Chapter 21

249 25 0
                                        

Mobil melaju tenang membelah jalanan kota yang mulai sepi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mobil melaju tenang membelah jalanan kota yang mulai sepi. Jaehyun duduk di kursi kemudi, wajahnya kaku menatap jalanan di depan. Tangannya menggenggam setir erat.

Taeyong duduk di sampingnya, menatap Jaehyun berkali-kali, menimbang-nimbang waktu yang tepat untuk bicara. Tapi keheningan di antara mereka seperti tak memberi ruang, terlalu tebal dan padat untuk diterobos.

Akhirnya, dengan napas yang ia tahan pelan-pelan, Taeyong bersuara, “Jaehyun... Kau baik-baik saja?”

Pertanyaannya sederhana. Tapi di dalam mobil itu, suara Taeyong menggema lebih nyaring dari bunyi mesin.

Jaehyun masih tak menjawab. Tatapannya lurus ke depan, menyusuri jalanan malam yang basah oleh embun tipis. Hanya lampu merah yang perlahan berganti hijau yang memberi waktu untuknya menimbang-nimbang, mengatur kembali nafasnya yang sempat memburu pelan.

Taeyong menunduk sedikit, merasa ragu, merasa takut... tapi juga perlu tahu.

Beberapa detik kemudian, suara Jaehyun terdengar. Tenang. Rapi. Nyaris terlalu rapi.

“Aku baik-baik saja.”

Jawaban yang tak menjawab apa pun. Tapi itulah Jaehyun.

Taeyong tahu, suara itu bukan cerminan hatinya. Tapi Ia juga tahu Jaehyun tidak akan membuka apa pun jika tak dipaksa.

Namun sebelum keheningan kembali merambat terlalu jauh, Jaehyun menambahkan, “Maaf kalau malam ini membuatmu tidak nyaman...”

Taeyong langsung menggeleng pelan, “Tidak, bukan itu…”

Ia tak melanjutkan. Karena ia sendiri tidak yakin apa yang ingin ia katakan. Tentang Mingyu? Tentang percakapan yang tak ia dengar?

Jaehyun sekilas menoleh ke arahnya.

“Aku tidak pernah menyalahkanmu, Taeyong.”

Satu kalimat itu... sederhana, tapi terasa seperti belati tumpul yang pelan-pelan masuk ke dada. Bukan karena menyakitkan, tapi karena terlalu lembut untuk dilawan.

Mereka akhirnya sampai di depan rumah. Mobil berhenti perlahan, tapi tak ada yang segera bergerak turun.

“Terima kasih karena sudah menemaniku malam ini,” ucap Jaehyun sebelum membuka pintu mobil. Suaranya datar, tapi nadanya tulus.
“Kau terlihat sangat... indah malam ini.”

Dan dengan itu, ia keluar dari mobil lebih dulu, menyisakan Taeyong yang kini hanya bisa duduk diam di dalam, meremas ujung jasnya sendiri di pangkuan, bertanya pada dirinya sendiri.

'Kenapa hatiku justru terasa makin berat... setelah ini?'

**

Setelah suara pintu utama ditutup perlahan, rumah itu kembali tenggelam dalam keheningannya yang semu. Tak ada obrolan, tak ada tawa kecil seperti malam-malam sebelumnya. Hanya langkah kaki yang terdengar pelan, hati-hati, seakan takut membangunkan luka-luka yang belum sepenuhnya tidur.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now