Chapter 8

311 24 6
                                        

Aroma doenjang jjigae yang masih mengepul lembut di atas meja berpadu dengan hangatnya cahaya matahari yang menyusup lewat jendela besar ruang makan mansion keluarga Jung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aroma doenjang jjigae yang masih mengepul lembut di atas meja berpadu dengan hangatnya cahaya matahari yang menyusup lewat jendela besar ruang makan mansion keluarga Jung. Meja makan besar yang biasanya terkesan formal kini justru terasa seperti meja makan kecil keluarga pada umumnya, hangat, penuh tawa ringan dan sesekali celoteh manis dari dua ibu yang duduk saling berhadapan.

Taeyong berdiri di dapur kecil yang terhubung dengan ruang makan, mengenakan apron putih. Tangannya cekatan menata piring berisi gyeran-mari dan beberapa banchan seperti kimchi, kongnamul, dan myeolchi-bokkeum ke atas baki. Ia berjalan perlahan ke meja dan mulai membagikan isi baki ke tiap piring.

"Selamat pagi." Katanya lembut sambil menaruh seporsi gyeran-mari ke dalam piring Jaehyun.

Jaehyun yang duduk di sebelahnya menoleh sambil tersenyum. "Terima kasih, Tae."

Lalu tanpa menunggu lama, ia mengambil sendok dan menambahkan sepotong daging bulgogi ke piring Taeyong.

"Ini, kau suka yang bagian agak berlemak." Ucapnya pelan.

Taeyong menatapnya sejenak sebelum mengangguk kecil. "Hm. Terima kasih."

Di sisi lain meja, Eomma Lee mencubit pelan lengan suaminya sambil tersenyum geli. "Lihat mereka. Baru satu malam sudah terlihat seperti pasangan yang menikah sepuluh tahun."

Eomma Jung ikut tertawa kecil. "Aku bahkan tidak perlu mengajari Taeyong cara menyuapi Jaehyun. Mereka sudah bisa membaca satu sama lain bahkan tanpa bicara."

Appa Jung menyisip teh dari cangkirnya lalu mengangguk setuju. "Itulah hebatnya tumbuh bersama. Tidak perlu waktu lama untuk saling menyesuaikan. Karena sebenarnya... mereka memang tidak pernah benar-benar terpisah."

Di ujung meja, Jaehyun menunduk sedikit sambil tersenyum kecil. Taeyong yang mendengar itu hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus merespon dengan apa selain anggukan kecil dan pura-pura memfokuskan diri pada semangkuk sup hangat di depannya.

Bagi orang lain, momen-momen kecil itu terlihat seperti ekspresi cinta yang alami. Seolah dua anak manusia ini benar-benar saling memiliki dan telah menunggu lama untuk akhirnya bisa duduk bersama sebagai suami-istri. Tapi hanya Jaehyun yang tahu, betapa setiap gerakan tangannya pagi itu bukan sandiwara. Ia tidak sedang memerankan suami penuh perhatian, ia hanya menjadi dirinya sendiri, seseorang yang mencintai sahabatnya diam-diam, selama bertahun-tahun.

Setelah waktu makan selesai dan suasana mengalun dalam obrolan santai, siang perlahan merambat ke jendela besar ruang keluarga mansion Jung. Matahari belum terlalu terik tapi cukup untuk menandakan bahwa waktu berjalan lebih cepat dari yang mereka sadari.

"Aku rasa kami harus pulang sekarang." Ucap Jaehyun pelan, menoleh ke arah kedua orang tuanya yang duduk bersisian di sofa panjang.

Eomma Jung yang sedang menyisip teh hangat mendongak dengan kening sedikit berkerut. "Pulang? Cepat sekali. Bukankah kalian bisa tinggal di sini lebih lama? Setidaknya semalam lagi."

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now