Chapter 13

253 26 4
                                        

Jaehyun menyetir tanpa tujuan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jaehyun menyetir tanpa tujuan. Membiarkan jalanan Seoul membawanya ke mana pun, sejauh mungkin dari rumah, dari lampu gantung yang temaram, dari ruang tengah yang kini terlalu sesak, dari suara Taeyong yang tak bisa lagi ia peluk dalam kepastian. Dari tatapan yang tak mampu ia baca. Padahal dulu, ia tak butuh kata-kata untuk tahu isi hati Taeyong.

Dan entah kenapa, ketika tubuhnya sudah terlalu berat untuk terus menghindar, kakinya menekan tuas rem dan berhenti di depan bar kecil yang cukup familiar. Tempat itu masih sama seperti dulu. Masih tenang. Masih tersembunyi dari kebisingan kota. Tempat di mana ia, Johnny, dan Yuta sering menghabiskan malam-tertawa, bicara, kadang diam. Saat hidup belum seberat sekarang. Saat cinta belum menyamar jadi luka.

Ia melangkah masuk. Aroma alkohol yang tajam, suara musik pelan, dan cahaya kuning redup menyambutnya seperti kenangan. Langkahnya mantap, seolah tubuhnya tahu ke mana harus duduk, bahkan saat pikirannya sedang kehilangan arah.

Sudah lama ia tak menyentuh alkohol. Sejak hari itu, hari di mana cincin melingkar di jari manis Taeyong dan senyum tipis itu menatap ke arahnya, menyetujui pernikahan yang mereka sebut kontrak. Sejak saat itu, Jaehyun memilih menahan segalanya. Bahkan setetes pun tidak pernah ia biarkan menyentuh bibirnya. Karena ia ingin sadar sepenuhnya. Ia ingin mengingat tiap momen, tiap senyum, tiap tatapan pura-pura dari seseorang yang diam-diam ia cintai setengah mati.

Tapi malam ini berbeda.

Malam ini, ada sesuatu yang pecah dalam dirinya.

Jaehyun duduk di salah satu sudut bar, memesan minuman tanpa banyak berpikir, lalu meneguknya dalam satu tarikan panjang. Minuman pertama langsung menghangatkan tenggorokannya, lalu membakar perlahan dadanya atau mungkin itu hanya perasaan.

Satu gelas, dua gelas... entah berapa banyak yang sudah ia habiskan.

Tangannya menopang kepala yang mulai terasa berat. Matanya mulai kabur, tapi pikirannya justru terlalu jernih. Terlalu hidup.

Dan semua yang hidup di dalam pikirannya... adalah Taeyong.

Taeyong yang duduk di seberangnya tadi malam, tersenyum saat makan, ragu saat bicara dan hancur saat mengucapkan nama itu.

Kim Mingyu.

Jaehyun memejamkan mata. Meneguk lagi.

Lucu.

Sakit.

Ironis.

Seseorang yang bahkan belum setahun hadir dalam hidup Taeyong... berhasil mengetuk pintu yang selama ini tak berani Jaehyun sentuh. Pintu yang ia jaga dari jauh. Dengan takut. Dengan cemas. Dengan harapan konyol bahwa suatu hari, Taeyong akan membukanya sendiri. Untuknya.

Ia tertawa kecil. Tertahan. Getir.

"Lucu ya," gumamnya lirih, tidak pada siapa pun. "aku bahkan tidak perlu jawaban untuk tahu jawabannya."

Between The Lines (JAEYONG)Where stories live. Discover now