Apa jadinya jika sahabatmu sejak kecil menjadi pasangan kontrak demi menyelamatkanmu dari perjodohan?
Bagi Taeyong, ini hanya peran.
Bagi Jaehyun, ini adalah kesempatan-
sekaligus luka yang sudah lama ia simpan sendiri.
Between the Lines membawa kit...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cahaya matahari pagi menembus perlahan melalui tirai tipis kamar mereka. Lembut, hangat dan membias ke permukaan seprai putih yang sedikit kusut, menyapu dua tubuh yang masih saling bertaut dalam pelukan tenang.
Jaehyun terbangun lebih dulu.
Matanya terbuka perlahan dan hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Taeyong yang tertidur dengan napas teratur, pipi sedikit merah, rambut berantakan menyentuh dahinya.
Ada senyum yang terbit pelan dari bibir Jaehyun. Senyum penuh rasa syukur dan damai.
Tangannya bergerak, pelan menyapu anak rambut yang menempel di pelipis Taeyong. Ia tak ingin membangunkan lelaki yang malam sebelumnya telah memberinya cinta paling dalam yang pernah ia rasakan tapi rasanya terlalu sulit untuk tidak menyentuhnya sama sekali.
Taeyong mengerang kecil saat tangan Jaehyun mengusap pipinya. Kelopak matanya perlahan terbuka, masih terlihat mengantuk. Tapi saat melihat siapa yang menatapnya begitu dekat dan lembut, sudut bibirnya langsung terangkat.
"Pagi..." Gumamnya serak, suara bangun tidur yang lebih dalam dari biasanya.
Jaehyun tertawa kecil, menempelkan dahi mereka. "Pagi, sayang."
Taeyong menarik napas panjang, tubuhnya menggeliat pelan karena rasa pegal masih tertinggal dari malam yang panjang. "Badanku... rasanya seperti baru dipakai untuk maraton."
Jaehyun terkekeh. "Kalau begitu, biar aku urut nanti."
Taeyong menutup wajahnya dengan bantal sebentar, malu tapi tak bisa menahan tawa.
Saat ia mengintip lagi dari balik bantal, Jaehyun sedang menatapnya dengan penuh cinta. "Bagaimana rasanya... tidur sebagai suami istri yang sesungguhnya?"
Taeyong terdiam sejenak lalu menyandarkan kepala di dada Jaehyun, mendengar detak jantung pria itu.
"Rasanya seperti pulang." jawabnya pelan.
Jaehyun memejamkan mata, memeluk tubuh itu erat-erat. Ia tidak butuh kata-kata lain untuk membalas.
Karena pagi itu, mereka tidak sedang mencari jawaban.
Mereka hanya menikmati keheningan yang baru. Bukan karena kosong tapi karena hati mereka sudah saling terisi penuh.
Dan mulai hari ini, mereka benar-benar menjalani semuanya... sebagai diri mereka sendiri.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan yang damai. Pelukan hangat, selimut yang masih membungkus sebagian tubuh mereka dan sisa-sisa malam tadi yang masih terasa melekat.