spesialis anak. Mingyu duduk di seberangnya, beberapa kursi terpisah.

Mereka makan malam sebagai satu tim, sebagai rekan kerja yang ingin merayakan kerja sama baru yang semakin solid. Sesekali terdengar tawa ringan dari para dokter yang berbagi cerita tentang pengalaman mereka di ruang operasi atau kejadian lucu di bangsal. Taeyong ikut tertawa, tersenyum, memberi tanggapan sewajarnya, menjaga agar pikirannya tetap sibuk.

Namun tetap saja, dari sudut matanya, ia sesekali melihat ke arah Mingyu. Dan setiap kali mata mereka beradu, Mingyu selalu tersenyum tipis, bukan senyum yang berlebihan, tapi cukup untuk membuat jantung Taeyong berdebar sedikit lebih cepat.

Satu jam berlalu. Makanan hampir habis. Pembicaraan mulai melambat, satu per satu dokter mulai pamit lebih dulu. Mingyu sempat menoleh ke arah Taeyong, bertanya dengan isyarat mata apakah Taeyong siap untuk pulang. Taeyong mengangguk pelan.

Mereka keluar bersama. Malam sudah lebih dingin dari biasanya, dan langkah mereka menyusuri jalan kecil di depan restoran menuju tempat parkir terasa sunyi. Tidak ada percakapan panjang, hanya beberapa kalimat ringan soal pasien yang akan mereka tangani esok hari.

Saat sudah tiba di mobil, Mingyu membukakan pintu untuk Taeyong tanpa banyak kata. Taeyong hanya mengangguk dan masuk. Di dalam mobil, keheningan kembali melingkupi mereka. Hanya suara pelan dari radio yang mengalun.

Beberapa menit setelah mobil melaju, barulah Mingyu berkata dengan suara rendah dan tenang.

"Aku senang kau datang malam ini."

Taeyong menoleh sedikit. "Ini acara kerja."

Mingyu tersenyum kecil. "Aku tahu. Tapi aku tetap senang."

Taeyong menunduk, mengamati jari-jarinya sendiri yang saling menggenggam di pangkuan. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena sebagian dari dirinya juga... senang.

Mingyu tidak berkata apa-apa lagi sampai mereka sampai di depan rumah. Mobil berhenti perlahan.

"Aku antar sampai pintu?" tawar Mingyu.

Taeyong menggeleng cepat. "Tidak perlu. Sudah cukup. Terima kasih."

"Baik."

Taeyong membuka pintu, tapi belum sempat ia benar-benar turun, suara Mingyu menahannya lagi.

"Taeyong..."

Ia menoleh.

"Terima kasih sudah izinkan aku berada di sekitarmu, meski hanya sejauh ini."

Taeyong tidak membalas apa-apa. Hanya menatapnya sebentar, sebelum akhirnya keluar dari mobil dan menutup pintu perlahan.

Langkahnya menuju rumah malam itu terasa aneh. Pelan. Berat. Hatinya penuh dengan sesuatu yang tidak bisa ia definisikan.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now