Chapter 17

262 24 1
                                        

Langkah Taeyong kembali menyusuri koridor rumah sakit dengan berat yang berbeda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Langkah Taeyong kembali menyusuri koridor rumah sakit dengan berat yang berbeda. Dada kirinya terasa sempit, bukan karena lelah fisik, tapi karena sesuatu yang belum sempat ia beri nama—yang membuat langkahnya goyah, tapi sekaligus mengarah lebih jelas.

Peristiwa di rooftop tadi masih membekas kuat di benaknya. Masih terasa… napas hangat Mingyu, jarak yang begitu dekat. Getaran emosional yang mengalir dalam sorot mata Mingyu dan satu detik yang hampir membuatnya tergelincir. Tapi yang paling mengganggu dari semua itu adalah… bayangan wajah Jaehyun yang muncul seperti kilatan, menghentikan semuanya.

“Kenapa?” Taeyong berbisik pada dirinya sendiri, seperti bertanya pada hatinya yang tak memberi jawaban pasti.

Ia mengatupkan bibir, jari-jarinya meremas ujung jas dokternya begitu kuat saat memasuki ruangannya. Langkahnya otomatis menuju kursi di balik meja, namun bukan untuk duduk. Ia berdiri mematung beberapa detik di sana, menatap lurus ke dinding yang tak memberinya jawaban.

Wajah Jaehyun muncul lagi. Kali ini lebih jelas.

Bukan hanya Jaehyun yang marah atau terluka. Tapi Jaehyun yang menatapnya dalam diam. Jaehyun yang tetap pulang. Tetap duduk bersamanya saat makan malam walau penuh luka. Jaehyun yang dengan suaranya yang lembut tetap menanyakan “nanti kau pulang naik apa?” bahkan setelah tahu siapa yang akan mengantar. Jaehyun yang diam-diam selalu menjadi tempat pulang.

Kenapa dia?

Pertanyaan itu muncul seperti bisikan yang menelusup masuk ke celah hatinya yang paling sunyi. Dan sebelum logikanya sempat memberikan jawaban, tubuhnya sudah bergerak lebih dulu.

Tangannya merogoh saku jas putihnya, meraih ponsel yang terasa sedikit berat di genggaman. Layar menyala. Jemarinya tak ragu menyentuh satu nama yang sudah terlalu akrab dalam hidupnya, nama yang bahkan tak pernah terhapus dari layar favorit sejak ponsel pertamanya. Nama yang selalu menjadi rumahnya walau kadang penuh kebisuan yang menyakitkan.

Taeyong menatap layar beberapa detik sebelum akhirnya mengetuk ikon panggil.

Satu.
Dua.
Tiga.

Dering mengisi ruang kecil itu dengan debar yang tidak biasa. Taeyong menggigit bibir bawahnya, nyaris membatalkan. Tapi sebelum sempat berpikir lebih jauh, dering itu berhenti. Berganti dengan suara dalam yang langsung menggetarkan dadanya.

“Taeyong?”

Suara itu saja sudah cukup membuat napas Taeyong bergetar. Tubuh Taeyong nyaris goyah lagi.

Taeyong menggigit bibir bawahnya, lalu membiarkan suaranya keluar pelan, retak di ujungnya.

“Bisakah kau menjemputku?”

Ia tidak menjelaskan kenapa, tidak berkata bahwa Mingyu hampir menciumnya, tidak bilang bahwa dirinya nyaris melangkah ke jurang yang bahkan tidak ia tahu di mana ujungnya. Ia tidak bisa. Ia hanya ingin… melihat Jaehyun. Mendengar suara itu sedikit lebih lama. Mengetahui bahwa satu-satunya tempat pulang itu masih ada.

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now