Chapter 22

305 23 6
                                        

Keesokan harinya, mereka harus kembali ke rutinitas masing-masing

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokan harinya, mereka harus kembali ke rutinitas masing-masing. Di dalam mobil, suara radio mengalun pelan, cukup untuk menemani perjalanan mereka. Taeyong duduk di kursi penumpang, jendela setengah terbuka membiarkan angin pagi menyapa wajahnya. Matanya menatap jalan tapi sebagian dirinya masih sibuk menyusun kembali perasaan yang mulai menemukan bentuknya. Sementara Jaehyun mengemudi dengan satu tangan, tangan lainnya sempat terulur untuk mengencangkan sabuk pengaman Taeyong sebelum mereka berangkat tadi, gerakan kecil yang begitu biasa tapi justru terasa intim sekarang.

Sesekali mereka bertukar pandang singkat. Tidak selalu dengan senyum tapi dengan ketenangan yang baru.

Saat mobil mulai memasuki area rumah sakit, Taeyong melirik jam di dashboard lalu membuka suara. “Kau tidak terlambat, kan?”

Jaehyun tersenyum kecil, matanya tetap menatap ke depan. “Tidak. Lagipula, mengantarmu lebih penting.”

Taeyong mendengarnya dengan hening yang berarti. Ia tidak membalas, hanya mengangguk pelan dan saat mobil berhenti sempurna di area drop-off, ia pun membuka sabuk pengamannya.

Namun sebelum ia turun, Jaehyun menoleh sedikit. “Kalau tidak terlalu lelah nanti malam… aku pikir kita bisa makan malam di luar. Tempat yang tenang. Kau yang pilih.”

Taeyong menatapnya sebentar, bukan dengan bingung atau gugup seperti biasanya tapi dengan kehangatan yang akhirnya bisa ia genggam. Lalu ia menjawab, pelan tapi pasti.

“Aku suka ide itu.”

Ia pun mulai membuka pintu mobil, bersiap turun, namun suara Jaehyun menahannya.

“Taeyong.”

Ia menoleh kembali.

Jaehyun tampak ragu sesaat tapi kemudian ia membiarkan hatinya mendahului logikanya. Tubuhnya sedikit mendekat dan dengan gerakan yang hati-hati, Jaehyun mengecup kening Taeyong pelan, cukup lama dan dalam. Tidak ada kata-kata tapi rasa itu memeluk semuanya.

Taeyong tidak menolak. Ia juga tidak bergerak menjauh. Justru matanya terpejam, membiarkan dirinya menikmati hangatnya kecupan itu, membiarkan dadanya terisi oleh sesuatu yang hampir ia lupa. Rasa yang utuh, penuh dan perlahan, nyata.

Saat bibir Jaehyun akhirnya beranjak menjauh, Taeyong membuka matanya kembali. Tidak ada kalimat yang mereka tukar setelahnya, hanya tatapan yang menyimpan banyak hal yang tidak perlu diucapkan.

Kemudian Taeyong turun dari mobil. Tapi langkahnya terasa lebih ringan dari biasanya. Sementara Jaehyun di balik kemudi, masih memandangi punggung pria yang kini berjalan masuk ke dalam gedung rumah sakit. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia tidak merasa seperti sedang menunggu sesuatu yang mustahil.

**

Taeyong duduk di balik mejanya, matanya fokus membaca rekam medis seorang pasien anak dengan kelainan metabolik. Jadwalnya hari itu padat, seperti biasa. Tapi tak satu pun dari kepadatan itu yang membuatnya mengeluh, justru kesibukan kini jadi ruang aman barunya.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now