Saat jarum jam di dinding menunjukkan pukul sembilan lebih, Taeyong sedikit menyandarkan tubuhnya ke bahu Jaehyun, tanda halus yang Jaehyun tangkap sebagai sinyal bahwa istrinya mulai lelah.
Eomma Jung langsung tanggap. Ia menepuk lembut lutut Taeyong sambil berkata dengan senyum hangat. “Pulang dan istirahatlah. Eomma senang sekali kalian datang malam ini. Terima kasih sudah membagi kebahagiaan ini.”
“Justru kami yang berterima kasih, Eomma, Appa. Sudah menyambut kami dengan sangat hangat…” ujar Jaehyun pelan, berdiri sembari membenarkan mantel yang dikenakan Taeyong
Appa Jung hanya mengangguk sambil berdiri dan menepuk pundak putranya dengan lembut. “Bawa istrimu pulang dengan hati tenang. Jaga dia baik-baik, seperti yang selalu kau lakukan.”
Mereka berpamitan. Eomma Jung sempat menyelipkan sebungkus makanan ringan ke dalam tas Taeyong, kudapan favoritnya yang ia buat sendiri, katanya agar bisa dimakan di perjalanan. Taeyong nyaris menitikkan air mata karena perhatian itu tapi hanya mengangguk penuh syukur.
Ketika mobil mereka meninggalkan halaman mansion utama keluarga Jung, jalanan malam Seoul sudah mulai lengang. Di dalam mobil, Taeyong bersandar nyaman di kursinya, matanya memandang ke luar jendela mobil yang menyajikan lanskap malam Seoul. Lampu kota, kendaraan yang melintas jarang-jarang, dan toko-toko kecil yang perlahan mulai menutup.
Namun, di satu ruas jalan yang tak terlalu ramai, mata Taeyong tiba-tiba menangkap sesuatu.
“Berhenti...” ujarnya pelan tapi cukup cepat. “Hyun, berhenti sebentar.”
Jaehyun yang tengah fokus menyetir segera menepi ke sisi jalan, menoleh dengan alis sedikit terangkat.
“Ada apa, sayang? Merasa mual lagi?”
Taeyong menggeleng. Ia menunjuk ke arah seberang jalan, ke sebuah kedai es krim mungil yang lampunya masih menyala hangat.
“Aku… ingin makan es krim.”
Sejenak, Jaehyun hanya diam menatapnya. Matanya jelas menunjukkan keraguan. “Sekarang? Ini sudah malam, sayang… dan udara cukup dingin.”
“Aku tahu...” Jawab Taeyong, suaranya melemah, matanya mulai berkaca-kaca, “Tapi aku benar-benar ingin makan es krim... satu sendok saja juga tidak apa, aku janji. Ya? Hyun? Please...”
Jaehyun membeku sesaat melihat mata itu. Mata yang begitu familiar tapi kini dibungkus emosi yang lebih halus, lebih rapuh dari biasanya. Ia menarik napas perlahan, mulai menyadari bahwa ini… bisa jadi awal dari masa-masa mengidam yang akan datang. Dan bagaimana mungkin ia bisa menolak permintaan sesederhana itu, saat yang memintanya adalah orang yang tengah mengandung separuh dari hidupnya?
Dengan helaan napas kecil, Jaehyun mengangguk. “Tunggu di sini, tetap di dalam mobil, jangan buka jendela terlalu lebar. Aku akan membelinya untuk kalian.”
Taeyong langsung mengangguk penuh harap. Senyum tipisnya muncul dan Jaehyun tak bisa menahan untuk tidak mengusap puncak kepala istrinya sebelum ia membuka pintu mobil.
Jaehyun menyebrangi jalan perlahan, menatap kedai es krim itu yang terlihat lebih hangat dari sekitarnya. Angin malam cukup menusuk tapi hatinya hangat karena tahu, malam seperti ini, dengan permintaan kecil seperti itu adalah pengingat nyata bahwa mereka tak lagi hanya berdua. Ada kehidupan kecil di dalam sana yang pelan-pelan ikut menciptakan cerita baru untuk mereka.
Tak butuh waktu lama, Jaehyun kembali membuka pintu mobil dengan tangan yang membawa satu cup es krim berukuran sedang rasa vanila-stroberi, rasa yang sering jadi favorit Taeyong sejak dulu.
Taeyong yang menunggu di dalam, langsung mengangkat wajah saat mendengar suara pintu terbuka. Matanya berbinar seperti anak kecil, apalagi saat melihat tangan Jaehyun yang mengulurkan cup es krim ke arahnya.
BINABASA MO ANG
Between The Lines (JAEYONG)
FanfictionApa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan? Bagi Taeyong, ini hanya peran. Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan- sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri. Between the Lines membawa kit...
