Chapter 2

355 33 4
                                        

Suasana di lantai eksekutif Jung Group seperti biasa, tenang dan profesional, tapi di ruangan Jaehyun, hening terasa berbeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana di lantai eksekutif Jung Group seperti biasa, tenang dan profesional, tapi di ruangan Jaehyun, hening terasa berbeda. Ia masih memandangi layar ponselnya beberapa detik setelah sambungan dengan Taeyong terputus.

Jarinya perlahan mengepal.

“Ada yang salah?”

Suara tenang Johnny terdengar dari arah pintu yang terbuka. Ia melangkah masuk sambil membawa dua botol teh dingin, disusul Yuta yang menjinjing laptop dan sekumpulan berkas untuk review proyek sore ini.

Jaehyun tidak langsung menjawab. Ia meletakkan ponselnya ke meja dan menoleh pelan ke arah dua sahabatnya.

“Taeyong akan ke sini.”

“Hmm?” Yuta mendongak. “Hari ini?”

Jaehyun mengangguk. “Katanya, dia ingin bicara.”

Johnny menaruh teh di meja Jaehyun, lalu duduk di sofa dekat jendela. “Kau terdengar cemas. Biasanya kau senang kalau Taeyong bilang mau datang.”

Jaehyun diam sesaat. Matanya menatap kosong ke arah jendela besar yang menampilkan panorama kota Seoul.

“Aku tidak tahu kenapa... tapi rasanya ini bukan sekadar kunjungan biasa.”

Yuta duduk di sandaran sofa, melipat tangan di depan dada. “Apa terdengar mendesak?”

“Tidak.” Jawab Jaehyun pelan. “Tapi suaranya berbeda. Seperti sedang menyimpan sesuatu yang berat.”

Johnny dan Yuta saling pandang sejenak. Mereka tahu betul, sejak kuliah dulu, ekspresi Jaehyun selalu sulit ditebak orang luar, tapi tidak bagi mereka berdua. Terutama kalau sudah menyangkut Taeyong.

Yuta memiringkan kepala, lalu bertanya dengan nada ringan tapi bermakna. “Kau masih yakin bisa jadi ‘teman biasa’ kalau yang dia minta kali ini... lebih dari sekadar bantuan kecil?”

Johnny menatap Jaehyun dalam-dalam. “Kau tahu, bukan? Apa pun yang dia minta, jika itu berat untukmu, kau bisa menolaknya."

Jaehyun mengalihkan pandangan dari jendela ke arah mereka. Tidak ada senyum di wajahnya, tapi juga tidak ada keraguan.

“Aku tidak akan menolak apa pun yang dia butuhkan.” Jawabnya datar. “Kalau aku bisa bantu, aku akan bantu. Sesederhana itu.”

Yuta menghela napas pelan. “Tidak, bukan sesederhana itu, Jaehyun. Tidak pernah sesederhana itu kalau perasaanmu masih ada.”

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now