Chapter 27

376 30 9
                                        

Udara kamar berubah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Udara kamar berubah. Bukan karena suhu tapi karena jarak di antara mereka nyaris menguap seluruhnya.

Jaehyun menatap Taeyong dari jarak yang begitu dekat. Tangannya masih menggenggam tangan Taeyong yang kecil dan hangat, sementara mata mereka saling mengunci, mencari izin, memberi isyarat dan pada akhirnya… sepakat.

Perlahan, Jaehyun mengangkat tangan Taeyong dan membawanya ke bibirnya, mengecup punggung tangan itu seperti sesuatu yang rapuh, seperti janji. Lalu jemarinya berpindah, menyentuh sisi leher Taeyong dan mengusap pelan garis rahangnya.

Ketika Jaehyun mencium bibir Taeyong, itu bukan sekadar ciuman. Itu adalah awal dari penyatuan batin yang sudah lama mereka bangun dalam diam.

Desahan tertahan keluar dari bibir Taeyong, halus dan nyaris tak terdengar tapi terasa begitu dekat di telinga Jaehyun. Ia mengulurkan satu tangan, menyentuh pinggang Taeyong yang hanya terbalut tipis oleh jubah mandi, merasakan kulit yang hangat dan sedikit lembap oleh sisa uap dari kamar mandi.

Jubah itu mulai terbuka sedikit saat Jaehyun menarik tubuh Taeyong mendekat. Satu sisi bahunya kini terlihat sepenuhnya. Putih, mulus, dan membuat Jaehyun kehilangan napas sejenak.

Taeyong memejamkan mata ketika Jaehyun mulai menuruni lehernya dengan ciuman lembut. Napasnya mulai berat. Desahannya terdengar lebih jelas, diselingi gumaman tak beraturan ketika lidah Jaehyun menjelajahi kulitnya, mencium pelan sepanjang tulang selangka dan meninggalkan jejak pertamanya disana.

“Jaehyun…” suara itu keluar pelan, nyaris seperti bisikan doa.

Jaehyun hanya membalas dengan erangan tertahan di tenggorokan saat tangan Taeyong mulai meraba punggungnya dari balik kaus tipis yang kini perlahan ditarik ke atas.

Jaehyun mendorong tubuh Taeyong pelan hingga berbaring di atas ranjang, sementara jubah putih itu terbuka makin lebar, menyisakan hanya sebagian kain yang menutup paha dan pinggulnya. Ia menatap tubuh di hadapannya, mata yang setengah terbuka, pipi yang mulai memerah, dada yang naik-turun dalam ritme tak beraturan.

“Indah…” Gumam Jaehyun tanpa sadar, tangannya menyapu sisi rusuk Taeyong, lalu turun ke perut bagian bawah, menimbulkan hentakan kecil pada tubuh yang disentuhnya.

Taeyong menggeliat pelan, bibirnya terbuka oleh desahan panjang saat Jaehyun mencium pangkal lehernya kembali dengan lebih dalam, lebih panas. Jemari Jaehyun kini menyentuh paha dalam Taeyong, mengusap perlahan dengan sentuhan menggoda, membuat tubuh di bawahnya semakin gemetar.

Mereka belum sepenuhnya melepas pakaian. Tapi tubuh mereka sudah bicara lebih jujur daripada kata-kata.

Suara ranjang yang berderit ringan. Desahan panjang Taeyong ketika Jaehyun mencium puncak dadanya. Jari-jemari yang kini menjelajah tanpa ragu, mencari titik-titik paling sensitif, membangkitkan gelombang-gelombang kecil yang membuat Taeyong meringkuk di bawah sentuhan Jaehyun.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now