Apa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan?
Bagi Taeyong, ini hanya peran.
Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan-
sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri.
Between the Lines membawa kit...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hening menemani sepanjang perjalanan kembali dari apartemen Taeyong. Udara malam Seoul yang biasanya terasa akrab kini justru menyesakkan, seolah tahu bahwa ada sesuatu yang berubah di antara mereka—sesuatu yang tidak bisa begitu saja diabaikan.
Jaehyun memutar kenangan beberapa jam terakhir di kepalanya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang masih belum stabil sejak mendengar permintaan itu keluar dari bibir Taeyong sendiri.
“…bagaimana kalau kita jalani saja sampai akhir?”
Ucapan itu seperti gema yang tak kunjung padam, menabrak sisi-sisi kesadaran Jaehyun hingga ia nyaris kehilangan arah. Di satu sisi, itu terdengar seperti harapan. Di sisi lain, itu juga terdengar seperti jebakan—bagi hatinya sendiri.
Mobilnya tetap melaju, tapi ia tak benar-benar tahu ke mana akan pergi. Yang pasti, ia tak bisa pulang. Bukan malam ini. Bukan dengan kepala seberat ini dan dada yang terasa seperti dihantam gelombang pasang.
Sampai akhirnya, ia mengalah. Ia butuh ruang. Ia butuh suara lain. Ia butuh dua orang yang selama ini menjadi jangkar paling setia dalam hidupnya.
Dengan jari gemetar, ia mengeluarkan ponsel dari saku jas. Tak ada keraguan saat membuka grup chat yang hanya berisi tiga nama: dirinya, Johnny dan Yuta.
Grup chat – “Tiga Sekawan”
Jaehyun: Kalian di mana? Aku ingin bertemu. Sekarang.
Tak butuh waktu lama, Johnny langsung membalas.
Johnny: Aku dan Yuta sedang di bar dekat kantor. Kemarilah.
Yuta: Kau bawa masalah besar ya?
Jaehyun: Datang saja dulu. Aku ke sana sekarang.
Ia mengarahkan setir ke tempat yang paling masuk akal untuk malam seperti ini. Jaraknya tidak jauh tapi rasanya perjalanan itu berlangsung lebih lama dari biasanya.
Begitu tiba, Jaehyun memarkir mobilnya cepat-cepat. Langkahnya berat namun pasti memasuki area dalam bar. Tempat itu tidak terlalu ramai malam ini. Lampu gantung yang redup dan musik jazz lembut mengisi ruang dengan suasana tenang, kontras dengan isi kepala Jaehyun yang bergemuruh. Ia menemukan Johnny dan Yuta duduk di sudut, dua gelas sudah terisi di depan mereka.
Wajah mereka menyambutnya, tidak dengan senyum tapi dengan pemahaman. Karena cukup sekali melihat Jaehyun malam ini, mereka tahu, ada sesuatu yang besar sedang ia simpan.
“Kau kelihatan kacau.” Ujar Johnny saat Jaehyun tiba dan melihat wajah sahabatnya itu.
Jaehyun duduk di hadapan mereka, membuka satu kancing teratas kemejanya. “Memang. Aku benar-benar kacau.”
“Taeyong?” Tanya Yuta singkat.
Jaehyun hanya mengangguk. Ia menatap kedua sahabatnya itu seolah meminta izin untuk mengeluarkan semuanya.