Apa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan?
Bagi Taeyong, ini hanya peran.
Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan-
sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri.
Between the Lines membawa kit...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mobil yang mereka tumpangi melaju tenang di sepanjang jalan tol menuju Busan. Langit cerah, tapi suasana di dalam mobil justru terasa sebaliknya, hening. Seperti ada sesuatu yang terlalu rapuh untuk dibicarakan.
Taeyong duduk di kursi penumpang depan, sementara Jaehyun menyetir di sebelahnya. Beberapa kali Jaehyun melirik ke arah Taeyong yang sedari tadi hanya menatap keluar jendela.
“Sudah yakin dengan keputusanmu?” Tanya Jaehyun pelan, memecah keheningan.
Taeyong menoleh, tersenyum kecil. “Aku tidak punya pilihan lain.”
Jaehyun mengangguk, meskipun dalam hati masih diliputi gelisah. Ini bukan hanya soal menjadi pacar pura-pura, tapi soal bagaimana ia harus menjaga wajahnya tetap datar sementara hatinya mungkin akan terus remuk setiap kali ia harus berpura-pura menggenggam tangan orang yang ia cintai tanpa sungguhan bisa menggenggam hatinya.
**
Beberapa jam kemudian mereka akhirnya sampai di depan gerbang rumah keluarga Lee, Taeyong langsung menghela napas panjang. Rumah itu tidak banyak berubah, tapi entah kenapa hari ini terasa lebih dingin.
Jaehyun menepikan mobilnya perlahan. Ia mematikan mesin, menoleh ke arah Taeyong yang masih diam.
“Kau siap?” Tanyanya pelan.
Taeyong menarik napas panjang sebelum mengangguk. “Seharusnya aku yang tanya begitu padamu.”
Begitu turun dari mobil, Taeyong merapikan pakaiannya. Jaehyun berjalan di sebelahnya, tenang namun waspada. Ia tahu pertemuan ini bukan sesuatu yang mudah.
Pintu rumah terbuka bahkan sebelum mereka sempat mengetuk. Seorang wanita paruh baya berdiri di ambang pintu, ibu Taeyong.
“Taeyong-ah!”
“Eomma…” Ucap Taeyong dengan senyum kecil.
Namun senyum Eomma justru melebar ketika matanya menangkap sosok di sebelah putranya.
“Jaehyun! Astaga, sudah lama sekali! Kau makin tampan saja, Nak.”
Jaehyun tersenyum lebar yang membuat kedua lesung pipinya terlihat lalu membungkuk sopan. “Annyeonghaseyo, Eomma. Lama tidak bertemu.”
Eomma segera melangkah mendekat, meraih tangan Jaehyun dan menggenggamnya hangat. “Kau masih serajin dulu ya? Aku dengar perusahaan ayahmu makin besar sekarang. Kau pasti sibuk sekali.”
“Aku berusaha, Eomma.” Balas Jaehyun, masih dengan senyum sopan.
Lalu muncul sosok Appa dari balik pintu, berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung seperti biasa. Matanya langsung berbinar begitu melihat siapa yang datang.
“Wah… ini kejutan besar. Jaehyun!” Serunya, berjalan mendekat dan menepuk pundak Jaehyun dengan akrab. “Sudah lama sekali kau tidak ke sini. Kukira kau sudah melupakan kami.”